2. Ketemuan

Surat misterius tanpa nama itu cukup mengganggu pikiran Sabina sepanjang hari.

Dalam surat dikatakan, sudah lama memperhatikan nya dan ingin bertemu berdua.

Sabina kebingungan, tak habis pikir ada yang menaruh hati padanya. Selama ini dia hanya berusaha tidak terlihat di sekolah.

Dia berpikir apa mungkin teman sekelas nya.

Di kelas pun dia selalu menunduk jika guru sedang mengajar.

Jadi dia tidak tahu kalau ada yang memperhatikan.

Tapi jika memang teman sekelas nya, kapan surat nya disimpan di tas Sabina?

Sejak tadi mereka sekelas di laboratorium komputer.

"Siapa ya kira-kira yang ngirim?" Gumam nya sambil memperhatikan tulisan nya. Tulisan nya begitu rapi menandakan orang nya hati-hati menulis nya.

"Bi...!" Pintu terbuka tiba tiba.

Spontan Sabina memasukkan surat nya ke laci.

"Rayna... Ngagetin aja deh."

"Ayo ke ruang tengah. Kita mulai latihan dance. Walau masih beberapa minggu kamu kan butuh persiapan." Rayna sedang semangat semangatnya.

"Tapi..." Sabina agak enggan.

"Aahhh nggak ada tapi tapi.. ayo kamu pasti lolos seleksi." Rayna bergegas menarik sepupu nya untuk latihan dance.

Sabina pasrah jadi nya walau tidak yakin punya kemampuan menari.

***

"Duhh badanku sakit semua." Keluh Sabina ketika pelajaran olahraga berakhir.

Kemarin Rayna memaksa nya latihan terus sampai badan nya pegal. Dan hari ini ada pelajaran olahraga yang membuat badan nya makin remuk.

Lengkap sudah pembantaian hari ini.

Bertepatan jam istirahat, kelas langsung kosong hanya ada Sabina seperti biasa.

Ketika membuka tas, ia terkejut melihat amplop pink yang sama dengan surat kemarin.

Lagi lagi tanpa nama.

Kalau teman kelas nya, bagaimana bisa?

Sejak tadi mereka mengikuti pelajaran olahraga dan tidak ada yang absen.

Lagi membolak-balik surat, bingung, mendadak mata nya menangkap sosok yang melintas depan kelas nya. Daniel!

Jantung nya berdegup kencang. Daniel melirik ke arah nya dan tersenyum keren.

Spontan dengkul Sabina lemas.

Apa Daniel pengirim nya?

Ia menggeleng kuat kuat. "Nggak mungkin! Jangan halu deh, Bina.."

Ia menyimpan kembali surat di tas.

***

Sabina khawatir ada yang iseng pada nya. Berusaha tidak terbawa perasaan membaca setiap kata gombal yang melayangkan hati ge-er nya.

Namun, surat misterius itu terus saja berdatangan selama seminggu.

Terus mengungkapkan kekaguman nya.

Tetap tanpa nama. Amplop pink seperti biasa.

Pernah sekali dia coba mengintai ketika kelas kosong. Mencari tahu siapa yang mengirim surat itu. Tapi dia tidak melihat siapa pun. Hanya melihat anak kelas 2 mondar mandir dekat kelas nya membawa buku.

"Mending aku bales surat nya. Biar dia berenti neror aku pake surat tanpa nama begini.." pikir Sabina akhir nya.

"Teruntuk.. kamu pengirim surat

Kita ketemu di lapangan basket jam pulang sekolah nanti."

Biar selesai. Sabina pun penasaran siapa pengirim nya.

Apa dia terlalu pendiam sehingga ada yang tertarik pada nya karena itu?

Surat nya diletakkan di tas dengan tulisan Surat Balasan.

Dia berharap pengirim surat melihat dan mengambil surat balasan nya.

***

"Bi, ini formulir pendaftaran seleksi cheerleader. Kamu isi ya nanti kasih ke aku. Jangan lama-lama lho." Rayna mampir ke kelas hanya untuk memberikan formulir lalu pergi lagi karena sibuk menyeleksi calon anggota cheers.

"Rayna ngotot banget aku kudu ikut cheers," keluh Sabina lesu. "Padahal aku nggak bakat nari."

Ia membuka tas hendak mengambil kotak pulpen dan terdiam.

"Surat nya udah diambil. Berarti tadi dia ke sini." gumam nya.

Sabina makin penasaran siapa pengirim nya.

Ia cuma ingin tahu. Tidak ingin terlarut rasa ge-er terlalu lama.

