Tawanan Putri Mahkota
Terdengar luapan kemarahan dalam sebuah ruangan.
Plash
Plash
Suara pukulan cambuk berkali-kali terdengar.
"Bagaimana kau mau mewujudkan impian Kaisar jika begini? Oh Tuhan Yan er kau bukan sedang main-main di sini!"
Tepat setelah mencambuknya dengan sepuluh kali cambukan pria itu pergi meninggalkan Lui Ziyan sendiri di ruangan itu.
Liu Ziyan memandang kosong ke depan. Hal seperti sudah biasa dia terima.
Cang
Hap
Pria itu kembali melempakan sebuah benda kecil yang langsung di tangkau oleh Liu Ziyan.
"Jangan sampai di tubuhmu terdapat bekas luka. Ingat besok kau harus hadir di saat penobatan pemberian penghargaan pada Panglima perang kerajaan!"
"Lou Yu!"
"Iya Tuan"
"Bantu Putri memakaikan salepnya. Pastikan sampai sembuh dan bekas lukanya menghilang!"
"Baik Tuan!"
Lui Ziyan sama sekali tidak protes saat Lou Yu membuka pakaiannya. Lou Yu meringis melihat bekas luka pada tubuh Tuan Putrinya.
Ini bukan yang pertama Nona Putrinya di hukum oleh pamannya itu. Hal ini sudah berlangsung sepuluh tahun lamanya.
Nona Putri di asingkan secara diam-diam oleh Kaisar dan di latih serta di didik menjadi Panglima bayangan kerajaan. Bukan hanya itu Nona Putri juga menjadi mata-mata. Bahkan harus siap masuk ke wilayah musuh setiap harinya.
Hal ini terjadi tentu bukan tanpa alasan. Kaisar kehilangan putra kandungnya saat berusia 4 tahun. Istrinya harus kehilangan rahim saat umur Lui Ziyan 7 tahun
Kaisar tidak ingin Lui Ziyan berakhir sama seperti Lui Mingshan meminta adiknya membawa putrinya keluar istana diam-diam. Sudah 10 tahun berlalu, tidak ada yang tahu seperti apa wajah putri mahkota kerajaan Lui.
Putri Mahkota hanya akan di panggil pulang saat ada acara besar. Selebihnya Putri Mahkota berada di luar istana untuk menjalankan misi-misi berbahaya yang tidak sanggup di lakukan oleh tim inti pelindung kerajaan.
"Sudah selesai Nona." Lou Fan memasangkan kembali pakaian Nona Putrinya.
"Nona... Nona mau kemana?"
"... Aku hanya ingin mencari angin sejenak." Lui Ziyan berlalu dengan pedang di tangannya.
Saat ini di sebuah suasana yang sangat tenang di tengah hutan. Lui Ziyan sedang menghembuskan serulingnya.
Suara merdu dari hembusan seruling terdengar mendayu-dayu seolah melambangkan isi hati sang pemilik seruling.
Lui Ziyan seolah menyampaikan kerinduan mendalamnya melalui hembusan seruling yang dia hembuskan. Dia sudah sangat merindukan Ayahanda dan Ibundanya yang berada di pusat Ibu kota.
Sudah terhitung 6 bulan dia tidak mengunjungi Kerajaan di mana Ibunda dan Ayahanda berada.
Tanpa sepengetahuan Lui Ziyan pamannya memeperhatikannya dari jauh.
"Kakak, tidak sekali dua kali aku mendengar A Yan membunyikan seruling dengan begitu sendu. Dia sangat merindukan kalian. 10 tahun sudah berlalu, sebentar lagi A Yan sudah harus menikah.
Apa kalian tidak sedih jika nantinya setelah menikah waktunya akan lebih banyak bersama sang suami. A Yan begitu merindukan kalian." Lui Feng tidak sanggup mendengar dan melihat tatapan sendu keponakannya memilih pergi dari sana.
Lui Ziyan memandang jauh ke depan, di dalam fikirannya membayang senyuman lembut ibunya. Senyuman terakhir yang dia lihat saat dia berusia 7 tahun sebelum petaka besar menghampiri keluarganya.
Karena sejak Ibunya kehilangan rahimnya. Ibunya sangat jarang tersenyum, jika pun tersenyum. Senyuman itu penuh ke palsuan dan juga sebuah hal yang sangat di upayakan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments