Ceklek ....
"Aldo!" panggil Bianca saat membuka pintu ruangan sekretarisnya begitu saja.
"Nona, maaf atas kelancangan saya, tapi ... bisakah Anda ketuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk? Saya tau Anda adalah pemilik perusahaan ini, tapi saya kurang nyaman saat melihat Anda yang masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu," ucap Aldo dengan datar.
Bianca melongo, untuk pertama kalinya Aldo berbicara panjang terhadapnya. Biasanya laki-laki itu akan berbicara panjang jika sedang mempresentase sesuatu di depan umum, dan jika bersamanya, maka laki-laki itu akan menjawab 'Baik, Nona' hanya itu saja. Aldo sama sekali tidak pernah membuka mulutnya untuk sesuatu yang tidak penting.
'Cih ... apakah semua laki-laki seperti ini? Bukannya memperjuangkan, malah marah-marah tidak jelas! Setidaknya berjuang sedikit kek, senyum dikit. Ini malah datar mulu, perasaan gue nggak nolak secara kasar, gue kan cuman bilang semuanya terlalu cepat, kenapa dia seperti benci sekali dengan gue? Apakah dia berhenti menyukai gue hanya karena gue menolak dia? Cih ... laki-laki macam apa itu!' Bianca terus menggerutu di dalam hati, merasa sangat kesal dengan Aldo yang terlihat tidak mau memperjuangan dirinya.
"Baiklah, aku minta maaf. Tapi, kenapa kau protes sekarang? Bukannya aku memang biasa masuk ke dalam ruanganmu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu?" tanya Bianca sedikit heran.
"Maaf, Nona, tapi sebenarnya saya sedikit kurang nyaman dengan apa yang dilakukan Nona, saya bahkan sudah merasa kesal dari dulu. Tapi, saya memilih diam saja, dan maaf untuk kelancangan saya hari ini," jawab Aldo dengan wajah yang sama sekali tidak berubah.
"Baiklah, aku minta maaf. Tapi, bisakah kau jangan bersikap seperti ini? Aku tau kau sedang kesal, tapi kan aku cuman bilang kalau aku belum siap pacaran, tapi bukan berarti aku tidak mau pacaran selama-lamanya. aku tidak bermaksud untuk menolak, tapi untuk sekarang aku memang nggak bisa, karena aku takut akan merasa sakit hati," ucap Bianca tiba-tiba, yang sontak saja membuat Aldo semakin dibuat bingung. Perasaan topik seharusnya hanya tentang pintu. Tapi, kenapa bosnya malah curhat tentang kisah percintaan dirinya sendiri? Padahal dia tidak menanyakan perihal itu.
'Sebenarnya apa yang terjadi dengan dia? Kenapa dia bersikap sangat aneh seperti ini? Apakah dia memiliki kekasih? Tapi, kenapa dia malah curhat denganku? Padahal aku sendiri tidak paham sama sekali dengan cinta' batin Aldo yang benar-benar bingung dengan perubahan sikap atasannya itu.
"Tidak apa-apa, Nona. Maafkan atas kelancangan saya." Meski tidak paham, tapi Aldo memilih untuk membalas kalimat awal wanita itu saja.
"Baiklah, memangnya siapa yang tau kepada siapa hati kita berlabuh? Tidak ada yang salah dengan yang namanya cinta, semua orang berhak merasakan cinta. Tapi, tolong jangan berpikir jika cintamu bertepuk sebelah tangan. Sebaliknya, cobalah untuk memperjuangkan dia. Kamu paham, kan?" Bianca berkata dengan sangat lembut, berbanding terbalik dengan biasanya yang berbicara apa adanya, bahkan dengan intonasi yang biasa saja. Rupanya dia masih salah mengartikan maksud Aldo, dia pikir laki-laki itu meminta maaf atas kelancangan dirinya yang dengan berani menyatakan cinta pada atasannya sendiri.
Sejak tau kalau sekretarisnya memiliki perasaan pada ia, entah kenapa Bianca mendadak menjaga image-nya sekarang, agar di mata Aldo dia adalah wanita yang lemah lembut dan elegan. Meski fakta berkata lain.
