Salah paham

Pagi sekali aku menyiapkan keperluannya untuk memancing, aku yang tidak tau dimana dia memancing memasukkan semua alat pancingnya ke dalam box, baik alat pancing untuk ikan laut atau alat pancing untuk ikan sungai.

"Kamu ngapain sayang?" tanya Celo.

"Ini nyiapin keperluan mancing kamu mas," jawabku dengan tersenyum.

Celo memelukku dari belakang, dia mengendus jenjang leherku sehingga membuat aku geli karena jambang yang baru saja dicukur.

"Kamu memang istri yang terbaik," bisiknya.

"Halah gak usah gombal," sahutku.

Sebenarnya aku masih kesal dengan kejadian semalam namun berusaha bersikap biasa.

"Sekalian baju ganti ya sayang soalnya pak Faisal ngajak mancingnya ke laut kemungkinan malam baru pulang," imbuhnya.

"Siap mas bos," kataku.

Aku tidak mau protes dan tidak ingin marah, aku hanya ingin mengikuti alurnya dan menyelidiki dimana dia pergi dan bersama siapa lebih tepatnya mengikuti kemana dia pergi, aku sudah tidak tahan dengan sikapnya yang seperti menyembunyikan sesuatu padaku.

"Aku berangkat ya sayang, doakan dapat ikan banyak supaya besok kita bisa bakar-bakar ikan," katanya.

"Pasti mas kalau itu," sahutku dengan tersenyum.

Setelah Mobil Celo keluar dari pagar rumah, aku segera membuntuti mobilnya untung aku tidak ketinggalan jauh

Mobil Celo berjalan ke arah tol Kota malang, aku sungguh heran, kenapa malah ke kota malang? bukankah di Surabaya banyak tempat mancing dan laut? seperti daerah kenjeran dan sekitarnya.

Dadaku bergejolak bahkan dia tidak bersama siapa-siapa saat menuju kota Malang.

Aku sungguh heran, bertanya-tanya dia mau kemana?

Lama melakukan perjalanan kini mobilnya belok di sebuah area wisata pantai terletak di selatan kota Malang.

"Mau ngapain ke balai kambang," batinku dengan mengamati Celo dari dalam mobilku.

Celo turun dari mobil lalu dia berjalan dan bergabung dengan sekelompok orang di sana namun beberapa saat kemudian dia berjalan dan duduk sendiri di bawah sebuah pohon.

Aku tertegun menatapnya, nampak Celo memainkan ponselnya dan tak berselang lama ponselku berbunyi, sebuah pesan dari Celo masuk.

Dia mengirimkan fotonya yang duduk sendiri di bawah pohon.

"Aku menyesal tadi nggak ngajak kamu," caption dari foto tersebut dengan emot bersedih.

Aku menatap pesannya dengan mata yang berkaca, aku sungguh keterlaluan telah memiliki asumsi negatif padanya.

"Iya seharusnya aku ikut," balasku dengan emot sedih juga.

Ingin aku turun dan menemani Celo tapi takut kalau dia marah karena aku telah membuntutinya.

Tak ada yang aku lakukan di pantai itu, aku memutuskan untuk pulang lagipula aku juga ingin menulis novel lagi toh Celo juga pasti ingin bersama teman-temannya.

Aku sungguh merasa bersalah padanya dan nanti malam berniat untuk memasak masakan kesukaannya.

"Maafkan aku mas karena telah memiliki asumsi negative," kataku lalu pergi.

*********

Gimana mas?" tanyaku saat dia sampai di rumah.

"Nggak jadi mancing, tau gitu aku di rumah saja," jawab Celo dengan raut wajah sedih.

Aku memeluknya dengan erat sungguh aku merasa bersalah padanya.

"Maafkan aku ya mas karena beberapa hari ini aku tuh kadang marah-marah nggak jelas," kataku.

"Iya nggak papa, aku yang keterlaluan selalu sibuk dengan kerjaan," sahutnya.

Aku semakin memeluknya dengan erat.

"Apa yang ingin kamu tawarkan untuk aku sayang? ya sebagai permintaan maaf kamu," godanya.

"Apalagi kalau bukan hal itu mas," sahutku dengan terkekeh.

"Lalu bagaimana dengan kamu, apa yang akan kamu berikan padaku sebagai permintaan maaf kamu," tanyaku dengan menatapnya.

Dia tersenyum licik.

"Apalagi kalau nggak memuaskan kamu di ranjang," selorohnya.

Tanpa aba-aba Celo membawaku ke tempat tidur, lama tidak melakukan cocok tanam membuat kami kerangsapan, apa-apa dilahap dan yang terjadi selanjutnya hanya kami yang tau.

