4. Salah Alamat

"Hay Sabina..."

Sabina kaget Jinan menyapa nya duluan. Ia menunggu sekolah sepi baru berani menghampiri Jinan.

"Ha-hay..." Sabina merasa tenggorokan nya tersumbat.

Jinan tersenyum bersahabat. "Yang kemarin, sorry ya gue nggak sopan sama lo."

Sabina balas tersenyum kecil. "Iya nggak apa-apa. Kayak nya cuma salah paham."

Lalu Jinan mengajak Sabina duduk di bangku agar nyaman mengobrol.

"Gue minta maaf. Gue sama sekali nggak tau. Surat yang gue kirim malah salah alamat."

Sabina menunduk telaten mendengar penjelasan Jinan.

"Waktu kelas satu, gue sekelas sama Rayna. Gue suka sama dia. Tapi gue terlalu nggak pede ungkapin ke dia. Maka nya gue bungkam selama ini. Bahkan gue jadi ketua OSIS buat naikin pede gue deketin dia. Tau nya jabatan nggak jaminan. Gue tetep krisis percaya diri, gue nggak berani deketin Rayna."

"Trus, mengenai surat?" Sabina nggak sabar ingin tahu kenapa sampai salah alamat.

"Setahu gue, Rayna pake tas itu. Jadi selama ini gue cuma nyuruh anak OSIS simpen surat di tas warna pink di kelas lo. Gue pikir masih Rayna yang pake tas nya. Gue nggak tau tas itu udah berpindah tangan."

Ooooooo ... Clear masalah nya..

Selama ini, Rayna suka memberi barang nya pada Sabina. Baju, tas, sepatu. Walau bekas, Sabina senang karena barang nya bagus bagus. Sabina tidak bisa meminta macam macam pada Om-nya jadi dengan senang hati menerima barang milik Rayna.

Tapi akibat nya, ada surat salah alamat ke tas nya. Karena tas itu milik Rayna.

"Gue minta maaf sekali lagi. Pasti lo keganggu dengan surat surat gue kan?" Tanya Jinan.

Sabina menunduk malu. Perasaan berbunga-bunga yang ia rasakan dapat surat itu kuncup. Karena surat itu untuk sepupu nya yang cantik sempurna.

"Yang penting semua udah jelas. Jadi aku nggak perlu nerima surat salah alamat lagi." Sabina mengeluarkan semua surat pink yang diterima nya. "Mungkin ada baik nya kamu yang kasih ini semua ke Rayna."

Jinan terdiam sebentar. "Kayak nya nggak perlu. Gue bisa minta bantuan lo kan buat pendekatan sama Rayna?"

Kening Sabina berkerut. "Maksud nya?"

"Lo bantuin gue pdkt sama Rayna. Lo kan sepupu nya. Pasti tau banyak tentang dia kan."

Sabina terdiam dan menggeleng. "Kamu nggak perlu bantuan aku. Tinggal kamu chat dia bisa kan. Kamu kan ketua OSIS pasti nggak susah dapetin nomor HP Rayna."

Jinan mengangguk sambil tersenyum simpul. "Emang. Gue gampang kalau pengen nomor HP. Tapi itu cara pdkt yang biasa. Gue pengen deketin Rayna pake cara nggak biasa. Kalau nge chat, ngajak jalan, dan nembak, udah standar. Gue pengen bikin yang berkesan. Walau pake surat itu dibilang kuno, tapi gue yakin berkesan buat dia."

Sabina terdiam. Rayna beruntung banget ada cowok romantis yang suka pada nya. Tapi Rayna kan udah punya pacar. Walau hubungan mereka lagi renggang, tetep aja Rayna bukan jomblo.

Tiba-tiba Jinan melihat sesuatu di lantai. Kening nya berkerut dan mengambil nya. Foto. Seperti nya sobekan kertas dari Mading dan dilaminating seperti foto sungguhan.

Sabina kaget karena itu jatuh dari tas nya. "Eh itu punya aku."

"Lo suka sama Daniel?" Tembak Jinan langsung membuat Sabina gugup.

Foto itu Sabina ambil dari Mading sekolah ketika sekolah sudah sepi. Foto dari koran ketika Daniel ikut kompetisi basket.

"Ngg itu.. bukan.. ngg.." Sabina bingung mau jawab apa.

Jinan tersenyum. "Oke. Gini aja. Lo bantuin gue pdkt ke Rayna, dan gue bakal bantu lo jadian sama Daniel. Gimana?"

Sabina kaget dan menggeleng. "Jadian sama Daniel? Mana bisa. Aku ini siapa. Cuma cewek kampung. Bicara sama cowok aja baru sekarang." Sabina jujur saja membuat Jinan agak heran.

"Lo nggak pernah deket sama cowok?" Jinan tertawa pelan. "Hari gini, masih aja ada cewek kayak lo."

Entah Jinan memuji atau mengejek nya. Tapi Sabina baru sadar kenapa dengan Jinan dia bisa lancar ngobrol. Dia tidak pernah mengobrol dekat dengan cowok. Mungkin karena Jinan supel dan bersahabat.

"Aku nggak pede deketin Daniel," kata Sabina akhirnya. "Aku takut cuma malu maluin aja."

Tiba-tiba Jinan merangkul nya, enteng. "Kan sekarang ada gue. Gue bakal bantuin lo. Lo juga bantuin gue deket sama Rayna. Gimana?"

Sabina menggigit bibir, gelisah. "Tapi mengenai kamu bisa jadian sama Rayna bukan tanggung jawab aku lho."

"Ya jelas enggak. Lo cukup bantu gue deket sama dia. Gue kan cowok. Tetep harus ada perjuangan nya. Tapi lo, gue bertanggung jawab sampe lo jadian sama Daniel. Gue rasa itu fair. Gimana menurut lo?"

Seperti nya Sabina tidak punya alasan menolak.

***.

Terpopuler

Comments

Neni Bunda Alif

Neni Bunda Alif

ujung ujung nya sabina jadian sm jinan

2022-08-20

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!