Rasa nya Sabina sudah tidak bisa pergi ke sekolah.
Dia malu bukan main.
Semalaman dia menangis karena malu. Rasa nya seperti ditelanjangi di depan umum.
Malu nya pake banget.
Ekspresi kecewa Jinan membuat hati nya tidak enak sepenuh nya.
Sabina menenggelamkan tubuh nya dalam selimut. Dengan wajah merah habis menangis.
Menangis karena malu dan kecewa.
"Sabina..." Rayna tiba tiba masuk kamar. "Kamu kenapa, Bi? Kata Mpok Eti, kamu sakit."
Sabina menatap sepupu nya dengan mata sembab. "Aku nggak enak badan, Na. Tolong mintain izin ya."
"Kok bisa? Aku anter ke dokter ya?" Tawar Rayna.
"Nggak perlu. Cuma begini, aku cuma butuh istirahat aja. "
"Trus kenapa kamu nangis? Ada yang ganggu kamu?" Rayna tidak membiarkan sepupu nya begitu saja.
Sabina terdiam. Ingin dia menjelaskan yang terjadi tapi khawatir Rayna malah salah paham.
Lebih baik bohong, daripada manjang. "Aku cuma inget ibu sama ayah, Na. Makanya aku nangis. Kadang lagi sakit gini aku jadi mellow inget ayah ibu."
"Ohh kirain ada yang isengin kamu. Aku juga kadang sedih sih kalau inget bunda. Tapi kita harus tetep semangat. Itu kata Ayah. Jangan berlarut-larut sedih nya. Nggak bagus buat kesehatan."
Sabina tersenyum kecil. "Iya aku nggak akan nangis lagi. Eh kamu kenapa kok muka nya ditekuk gitu? Ada masalah?"
Rayna cemberut. "Keliatan ya? Aku lagi bete banget, Bi. Kayak nya hubunganku sama Ergi nggak bisa aku pertahanin."
"Ergi?"
"Cowokku. Dia kelas 3 IPA 2. Tapi udah tiga bulan ini dia pindah ke Yogyakarta. Kami long distance jadi nya. Awal nya baik baik aja. Tapi akhir-akhir ini dia dingin sama aku. Jarang nge chat aku. Tiap aku ngajak video call dia nggak bisa. Kayak nya dia udah mulai bosen hubungan jarak jauh." Rayna curhat semua unek-unek nya.
Ohh jadi Rayna udah punya pacar, batin Sabina.
"Ya udah kamu jangan bete gitu ah. Jelek tau. Kalau dia serius juga nanti hubungin kamu."
Rayna mengerucutkan bibir nya. "Gitu ya?"
"Iya. Udah sekarang kamu ke sekolah gih, nggak lucu kan murid teladan kalo telat. Jangan lupa mintain izin aku sakit."
"Iya deh. Kamu cepet sembuh lho.. seleksi tinggal sepuluh hari lagi. Pokok nya kamu harus sehat. Oke. Aku pergi dulu ya.."
Begitu Rayna pergi, Sabina menarik selimut dan melanjutkan tidur nya. Lebih baik dia tidur dan melupakan semua nya.
***
Hanya dua hari, Sabina masuk sekolah lagi seperti biasa. Ia ingat sudah dibiayai Toni, tidak enak kalau mogok sekolah hanya karena surat salah alamat.
Ia berusaha melupakan kejadian memalukan itu.
Si ketua OSIS pun seperti nya tidak ambil pusing.
Sabina melihat nya ketika datang, si Ketua OSIS berpapasan dengan nya namun acuh saja.
Pasti ia masih kesal karena surat nya salah alamat.
Harus nya aku yang kesel, bukan dia, batin nya.
Jinan tertarik pada Rayna.
Sudah pasti sepupunya yang cantik dan percaya diri banyak yang suka.
Ketika jam istirahat, Sabina lupa bawa botol minum. Jadi harus ke kantin.
Baru saja keluar kelas seorang cowok yang sepertinya adik kelas 2, mendekati nya.
"Kak, ada pesen buat Kakak." Dari name tag nya nama adik kelas ini Rendi.
Ia heran. "Pesan apa? Dari siapa?"
"Dari Kak Jinan ketua OSIS. Katanya pulang sekolah ditunggu di tempat yang sama dengan kemarin."
Sabina kaget.
Jinan mau apa lagi?
Apa dia mau bikin perhitungan?
Karena ia yang menerima semua surat nya?
Sepanjang jam pelajaran Sabina gelisah dan takut.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Neni Bunda Alif
penasaran
2022-08-20
0