"Kenapa sih mas, saat kamu di luar susah sekali aku hubungi? kamu dia sana ngapain saja? kalau pun ada kerjaan seharusnya malam bisa kan jika hanya sekedar menelpon aku? tapi kamu seakan nggak peduli sama aku yang disini nungguin kabar dari kamu."
Aku memberondongnya dengan banyak pertanyaan ketika dia baru saja masuk kamar. Aku tidak peduli dia lelah atau tidak yang aku tau dia sengaja mengabaikan aku saat berada di luar kota.
Cello menatapku lekat kemudian memelukku.
"Aku berada di luar kota mencari nafkah untuk kamu, bergelut dengan peralatan operasi, sekali salah nyawa orang menjadi taruhannya."
Perkataan lirihnya membuat segunung emosiku mencair, kenapa aku selalu lemah ketika dia memberikan alasan.
"Saat aku pulang, aku ingin bermanja-manja dengan kamu tapi kamu malah memberondong aku dengan banyak pertanyaan yang menyudutkan aku lalu aku harus bagaimana?"
Hatiku terasa ngilu mendengarnya, apa aku sejahat itu padanya? menuduhnya yang tidak tidak padahal jelas-jelas dia mengabaikan aku saat berasa di luar kota.
"Apapun yang aku lakukan di sana tak ada niat sedikit pun untuk mengabaikan kamu sayang hanya saja memang aku benar-benar lelah, tidakkah kamu lihat betapa lelahnya aku?" Dia menunjukkan raut wajah lelahnya.
Aku semakin bingung, hatiku tak menentu rasa kesal yang awalnya menggebu-gebu kini menguap begitu saja, malah kini yang muncul rasa kasian dan merasa bersalah padanya.
"Maaf mas," kemudian membalas pelukannya.
Dia mengabsen setiap jengkal wajahku, mulai mata, hidung, pipi dan bibir.
Aku pun sama mengabsen setiap jengkal wajahnya kemudian menatapnya dengan lekat.
"Maafkan aku mas, hanya saja aku tidak suka kamu abaikan, aku disini khawatir jika tidak ada kabar dari kamu." Mataku membasah, aku berharap dia mengerti.
"Iya, maafkan aku juga," sahutnya.
"Kamu sudah makan?" tanyaku.
"Belum, aku mau mandi dulu," jawabnya dengan tersenyum manis.
"Ya sudah sana mandi dulu." Aku sedikit mendorongnya.
Dia melepaskan jas yang dikenakannya, lalu pergi ke kamar mandi.
Melihat ponselnya yang tergeletak membuat aku kepo, kuambil dan kubuka ponselnya. Tak ada nama wanita asing tapi selalu dokter Faisal yang menduduki urutan pertama dan anehnya riwayat chat aku dihapus.
Aku melihat log panggilan tapi semua panggilanku juga dihapus, aneh sungguh aneh, apa yang terjadi.
Aku mengecek lagi dan aku menemukan panggilan tak terjawab dan panggilan masuk dari Dokter Faisal. Siapa sebenarnya dokter Faisal ini? kenapa dia sering menghubungi suamiku? apa memang urusan kerja atau yang lainnya?
Aku semakin bingung, ku coba mencari informasi lainnya namun aku tidak menemukan apa-apa. Akhirnya aku meletakkan ponselnya lagi di nakas.
Pikiranku berkecamuk tak karuan, aku yakin jika ada disembunyikan tapi aku tidak memiliki bukti.
"Ya Tuhan apa yang terjadi sebenarnya?"
Tak lama kemudian Celo keluar dengan membawa celana dan baju kotornya.
"Sayang ambilkan baju dong," katanya dengan manja.
Aku berjalan menuju lemari mengambil baju santai miliknya, saat ingin memberikan baju padanya ponsel Celo berbunyi nampak Dokter Faisal memanggil.
"Mas Dokter Faisal memanggil," kataku.
Seketika wajah Celo berubah, dia mengambil ponselnya dan lalu mengangkatnya.
"Halo dokter," sapa Celo saat mengangkat sambungan telponnya.
Celo menatapku yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri menerima panggilan.
"Baik Dok saya akan segera ke rumah sakit," kata Celo lalu mematikan saluran ponselnya secara sepihak.
Aku sudah memasang wajah cemberut pasalnya baru datang tapi dia sudah mau pergi lagi.
"Kerjaan lagi?" tanyaku.
Celo hanya mengangguk sedangkan aku membuang bajunya ke tempat tidur.
Aku duduk di sofa dengan wajah yang kesal, baru saja pulang kenapa bisa kerja lagi? apa begini kerja seorang dokter bedah? entahlah.
"Sayang, jangan cemberut dong, aku janji setelah kerjaan selesai aku akan segera pulang," bujuknya.
"Boong," sahutku dengan melemparkan tatapanku sembarang.
Celo menghela nafas lalu ikut duduk di sampingku.
"Sayang kamu kan tau profesi suami kamu ini adalah seorang dokter bedah yang jam terbangnya padat jadi aku mohon mengertilah," bujuknya.
"Aku sudah mengerti mas," kataku.
"Tadi dokter Faisal menelpon katanya ada pasien yang harus dioperasi," sahut Celo.
"Iya tau tapi kan akhir-akhir ini kamu selalu sibuk Lo mas, pulang larut dan sering keluar kota." Aku mengeluarkan uneg-uneg hatiku.
