DEZIGH!
PANG! PANG!
BUKGH!
Belum lagi laki-laki aneh dengan wajah yang tiba-tiba bersisik itu menyakiti si pelayat yang berisik, tiba-tiba dari belakang ia dihajar kepalanya dengan keras,
Si laki-laki yang wajahnya bersisik itupun tersungkur ke lantai.
"Kau kira aku tidak tahu apa?!"
Kata Maria, si hantu bule seraya mengibas-ngibaskan tangannya yang lumayan kesemutan setelah menghajar kepala si laki-laki bersisik.
Laki-laki bersisik itu mendesis, matanya berubah seperti mata ular, membuat orang-orang yang melayat di sana dan melihatnya jadi berteriak panik.
"Mahluk apa ituuu... Mahluk apa ituuu..."
"Siluman kadal."
"Siluman ular."
"Siluman ikan."
Semua ramai berteriak, tapi ada pula yang malah mengambil video dengan kamera hp.
Martinus dan Shane tentu saja sigap langsung mengamankan keadaan dan menangkap si laki-laki aneh.
Shane menenangkan para tamu dengan mengatakan itu hanya orang kelainan jiwa yang tinggal di sekitar komplek dan suka nyasar, dia make up artist.
(Wkwkk... bisa aja lu Shane bohongnya, siapa yang ngajarin?)
Marthinus mengangkat si laki-laki bersisik itu dengan dipanggul di atas bahu kirinya, lantas dengan cepat membawanya ke bagian belakang rumah.
Rumah Kemang yang semula adalah rumah yang ditempati Ardi Subrata dan kini telah diwariskan pada Zizi dan Shane itu memang memiliki halaman belakang yang luasnya hampir sama dengan luasnya bangunan rumah utama.
Zizi yang mendengar ada keributan sebelum turun akhirnya memutuskan turun dan memantau keadaan.
Zia sendiri sudah terlalu lelah, dan memilih menjaga kedua cucunya, si Scot dan Gil yang masih kecil.
"Siapa kau?!"
Tanya Marthinus seraya melempar tubuh si laki-laki aneh ke tanah berumput di halaman belakang.
Laki-laki aneh itu mendesis.
Maria, si none belanda melayang menyusul Marthinus.
"Dia pasti masih keturunan Jaka Lengleng, habisi saja dia Bang Kamus."
Kata Maria.
Haiiish...
"Kau mulai lagi mengganti namaku seenaknya!"
Protes Marthinus.
"Daripada Zizi panggil kau, Tikus."
Kata Maria.
"Timus, bukan tikus."
Marthinus tak terima, jelas panggilan tikus jauh lebih menghina.
"Hihihihi..."
Si laki-laki aneh cekikikan di atas tanah, membuat Marthinus dan Maria menatapnya kesal,
"Tidak usah ikut tertawa! Mukamu ngeselin!"
Kata Maria.
"Ada apa ini?"
Tiba-tiba suara Zizi terdengar, tampak Zizi kemudian muncul di sana, ia tampak mendekat dan melihat sosok laki-laki aneh yang kini bukan hanya wajah namun juga tubuhnya dipenuhi sisik berwarna hijau.
Zizi tahu jika laki-laki itu akan segera berubah menjadi monster, Zizi pun bersiap mengeluarkan Jayapada, saat tiba-tiba saja seseorang melesat dan melompat dari belakangnya,
Lompatannya sangat cepat, hingga nyaris tak tertangkap pandangan mata siapa sosok itu, jika saja...
CLAS!!
Tubuh laki-laki bersisik yang semula akan berubah menjadi ular tiba-tiba menggelepar, seiring berdirinya kemudian anak laki-laki berusia tiga belas tahunan di sampingnya dengan tangan memegang tombak milik Marthinus.
Semua melongo, saat kemudian laki-laki yang bersisik itu mati lalu menghilang.
Bukan...
Bukan karena mati dan hilangnya laki-laki aneh yang mereka yakin ada hubungannya dengan Jaka Lengleng, musuh keluarga Zizi sejak dulu.
Tapi...
"Bobi?"
Zizi memandang anak keduanya dengan masih tak percaya, Bobi yang dipandangi hanya tampak nyengir ke arah Mamanya,
Bobi lantas menatap Marthinus, ia membungkukkan tubuhnya sedikit, lalu ia berjalan ke arah Marthinus untuk kemudian memberikan tongkat tombak yang ia ambil tanpa Marthinus sadari.
Luar biasa, kecepatannya sungguh luar biasa. Mengambil pusaka di tangan orang lain bahkan sampai sang pemilik tak merasa.
"Maaf Paman, dan terimakasih."
Kata Bobi mengembalikan senjata Marthinus.
Tampak Marthinus mengangguk seraya tersenyum,
"Bobi, sejak kapan kamu ikuti Mama?"
Tanya Zizi heran, ia bahkan tidak sadar sama sekali ada Bobi di belakangnya.
Bobi mendekati Mamanya,
"Bobi tadi turun dengan Aron, dia sepertinya menemani Kakek, katanya dia tidak bisa tidur karena ada hantu yang terus memanggili namanya."
"Hantu mana?"
Tanya Zizi.
"Entah, Aron tak jelas ceritanya tadi."
Ujar Bobi.
"Kali lain jangan gegabah, kamu masih terlalu kecil, siluman ular akan sangat sulit dihadapi jika ia sudah cukup tua."
Kata Zizi kemudian,
Bobi mengangguk.
"Tapi ini lebih baik Nyonya, setidaknya memang harus ada yang seperti Tuan muda Bobi, karena mengingat Tuan muda Rain sedikit pasif."
Kata Marthinus.
"Dia bukan pasif, dia terlalu sibuk menolong hantu yang kesulitan."
Kata Maria.
"Berkebalikan dengan dua walang sangit."
Tambah Maria lagi.
Zizi menoleh ke arah Maria, yang tentu saja si hantu None Belanda itu nyengir sambil mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V.
Zizi menghela nafas, lalu...
"Paman, coba sisir seluruh daerah sini, Aunty Maria bantu Paman Marthinus memantau keadaan."
Kata Zizi.
Aunty Maria mengangguk,
"Pastikan dia datang sendirian atau bersama siapa, ini sudah lama sekali sejak mereka terakhir kali bertarung denganku. Jika ini berhubungan dengan Jaka Lengleng, mau apa dia datang di hari duka Kakek Buyut meninggal?"
Zizi menatap Marthinus dan Maria bergantian,
"Saya pastikan dulu monster itu datang sendiri atau ada yang lain Nyonya, nanti setelah semua dipastikan tak ada yang ada di sekitar sini lagi, baru kita cari, tujuan dia apa datang di hari duka ini."
Kata Marthinus.
Zizi pun mengangguk setuju.
"Ya Paman, lakukanlah, jika ada apa-apa, beritahu aku."
Ujar Zizi.
**--------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
Lhaaaa namanya jadi berubah gitu lho paman timus
2023-02-08
2
Reisa Adi Widya
salken thor
2022-12-26
1
Ray
Bobi ternyata seperti Zizi kecepatannya. Apa Bobi yg diturunkan pusaka Jayapada 🤔🙏
2022-10-27
2