Hari terus berjalan, tak terasa enam bulan telah berlalu. Celo kini jarang keluar kota kalaupun iya dia tidak mengabaikan aku lagi dan ini membuatku lega, mungkin karena rasa cinta yang berlebih padanya membuat aku curiga padanya beberapa waktu yang lalu.

"Sayang aku pulang larut hari ini karena ada kerjaan," katanya.

"Kalau kamu nggak percaya kamu bisa kok datang ke rumah sakit untuk ngecek, sukur-sukur kalau mau ikut aku piket," imbuhnya dengan terkekeh.

Seketika aku tersenyum, aku yakin kalau Celo tidak berbohong.

"Iya iya mas, aku percaya," sahutku.

Selepas keberangkatan Celo aku kembali ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaanku yang sempat tertunda.

Seusai menulis aku membaca komentar dan membalasnya. Diantara semua komen hanya komen Citra yang nampak berbeda dengan komen Reader lainnya.

Semua reader menghujat pelakor namun dia malah membela pelakor dengan bilang kalau nggak semua pelakor lebih kejam dari begal, ada pelakor yang baik juga.

Tentu komentar Citra ini membuat kolom komentar miliknya dipenuhi komen reader lain.

Aku nampak tersenyum membaca komen para Mak Mak reader yang menurutku menggemaskan.

"Ampun Syah reader lainnya malah nyerang aku di kolom komen." Dia mengirimkan pesan singkat padaku.

Aku tertawa membacanya.

"Lagian kamu kenapa pro sekali dengan pelakor, tau kan kalau Mak Mak reader itu anti pelakor," balasku.

"Iya ya nyesel aku komen kaya gitu," balasnya kemudian.

"Kapok," balasku.

"Ya sudah aku dinas pagi dulu ya, ayang beb aku mau pulang," balasnya dengan menggunakan emot peluk dan cium.

Aku sungguh gemas sekali dengan Citra, meskipun hanya reader tapi dia sangat baik padaku.

Melihatnya senang hari ini membuat aku ikut senang pasalnya akhir-akhir ini dia curhat kalau suaminya jarang pulang dan membiarkannya sendirian.

Aku sungguh heran nasibku dan nasib Citra seakan sama, dulu aku yang curhat atas kelakuan suamiku dan kemarin-kemarin dia mengeluhkan kelakuan suaminya.

Apa memang seorang dokter begitu? entahlah yang pasti aku kini bahagia karena mas Celo sudah nggak cuek padaku lagi.

Aku mengirim pesan pada mas Celo tanya kalau lagi ngapain dan secepat kilat dia membalas pesanku.

"Lagi mikirin istriku yang cantiknya melebihi bidadari."

Aku tertawa ngakak membaca balasannya sungguh gombalnya tak karuan.

"Pret." Aku membalas pesannya.

"Gimana sih sayang, kok pret," protesnya.

"Udah udah sana kerja, malah gombalin istri," balasku kemudian.

"Ok sayang. Ya sudah aku kerja dulu ya. Baik baik di rumah," balasnya dengan emot peluk dan cium.

Aku tertawa sendiri seperti orang gila tadi ngajak membaca komen reader sekarang tertawa baca pesan Celo.

Aku sungguh bersyukur Celo sangat menyayangi aku, memang dalam membangun sebuah rumah tangga kepercayaan sangat diperlukan karena pondasi dasar sebuah hubungan adalah kepercayaan.

Sehabis chat dengan Aisyah Celo meletakkan ponselnya, kemudian melajukan mobilnya karena tadi dia sempat berhenti di pinggir jalan untuk membalas chat Aisyah.

Mobil Celo tidak menuju rumah sakit melainkan menuju tol arah kota Malang.

Dia mengeluarkan ponsel satunya yang dia letakkan dalam dasbor mobil, dengan memasang headset dia mulai menghubungi seseorang.

"Maaf sayang baru sempat hubungin kamu lagi," katanya dalam sambungan telponnya.

Terpopuler

Comments

Arkananta

Arkananta

gitu yah klo suami selingkuh..
kudu waspada juga yh.
hihihihi

2022-10-17

0

💞🖤Icha

💞🖤Icha

Punya istri baik gitu semua d siapin begitu cinta...suami yang gk pernah berSyukur punya istri baik gitu...
Pasti Celo cerita kalau Aisyah suka buat novel online jadi bisa kasih komen sambil pdkt sama istri Celo biar keliatan baik.apalagi sampai chat segala..curhat biar ngambil hati

2022-09-30

1

blecky

blecky

Aisyah trlalu naif dan Celo trlallu percya diri jka dia pandai mnyimpan bangkai

2022-09-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!