Maka ketika pulang sekolah, ia mendekati Rayna.

"Bi, kamu bisa pulang sendiri?" Belum minta izin Rayna sudah membaca isi hati sepupu nya.

"Emang kenapa, Na?" Sabina berbasa-basi biar Rayna tidak curiga.

"Aku mau ke rumah Zia, anggota cheers yang lagi sakit. Kami mau pada besuk."

"Oh gitu. Iya nggak apa-apa aku bisa pulang sendiri."

"Atau kamu ikut juga yuk?"

"Nggak usah, Na. Lain kali aja. Nggak apa-apa aku pulang sendiri. Naik angkot kan cuma sekali ke rumah." Sabina meyakinkan sepupu nya yang jelas khawatir baru kali ini ia sendirian.

"Hati hati lho. Ntar aku bilang sama Ayah buat beliin kamu HP."

Sabina tersenyum simpul. "Udah santai aja."

"Duluan ya, Bi."

Begitu Rayna pergi, Sabina menarik nafas dalam-dalam sambil menunggu sekolah benar-benar sepi.

Ia membaca lagi surat surat pink yang diterima nya.

Agak bingung memang hari gini pakai surat.

Sabina baru sadar. "Eh tapi kan aku nggak punya HP. Kalau ada HP pasti dia kirim SMS."

Benar juga. Masuk akal kenapa surat yang dikirim nya.

***

"Duhh mana ya orang nya? Keburu sore ini. Kok belum dateng juga?" Sabina gelisah karena tidak ada tanda-tanda orang datang. Sekolah memang sudah sepi.

Sabina celingukan ke segala arah. Apa orang itu bersembunyi?

Ditunggu sampai sore, tidak ada yang datang.

Sabina kecewa.

"Harusnya aku nggak percaya. Ini pasti aku dikerjain lagi deh." Tanpa buang waktu dia ambil tas dan pulang dengan hati kesal.

***

Besok nya, sekembali nya dari perpustakaan, ada surat lagi di tas nya.

Isi nya meminta maaf kemarin tidak datang karena ibunya sakit dan harus segera pulang. Lalu ia ingin bertemu Sabina pulang sekolah di belakang laboratorium kimia.

"Jangan-jangan ada yang mau kerjain aku nih," Sabina mulai takut.

Ingatan nya ketika dulu ia di bully di sekolah lamanya membuat nya merinding.

Tapi ia masih penasaran siapa pengirim ,nya. Mungkin setelah itu ia tidak perlu menerima surat lagi.

Ketika pulang sekolah, setelah menghindar dari Rayna, Sabina berjalan dengan berdebar. Dia sungguh nervous akan bertemu teman surat nya yang katanya menaruh hati pada nya.

Tiba di tempat janjian, ia terdiam melihat seorang cowok duduk di sana.

Sabina kenal siapa dia.

Jinan.

Ketua OSIS.

Dari kelas 3 IPA 2.

"Masa' dia orang nya?" Sabina bingung bukan main.

Mereka tidak saling kenal. Bahkan bertemu saja baru sekarang. Sabina mengetahui dia ketua OSIS karena sering mengikuti upacara.

Jinan bertubuh tinggi dan berwajah manis yang terkesan imut. Rambut nya lebat hitam dan mata nya hitam bening. Mungkin karena wajah ganteng nya dia memenangkan pemilihan ketua OSIS.

Sabina celingukan mencari mungkin bukan Jinan orang nya.

Tapi hanya Jinan yang ada di sana.

Sabina panik dan gugup. Dia benar benar nggak siap dengan situasi begini.

Ia berbalik hendak pergi.

Tiba-tiba suara berat memanggil nya.

"Hay..."

Sabina kaget dan berbalik.

Jinan menatap nya bingung sambil celingukan. "Lo yang datang? Rayna mana?"

Hah?? Rayna???

Sabina memegang surat pink nya masih dengan ekspresi tidak bisa ditebak.

"Aku..." Lidah Sabina terasa kelu tidak bisa bicara. Yang jelas, ia hanya ingin pergi secepatnya.

Jinan melirik surat yang dipegang Sabina dan terdiam. "Kok suratnya bisa sama lo?"

Sabina merasakan mata nya memanas menahan agar air mata tidak jatuh. "Aku Sabina, sepupu nya Rayna. Nanti aku sampaikan semua surat kamu ke dia." Ia bergegas pergi.

Jinan berusaha mencegah tapi Sabina sudah meninggalkan nya.

***

Terpopuler

Comments

Neni Bunda Alif

Neni Bunda Alif

salah alamat

2022-08-20

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!