Selepas berbincang beberapa saat sembari menikmati teh dan kue, Eyang mengajak Nathan untuk santap siang.
Namun Nathan yang merasa ingin mandi lebih dulu akhirnya memutuskan untuk mohon diri diijinkan ke tempat kontrakannya saja.
"Rasanya tidak betah belum mandi segala Eyang."
Kata Nathan yang merasa langsung nyaman dengan keramahan sikap Eyang Putri.
Eyang pun terkekeh, melihat Nathan rasanya Eyang jadi ingat Singgih, cucu laki-lakinya yang kini tinggal begitu jauh hingga sudah bertahun-tahun lamanya tak bersua.
"Baiklah Nak Nathan, monggo mandi dulu, nanti makan siangnya diantar Mbok Siti ke kontrakan tidak apa-apa."
Ujar Eyang.
"Aduh saya malu sebetulnya Eyang, sampai disiapkan makan siang segala lho, jadi merepotkan Eyang rasanya."
"Ealah, cuma santap siang saja, kita itu kalau jam nya makan siapa saja yang datang ke rumah ya sudah semestinya disuguh makan. Sudah jadi budaya kita orang timur yang senang memuliakan tamu,"
Ujar Eyang.
Nathan mantuk-mantuk, tentu saja mungkin karena ia tinggal di kota besar, ia juga termasuk anak pasangan yang selalu sibuk di luar rumah, maka Nathan tak pernah mendapat wejangan semacam itu.
Pun setelah menikah, ia mendapati mertua yang juga sama sekali tak seperti itu, ada tamu pun jarang sekali menyuguhkan makanan dan minuman, apalagi semisal mengajak makan.
Kecuali, jika yang datang saudara yang posisinya terbilang sukses, tentu saja mereka mendapat perlakuan istimewa.
"Eyang panggilkan Bunga sebentar, biar antar ke kontrakan, tadi Pak Darso pamit ke kota sebentar mau ke bengkel katanya."
Kata Eyang.
"Pak Darso?"
Tanya Nathan bingung,
Eyang Putri pun jadi terkekeh,
"Ah iya, Pak Darso itu suami Mbok Siti yang rewang di sini, dia ngurus kebun, jaga rumah, juga supir Eyang Kakung sampai sekarang juga masih nyupir kalau Eyang mau ke mana-mana."
Tutur Eyang menjelaskan,
"Oh iya Eyang,"
Nathan tersenyum mengerti,
Lalu...
"Bunga... Bunga..."
Eyang memanggil Bunga, cucunya yang kini sedang menikmati keripik pisang sambil duduk sila di atas karpet menonton TV di ruang dalam.
Mendengar suara Eyang memanggil, Bunga pun cepat berdiri dan bergegas menuju ruang depan lagi.
Meski saat melangkah ke ruang depan tersebut, dada Bunga rasanya dag dig dug tak menentu.
Ah...
Tatap mata Nathan, seperti tatapan mata Nicholas Saputra, tatapan yang sulit rasanya untuk perempuan mengabaikannya.
Wajahnya yang tampan dan tutur bahasanya yang halus, membuat laki-laki muda teman Mas Singgih itu sungguh memiliki nilai tinggi.
"Dalem Eyang..."
Tampak Bunga muncul di pintu pembatas ruangan depan dan ruangan dalam, ia tak berani menatap Nathan sama sekali,
"Antarkan Mas Nathan ini ke kontrakan, kuncinya tadi di atas bufet dekat kamar Eyang, ambilkan Bunga."
Kata Eyang, yang tentu saja langsung membuat jantung Bunga mau melompat.
Aduh, kenapa malah harus mengantar Nathan segala?
Tapi...
Bunga tahu jika menolak perintah Eyang itu saru, tidak sopan, tidak baik, dan Eyang pastinya akan marah.
Bunga pun akhirnya mengangguk, lantas berbalik masuk lagi ke ruang dalam untuk mengambil kunci.
"Nah monggo Nak Nathan barangkali mau mandi dulu, rehat dulu, nanti makan siangnya diantar Mbok Siti atau Bunga ya."
Kata Eyang.
"Ngg... Ini saya bayar kontrakan sekalian Eyang."
Nathan akan membuka tas ranselnya, tapi buru-buru Eyang menolak,
"Tidak usah, nanti saja, sudah mandi dulu saja, istirahat saja, yang penting kerasan dulu, kalau sudah kerasan monggo bayar tidak apa-apa."
Ujar Eyang.
"Waduh Eyang, saya benar-benar tidak enak ini jadinya."
Kata Nathan,
"Wis... Wis... Anggap saja lagi di rumah Eyang sendiri, nanti gampang wis tidak usah dipikir dulu."
Eyang berdiri, bersamaan dengan munculnya Bunga lagi yang membawa kunci kontrakan.
**---------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
depy ayu Irawan
tak tunggu thor
2022-08-04
1
marni sumarni
wkwkwkwk....
tgu lgi slnjut
nya
2022-08-03
1
Susan
untung banyak nih...Nathan
2022-08-03
1