Suasana duka menyelimuti perumahan elite di daerah Kemang.
Sejak sore hari hingga larut malam, mobil-mobil mewah hilir mudik masuk keluar komplek.
Mobil-mobil mewah yang baik dari pengusaha kelas atas, selebriti hingga pejabat yang memang mengenal baik sosok Ardi Subrata sebagai pendiri perusahaan besar Alpha Centauri.
Mereka berdatangan untuk mengucap bela sungkawa, sekaligus pula ingin melihat dan memberikan penghormatan untuk terakhir kalinya kepada sosok Ardi Subrata.
Ya, Ardi Subrata, sosok pengusaha yang sangat terkenal akan kecerdasannya, tanggap, jujur, dan lagi pastinya berjiwa sosial tinggi.
Sempat beberapa kali dinobatkan sebagai salah satu pengusaha paling dermawan di Asia, masuk daftar lima puluh orang terkaya di Indonesia, dan daftar seratus orang terkaya di Asia, membuat nama Ardi Subrata memang sangat disegani.
Sosoknya yang juga begitu membumi, membuatnya juga sangat dicintai banyak pekerja di perusahaannya sejak perusahaan pertama kali berdiri.
Entah sudah berapa ribu orang bekerja di perusahaannya dan berkecukupan hingga usia tua mereka.
Ardi Subrata, tak membuat kontrak kerja dengan para pekerjanya, itu bahkan diteruskan hingga saat ini oleh cucu penerusnya, Ziyan dan Zion.
Siapapun yang bekerja dengan baik di perusahaan, maka Ardi Subrata memberikan kesempatan untuk mereka bisa terus berkarya hingga batas usia pensiun.
"Pemakaman jam berapa nanti Tuan Zion?"
Tanya seorang laki-laki berkumis tebal pada Zion, cucu dari mendiang Ardi Subrata.
"Kemungkinan besok pagi Tuan, kami menunggu kedatangan Tuan Ziyan yang kebetulan hari ini terbang dari New York, untuk isteri dan anak-anaknya, kemungkinan subuh besok sudah tiba."
Ujar Zion, yang kini menjadi tuan rumah untuk para tamu.
Zion yang menjadi penerus kakeknya mengurus perusahaan memang mau tak mau tetap harus menemui para pelayat walau rasanya ia dalam keadaan sangat sedih.
"Yah, semua sudah kehendak sang pencipta, Tuan Ardi Subrata pasti sekarang sudah bersiap masuk syurga Tuan Zion."
Kata si laki-laki berkumis tebal tersebut, jelas ia adalah salah satu pemilik saham di perusahaan Alpha Centauri milik Tuan Ardi Subrata,
Zion terlihat memaksakan senyuman, ia tahu bahwa orang tersebut mencoba membesarkan hatinya.
Di ruangan rumah Kemang kini tampak benar-benar dipenuhi pelayat yang terus silih berganti datang.
Zia, isteri Zion juga sama sibuknya menerima para tamu yang datang, termasuk pun juga Shane, menantu Zion.
Jenazah Tuan Ardi Subrata sendiri tampak terbujur di satu ruangan yang di sana beberapa pengawal menjaga.
Zion tampak berjalan mengitari ruangan untuk menemui tamu lain yang baru datang, meski ia telah benar-benar lelah, tapi ia tetap memaksakan diri karena bagaimanapun ia merasa sangat bersyukur pada hari terakhir kakeknya, banyak orang yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir mereka.
Dan...
Semua orang terlihat masih begitu sibuk di lantai satu, meski hari mulai larut malam.
Saat kemudian dua anak kecil berlarian dari lantai dua dan menabrak banyak pelayat di lantai satu.
"Kejar... Jambak... Jambak..."
Kata salah satu dari mereka.
Keduanya berlari mengejar hantu yang melayang sambil menggendong anaknya.
Zia yang melihat hantu emak-emak itu melayang seraya memasang wajah melas akhirnya mau tidak mau permisi pada tamu yang semula tengah mengajaknya bicara.
"Giiil... Scoooot... No, jangan..."
Zia memanggil dua cucunya yang kini berusaha melompat menarik gaun dan rambut hantu emak-emak yang melayang melarikan diri dari mereka.
Scot dan Gil, begitu mendengar suara sang nenek tampak langsung berhenti berlari,
Sang nenek mendekat dan langsung menjewer telinga dua bocah itu,
"Ah ah... ampun neeek."
Kata Scot,
"Kami cuma main Nek."
Kata Gil,
"Sudah berapa kali Nenek bilang, jangan suka jahat pada hantu."
Omel Zia dengan suara lirih, takut banyak orang mendengar, apalagi ini sedang dalam posisi berduka, bagaimana kata orang kalau sampai ada adegan Zia memarahi cucunya perkara ada hantu yang mereka bulli.
"Ayo naik ke lantai tiga, Mama kalian sedang apa sebetulnya."
Zia kesal bukan main, ia menggandeng dua cucunya menuju lift, tak mau dia naik tangga karena encoknya bisa kambuh.
Menuju lantai tiga menggunakan Lift, Zia bertanya pada kedua cucunya,
"Kenapa hantu itu ke sini?"
Ting...
Lift terbuka, mereka pun berjalan keluar dari lift di lantai tiga yang sepi.
"Anaknya nyangkut di pohon dekat balkon kamar Nek,"
Kata Scot,
"Hah, bagaimana bisa?"
Zia jelas sulit percaya ada kuntilanak sampai anak nyangkut di pohon depan.
"Tidak tahu, mungkin lagi pindahan Nek, buru-buru jadi nyangkut."
Kata Gil.
"Kita tolongin Nek, itu kalau tidak ditolong kan bisa jatuh,"
Ujar Scot,
Zia menghela nafas,
"Ya biar saja, kalau jatuh mereka juga tidak akan benjol."
"Nanti dikira kepompong Nek."
Sahut Scot,
"Siapa?"
"Itu anak kunti."
"Hadeh..."
Zia mengurut keningnya.
Tak lama, salah satu pintu kamar di lantai itu terbuka, tampak perempuan muda keluar dari sana.
"Eh kalian, kenapa belum tidur?!"
Marahnya pada Z
Scot dan Gil.
Zia geleng-geleng kepala,
"Kamu ini Zi, anakmu ini bully hantu terus, disuruh bilangin lho."
Kesal Zia.
Perempuan muda yang tak lain adalah Zizi, anak dari Zia itupun nyengir seraya berjalan mendekati Mamanya yang kini berjalan juga ke arah set sofa untuk duduk di sana sebentar.
"Lelah sekali, tamu masih terus berdatangan, kamu turun saja sana, gantikan Mama temani Papamu dan suamimu itu."
Kata Zia pada Zizi.
"Masuk sana, tidur!"
Zizi pada kedua anaknya.
Scot dan Gil langsung saling dorong menuju kamar mereka.
Zia di sofa tampak duduk bersandar karena lelah,
"Mau diambilkan minum Ma?"
Tanya Zizi pada Mamanya,
Zia mengangguk,
"Air putih saja Zi."
Kata Zia.
Zizi mengangguk,
Zizi lantas berjalan ke dapur bersih di lantai tiga itu, untuk mengambilkan air Mamanya.
"Bobi dan Rain, sekarang tidur di lantai dua Zi?"
Tanya Zia.
Zizi yang berjalan mendekat membawakan satu gelas air tampak mengangguk,
"Tadinya Zizi yang tidur di lantai dua, menjaga kamar kakek, tapi sepertinya yang harus dijaga malah Scot dan Gil, jadi Zizi pindah ke lantai tiga, sementara Bobi dan Rain pindah lantai dua menemani Aron."
Tutur Zizi.
Zia mengambil gelas berisi air putih dari tangan Zizi, lalu meneguknya pelahan.
"Tadi Zizi lagi mules, tidak tahu ada kunti dibully,"
Kata Zizi.
"Anakmu itu dua, bahaya kalau tidak diawasi, yang dulu saja pocong diikat dilumuri saos, apa kamu tidak merasa bersalah?"
Zia geleng-geleng kepala,
Dia pikir cuma dia yang gagal mendidik anak, ternyata anaknya juga gagal mendidik anak juga.
Zizi duduk di sofa satunya, menemani Mamanya.
"Susah Ma dibilangin juga, lagian kuntinya ngapain lewat sini, jalanan lebar lewat sini."
Zizi malah nyalahin kuntinya, tipe orangtua yang tak mau anaknya yang salah, wkwkwk...
"Haiish kamu ini, kebiasaan ujungnya bela anak-anak. Sudahlah, Mama mau rehat sebentar, kamu turunlah, kasihan itu Papa dan suamimu, keluarga Paman Ziyan masih lama tiba di Jakarta,"
Ujar Zia akhirnya.
Zizi menghela nafasnya,
"Ya... Ya... Baiklah Ma, Zizi akan turun jadi tuan rumah."
**-------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
Kelakuannya benar" bikin geleng" bikin mumet kek emaknya y
2023-02-08
1
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
Sungguh kasihan emak hantu itu y
2023-02-08
1
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
Siapapun pasti bakal betah kan y memiliki tuan yg baik hati & tidak sombong serta tk suka menindas pekerjanya tentunya
2023-02-08
1