"Iya sayang maaf," ucapnya dengan memelukku.
Aku menangis dalam pelukannya, kesal dengan sikapnya yang seperti ini. Rasa cinta yang sangat besar membuatku tak berdaya ketika dia meminta maaf atas kesalahan yang selalu dia ulang terus.
"Kalau kamu nangis gini, aku nggak usah kerja saja. Biar dokter Faisal yang ngurusin pasiennya sendiri," katanya.
"Ya sudah," sahutku kesal.
"Ya udah kalau gitu aku tidur saja," ucapnya lalu melepaskan pelukannya dan pergi ke tempat tidur.
Dia meletakkan tangannya dia kepala, aku yang melihatnya tak tega, apa aku keterlaluan? tapi....
Ah, aku sungguh bingung.
Ku langkahkan kaki menghampirinya, aku menepuk bahunya dan ini membuatnya menatapku.
"Yok bobok bareng, daripada berkutat dengan alat-alat operasi mending tidur dengan kamu kan?" katanya dengan menepuk bantal sebelahnya.
"Ya sudah mas, sana berangkatlah," kataku lirih.
"Yakin? kamu nggak marah? aku paling nggak bisa jika kamu marah sama aku sayang," sahutnya.
"Nggak kok janji nggak akan marah," ucapku dengan mengangkat jari kelingking untuk janji.
Celo menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku.
"Janji."
Setelah mendapat ijin dariku dia berangkat dengan senyuman yang mengembang.
"Assalamu'alaikum sayang." Dia mengucapkan salamnya padaku.
"Waalaikum salam mas," balasku lalu melambaikan tangan saat dia naik mobilnya.
Entah mengapa hatiku sungguh tak tenang, seperti ada yang mengganjal hatiku tapi aku tak tau itu apa.
Waktu berlalu dengan cepat, malam hari telah datang tapi Celo masih saja belum kembali.
Aku yang cemas mengubungi pihak rumah sakit untuk menanyakan suamiku dan resepsionis bilang kalau Dokter celo sedang ada jadwal praktek.
Aku mengerutkan alisku, ada jam praktek? bukannya jam sepuluh tadi dia ada kerjaan?
Kini aku pun bingung sendiri.
"Ya sudah sus, makasih," kataku lalu memutuskan sambungan telepon genggam milikku.
Di balkon kamar aku menatap langit dengan mata yang basah, aku yakin kalau ada apa-apa dengan Celo.
Entah nanti saat pulang apalagi alasannya.
Lama berdiam diri sambil menatap langit aku pun memutuskan untuk masuk namun saat membalikkan badan aku lihat mobil Celo memasuki halaman rumah.
Aku melihatnya dari atas balkon, lama sekali namun dia tak kunjung keluar dari mobil.
Aku bertanya-tanya dia ngapain diam di dalam mobil? apa dia ketiduran? atau kenapa?
Aku segara turun untuk mengecek, dia baik-baik saja atau kenapa? saat membuka pintu kulihat dia sedang asik telpon.
"Mas," panggilku.
"Saya rasa begitu saja ya dokter, maaf saya harus masuk rumah," katanya lalu memutuskan sambungan telponnya.
"Siapa?" tanyaku dengan berjalan mendekat.
"Ini sayang...." belum sempat melanjutkan kata-katanya aku memotong.
"Dokter Faisal kan?" kataku dengan penuh penekanan.
"Iya dia besok mengajak aku untuk mancing bersama," sahutnya.
"Mas besok hari libur lo, waktunya dengan aku tapi kamu mau keluar lagi, heran lama-lama aku dengan kamu," kataku dengan marah.
Aku berlari masuk ke dalam rumah, meninggalkannya yang masih di teras.
"Sayang," panggilnya lalu mengejar aku.
"Tunggu dong sayang, kamu nggak boleh gitu. Dokter Faisal itu direktur di rumah sakit, siapa tau dengan menemaninya mancung aku dapat promosi," jelasnya.
"Mas memangnya mau dipromosikan apa lagi? ahli bedah hewan dan manusia? atau ahli bedah Alien?" tanyaku dengan marah.
"Kamu kok gitu sih sekarang sayang," protesnya.
"Bukan aku tapi kamu, kamu tau nggak hutan itu udah luas, tapi tak seluas alasan kamu," ucapku.
"Terserah kamu mengijinkan atau enggak yang jelas aku akan berangkat besok titik," katanya.
Aku menangis di sofa, menyayangkan sikap suami aku yang terus saja begini terus saja mencari alasan untuk tidak di rumah.
Puas menangis aku kembali ke kamar, kulihat dia sudah tidur tanpa melepas pakaiannya kerjanya.
"Baiklah mas, akan aku ikuti alur kamu,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Lisma Wati
yah begitulah laku2 klau punya selingkuhan ,JD inget masalah pribadi ,da 19 THN yg lalu si ,tp sulit di lupakan walau sdh memaafkan
2022-10-02
1
💞🖤Icha
Celo kamu tega banget bohongin istri..walaupun tak cantik dia istrimu yang kamu pilih..🤨😐😐
2022-09-30
1
blecky
selingkuhanx dksh mm dokter Faisal wkwkwkw nanti aq nek slingkuh namx cwok tak kah nma Aisyah biar g ketahuan wkwkwk
2022-09-12
0