"Baik, Nona. Saya paham!" jawab Aldo mantap. 'Meski sebenarnya saya tidak paham sama sekali'
Sayangnya kelanjutannya hanya mampu Aldo ucapkan di dalam hati, karena tidak mau menambah masalah dengan atasannya tersebut. Dia takutnya dia akan semakin dibuat bingung dengan penjelasan wanita itu.
"Baiklah, sekarang persiapkan berkas-berkas yang aku minta tadi. Kita akan bertemu dengan klien di restoran ****, sekaligus makan siang," ujar Bianca lembut.
"Tapi tumben sekali Anda yang menghampiri saya ke sini? Biasanya saya yang akan menghampiri Anda, Nona," celetuk Aldo.
Bianca tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, sekaligus aku ingin menghibur kau," sahut Bianca yang sontak saja membuat Aldo mengerutkan keningnya, memangnya apa yang terjadi dengan dirinya.
'Memangnya apa yang terjadi denganku, sampai-sampai aku harus dihibur? Apakah semenyedihkan itu aku sampai-sampai dia mengasihani aku? Apakah karena dia merasa sudah memiliki kekasih, sehingga kasihan padaku yang jomblo ini? Atau tetanggaku baru saja meninggal? Tapi, kenapa aku yang dihubur?' Aldo justru semakin bingung dengan maksud wanita di depannya itu.
"Maaf, Nona. Tapi, saya rasa itu tidak perlu, saya bahagia dan menikmati kehidupan saya yang seperti ini," ujar Aldo yang juga ikut salah mengartikan maksud wanita itu. Dia pikir, Bianca sedang mengejeknya saat ini, karena sudah memiliki gandengan, sedangkan dirinya, sampai sekarang masih saja melajang.
'Ckk ... baru ditolak sekali aja sudah nyerah. Okey, dengan penuh keterpaksaan gue yang harus bertindak, dan membuat laki-laki ini berani menyatakan cintanya dengan sangat romantis, dan yang pastinya mengajari bagaimana caranya menembak perempuan dengan benar, bukannya menyatakan di kantor, apalagi dengan cara yang tidak romantis sama sekali!' Bianca bertekad untuk membuat Aldo paham tentang wanita, dan bagaimana cara agar bisa meluluhkan hatinya.
"Baiklah, ayok pergi. Jangan sampai terlambat, karena itu akan membuat nama perusahaan kita tercoreng, karena bisa saja mereka berpikir kita tidak menghargai waktu," ucap Bianca lembut dengan senyum yang terus terpantri di wajah cantiknya.
"Baik, Nona!"
Mereka lalu keluar dari ruangan tersebut, kemudian berjalan menuju parkiran, tetapi dengan posisi Bianca yang berada di depan, dan Aldo yang mengekori dari belakang.
Bianca menghentikan langkahnya yang sontak saja membuat Aldo ikut berhenti, lalu menautkan alisnya, apakah ada yang kurang? Kurang lebih begitulah maksud raut wajah Aldo.
"Kenapa kau berjalan di belakangku?" tanya Bianca dengan terus mempertahankan suara lembutnya.
"Hah?"
'Bukankah memang seperti ini setiap harinya? Bahkan Nona Bianca tidak pernah mempermasalahkannya. Tapi, kenapa sekarang dia mempermasalahkan hal sepele seperti itu?' Aldo semakin dibuat bingung dengan perubahan atasannya yang secara mendadak berubah menjadi lemah lembut, bahkan senyum wanita itu terus mengembang. Sangat berbanding terbalik dengan hari-hari sebelumnya.
"Berjalanlah di sampingku!" pinta Bianca.
"Tapi Nona ...."
"Berjalanlah di sampingku, Al!" perintah Bianca tidak ingin dibantah.
"Baik, Nona." Aldo yang tidak ingin mencari masalah dengan bosnya langsung mengiyakan saja permintaannya.
Mereka lalu berjalan beriringan menuju parkiran. Tetapi karena Aldo yang merasa sedikit tidak sopan jika beriringan dengan atasannya, maka dia sedikit memperlambat jalannya sehingga Bianca lebih dulu selangkah dari ia.
Bianca menipiskan bibirnya, berusaha untuk menyembunyikan senyum, agar tidak ketahuan oleh sekretarisnya.
'Apakah segitu groginya dia berjalan beriringan dengan perempuan yang dia sukai?' batin Bianca sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa gemes dengan sikap Aldo yang sedikit malu-malu.
TBC
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments