Bianca dan Aldo masuk ke dalam restoran tersebut dengan Aldo yang sedikit menjaga jarak, karena bagaimana pun dia hanyalah sekretaris wanita itu. Jadi, menurutnya dia harus tahu diri di sini, karena tidak pantas seorang sekretaris berjalan bersebelahan dengan bosnya sendiri.
Bianca sendiri hanya pasrah saja. Menurutnya Aldo itu laki-laki yang penakut! Bagaimana mungkin sampai tidak mau berjuang hanya karena pangkat mereka yang berbeda? Dan bagaimana mungkin tidak mau berjuang lagi setelah cintanya ditolak?
'Huh ... apakah segitu kecewanya dia denganku? Maaf Aldo, aku tak bermaksud menyakitimu, hanya saja ini terlalu cepat. Entah kenapa aku bingung bagaimana cara menerima cintamu, lagian kenapa kau tidak menyatakannya dengan cara yang setidaknya sedikit romantis?' batin Bianca, yang meresa kasihan dengan nasib Aldo yang baru saja ditolak olehnya.
Aldo sendiri terus mengikuti bosnya dengan wajah yang sangat datar, tidak ada senyum sedikit pun dengan orang-orang yang tak sengaja dilihatnya. Ya, Aldo akan menjadi laki-laki yang sangat kaku, dingin, dan datar jika berada di tempat umum. Itu semua karena dia benci saat melihat perempuan-perempuan yang dengan sengaja mengedipkan mata, berniat menggodanya.
Ya, tentunya itu tidak membuat Aldo sama sekali tertarik, justru sebaliknya. Laki-laki itu merasa jijik dan geli melihat perempuan yang seperti itu. Menurutnya perempuan yang seperti itu tidak memiliki harga diri sama sekali.
'Ckk ... sungguh menjijikkan melihat sikap wanita yang seperti itu! Aku hanya berharap semoga jodohku tidak memiliki sifat yang seperti itu' batin Aldo. Sorot mata laki-laki itu bahkan sangat tajam ke arah depan.
Mereka lalu duduk di kursi yang sudah di sediakan, di mana letaknya yang strategis untuk membahas kerja sama yang akan dilakukan kedua perusahaan, yang pastinya akan banyak mendapatkan keuntungan untuk masing-masing perusahaan.
"Duduklah, Al!" perintah Bianca dengan suara lembut.
Aldo hanya mengangguk mengerti, lalu segera duduk di samping bosnya dengan wajah yang terus saja datar.
Tak berselang lama, orang yang sedang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang.
"Selamat siang Nona Bianca. Maaf, membuatmu menunggu," ucap seorang pria yang umurnya sangat jauh berbeda dengan Bianca, mungkin laku-laki itu berumur sekitar 50 tahunan.
Pria itu lalu menyodorkan tangannya, berniat untuk bersalaman dengan wanita yang sangat cantik di hadapannya.
"Tidak apa-apa Tuan Andreas, kebetulan saya juga baru tiba," sahut Bianca dengan tersenyum formal, lalu menjabat tangan pria tua itu.
"Silahkan duduk, Tuan." Bianca mempersilahkan pria paruh baya tersebut untuk duduk, agar segera membahas tentang kerja sama yang akan segera mereka lakukan.
"Ah, terima kasih, Nona."
"Aldo, mana dokumennya?" tanya Bianca dengan sedikit berbisik pada sekretarisnya.
"Ini, Nona."
Bianca menerima dokumen itu dengan tersenyum, kemudian mengucapkan kata terima kasih.
"Baiklah, bisa kita mulai, Tuan?" tanya Bianca dengan formal.
"Tentu!"
Bianca mulai menjelaskan poin-poin penting dari dokumen yang sudah dia buat dari semalam. Tidak hanya itu, Bianca juga menjelaskan kemungkinan-kemungkinan keuntungan dan kerugian yang akan kedua perusahaan tersebut dapatkan jika mau saling bekerja sama.
Bianca yang sekarang terlihat seperti orang yang sangat pintar, dan yang pastinya terdidik. Wanita itu mampu memberikan penjelasan dengan detail tetapi tidak bertele-tele, sehingga membuat Andreas berdecak kagum pada kemampuan wanita muda tersebut. Wanita muda itu bahkan bisa meyakinkan partnernya bahwa kerja sama ini akan sangat menguntungkan. Meski ada kemungkinan ada sedikit kerugian di antara perusahaan mereka jika kerja sama ini tidak berjalan sesuai keinginan.
Aldo tidak bisa pungkiri jika bosnya itu memang sangat cerdas. Hal yang paling disukai olehnya, yaitu melihat bosnya menjelaskan pada klien mereka dengan cara yang benar-benar menakjubkan, sehingga jarang sekali bosnya gagal mendapatkan kerja sama.
'Sungguh Nona Bianca memang sangat cerdas. Aku bahkan tidak bisa pungkiri jika penjelasannya benar-benar menakjubkan' batin Aldo.
"Bagaimana, Tuan? Apakah Anda setuju untuk bekerja sama dengan perusahaan saya? Saya tidak memaksa jika Anda menolaknya, karena di luaran sana masih banyak perusahaan-perusahaan yang bisa saya ajak untuk bekerja sama," ucap Bianca dengan wajah seriusnya.
"Baik, saya terima! Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik, Nona Bianca." Laki-laki itu menyetujui dengan cepat, takut jika perempuan itu akan berubah pikiran.
Andreas menerima surat perjanjian tersebut, lalu menandatangani di pojok bawah, pertanda bahwa dia setuju dengan kerja sama tersebut.
Ini yang paling Aldo suka dari bosnya. Dia mampu memainkan kata-kata, sehingga membuat kliennya tidak akan berpikir dua kali, dan langsung menerimanya. Aldo benar-benar dibuat takjub dengan kehebatan bosnya itu.
"Ah, iya, umur Anda berapa Nona?" tanya Andreas.
Meski sedikit bingung, Bianca memilih untuk menjawabnya saja. "Umur saya 27 tahun, Tuan," jawab Bianca dengan sopan.
"Apakah Anda sudah menikah? Atau akan melangsungkan pernikahan?" tanya Andreas lagi. Dia benar-benar merasa penasaran dengan wanita cantik tersebut, karena jika wanita itu masih single, maka dia ingin sekali memperkenalkan pada putranya, mungkin saja mereka bisa bersama.
"Ah, saya masih single. Saya ingin fokus terlebih dahulu dengan perusahaan."
"Wah, bagus dong. Kebetulan saya memiliki seorang putra yang umurnya 30 tahun, mungkin cocok dengan Anda." Andreas berkata dengan antusias, merasa sangat senang jika memiliki mantu secerdas dan secantik Bianca.
'Cih ... aku saja baru 29 tahun!' batin Aldo tanpa sadar, bahkan laki-laki itu terlihat sedang kesal sekali.
Ini yang Bianca malas jika partnernya berusia 45–50 tahunan, mereka pasti saja akan mencomblangkan dirinya dengan putra mereka. "Maaf, Tuan. Tapi saya sedang menjaga perasaaan orang lain saat ini." Bianca berkata sambil matanya memandang Aldo yang wajahnya masih datar sejak tadi.
Apa yang dilakukan Bianca tentu tidak luput dari pandangan Andreas.
"Apakah kalian sepasang kekasih?" celetuk Andreas.
"Hah? Itu ... anu ...." Bianca menjadi bingung sendiri bagaiaman menjawabnya.
"Tidak, Tuan! Saya hanya sebatas sekretaris dari Nona Bianca. Saya tidak mungkin selancang itu untuk mengencani Nona Bianca." Aldo menjawab dengan tampang wajah yang masih saja datar, tetapi nada bahasanya sangat sopan.
'Cih, hanya karena ditolak, dia sepertinya sangat dendam padaku. Berjuang Aldo! Berjuang!' gerutu Bianca dalam hati.
TBC
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments