4. Gadis Ayu

"Siapa Bungaaa..."

Terdengar suara Eyang Putri dari dalam, membuat Bunga terkesiap, dan langsung mengalihkan pandangannya ke dalam ruangan rumah.

Eyang Putri muncul dari pintu pembatas ruangan depan dan ruang dalam, ia berjalan menuju pintu utama di mana Bunga berdiri di sana menemui dua orang yang baru datang.

"Ngg ini Eyang... ada Mas Sunarto dengan temannya Mas Singgih, betul kan... Mas?"

Tanya Bunga pada laki-laki muda yang berwajah sangat tampan, yang kini berdiri di dekat si tukang ojek.

Eyang Putri keluar dari rumah melewati pintu dan kemudian berdiri menghadapi laki-laki muda yang kini membungkuk memberi salam pada Eyang dengan santun.

"Betulkah ini teman Singgih? Sopo namanya, Tan... Tan... Sopo?"

Eyang mencoba mengingat, membuat laki-laki muda di hadapannya itu jadi tersenyum, yang tentu saja senyumnya tersebut menambah pula ketampanannya.

"Nathan,"

Kata laki-laki muda itu memperkenalkan diri,

"Oalah iya, Nathan... Nggih monggo, monggo nak Nathan, masuk silahkan..."

Eyang Putri pun langsung dengan ramah dan hangat mempersilahkan Nathan masuk rumah.

Nathan mengangguk sopan, lantas ia meminta ijin untuk membahas ongkos Mas Sunarto terlebih dahulu, karena telah mengantarkannya langsung ke tempat yang dituju.

"Buatkan wedang teh untuk Mas Nathan, Nga,"

Kata Eyang pada Bunga.

Bunga pun mengangguk, saat kemudian Bunga akan masuk ke dalam rumah, tampak Nathan memandangnya sekilas,

"Maturnuwun Mas, nanti kalau butuh apa-apa hubungi saya saja,"

Kata Mas Sunarto.

Tampak Nathan tersenyum lalu mengangguk.

Hubungi bagaimana? Nomor saja tidak tahu. Batin Nathan.

Tapi, karena seperti yang dikatakan Mas Sunarto jika mertuanya rumahnya dekat dari rumah Eyang, maka Nathan pikir nanti juga mereka akan bertemu lagi.

Setelah Mas Sunarto pamit, Nathan kemudian masuk ke ruang tamu rumah Eyang, di mana Eyang tadi sempat masuk dan mempersilahkan Nathan untuk masuk ke dalam rumah.

"Duduk nak, monggo..."

Nathan yang tengah menatap beberapa foto lama yang terpajang di dinding ruangan depan rumah Eyang terlihat langsung menoleh ke arah pintu pembatas ruang depan tersebut dengan ruang dalam.

Nathan terlihat mengangguk, lalu kemudian duduk di salah satu kursi di ruangan tersebut.

Kursi yang terbuat dari kayu dan juga anyaman sayatan kayu.

Benar-benar kursi model jaman dahulu.

Eyang Putri juga tampak menyusul duduk di salah satu kursi yang ada di sana, kursi-kursi itu mengitari sebuah meja kayu bundar, yang ditutup taplak batik warna kuning kunyit, di mana di atasnya diletakkan satu vas bunga dan asbak dari seng.

"Barusan Singgih telfon, memastikan Nak Nathan sudah sampai di tempat Eyang."

Kata Eyang kemudian,

"Oh, iya Bu..."

Ujar Nathan mengangguk santun,

Eyang Putri terkekeh mendengar ada orang memanggilnya dengan sebutan Bu.

Sebuah panggilan yang tentu saja sudah lama sekali Eyang tak pernah dengar lagi karena kebanyakan kini orang akan memanggilnya Eyang, atau jika di luar dan jauh dari rumah, maka Eyang akan dipanggil dengan sebutan Mbah.

"Panggil saja Eyang, Nak Nathan, seperti Singgih, seperti juga Bunga, dan yang lain."

Kata Eyang akhirnya, begitu tawa kecilnya reda.

Bunga tampak muncul dari arah pintu pembatas ruang depan dan ruang dalam, ia membawa satu nampan dengan dua cangkir keramik dan satu piring berisi irisan kue.

Nathan sekali lagi memandang gadis yang kini berjalan mendekat ke arahnya, gadis yang begitu ayu dan entah kenapa terasa begitu menarik di mata Nathan.

**-----------**

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***