Belum 2 jam Rina tertidur tapi dia sudah kembali terjaga. Bagaimana tidurnya bisa nyenyak kalau masalah yang dia hadapi seperti sekarang ini. Ingin sekali rasanya dia menyudahi rumah tangganya dengan Anton, dia benar-benar sudah tidak kuat lagi berumah tangga dengan laki-laki tak berguna itu, tapi mau bagaimana lagi, selama ini dia bertahan demi Erika. Lagi-lagi demi putrinya dia rela menderita.
Rina melepaskan pelukannya pada Erika, lalu dengan pelan menurunkan tangan Erika yang sedari tadi melingkar di perutnya. Setelah menyelimuti putrinya, Rina berjalan mengendap-ngendap memasuki kamar mandi. Di dalam kesunyian malam dia mulai menangis meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan.
Apa salah dan dosaku Tuhan? Kenapa nasibku bisa semenyedihkan ini? Kenapa aku harus ditakdirkan untuk hidup bersama dengan pria yang tidak berperasaan dan tidak bertanggung jawab seperti dia. Batinnya sambil terus menangis.
Rina merasa beban hidupnya sekarang sudah berada di puncak. Sebelum-sebelumnya meski pun dia merasa menderita hidup bersama dengan Anton, dia tidak pernah merasa bebannya seberat sekarang ini. Mungkin karena sekarang ada nyawa yang harus dia jaga di dalam rahimnya. Namun kendati demikian, dia tidak punya pilihan lain, mau tidak mau, sanggup atau pun tidak sanggup dia tetap harus berjuang menanggung semua beban ini sendirian.
"Demi Erika, dan demi kamu, Nak. Mama tetap harus kuat, Mama tetap harus berjuang menghadapi semuanya. Kamu juga harus kuat dan bertahan di dalam perut Mama ya, Nak," menunduk dan mengelus lembut perutnya "asal kamu tahu, Mama juga sangat menyayangi kamu sama seperti Mama menyayangi Erika kakak kamu."
Sebenarnya ada jalan lain agar Rina bisa tetap beristirahat untuk menjaga kandungannya, yaitu dengan cara meminjam uang pada orang lain, tapi dia tidak begitu yakin cara ini akan berhasil, mengingat selama ini satu-satunya orang yang mau mengulurkan tangan disaat dia sedang membutuhkan bantuan hanyalah bu Marwah seorang, tidak ada lagi yang lain. Rina juga tidak tahu kedepannya berapa lama dia akan beristirahat hingga kondisi janinnya membaik. Mungkin satu minggu dua minggu bu Marwah masih bisa membantu, tapi seterusnya, Rina tidak begitu yakin. Apalagi Rina tahu sendiri jika pekerjaan wanita paruh baya itu hanyalah seorang buruh cuci, yang semakin hari pekerjaanya semakin sepi karena sekarang sudah banyak jasa laundry di sekitar tempat tinggal mereka. Disaat seperti ini, Rina tidak ingin menarik orang lain untuk ikut tenggelam di laut penderitaan bersama dengan dirinya. Biarlah dia yang menanggung semua penderitaannya seorang diri.
Puas menangis meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan, Rina beranjak keluar dari kamar mandi. Ditatapnya wajah Erika yang terlelap, seketika dadanya kembali terasa sesak, rasanya dia ingin kembali menangis, tapi sekuat tenaga dia tahan. Dia mencoba mengatur napasnya dengan baik agar rasa sesak ini bisa segera sirna. "Aku tidak boleh terus-terusan bersedih seperti ini. Iya, tidak boleh. Aku tetap harus bersemangat." Rina menyeka ujung matanya yang tadinya sempat menampung air mata, setelah itu dia mengangkat kedua sudut bibirnya dengan paksa. "Aku harus tetap tersenyum, tidak boleh bersedih lagi, demi Erika dan calon adiknya."
Usai mencium kening salah satu penyemangat hidupnya, Rina lalu mengecek jam di ponselnya, sekarang waktu baru menunjuk pukul 3 dinihari, masih terlalu pagi untuk dia terbangun dan melakukan aktifitas. "Sebaiknya sekarang aku tidur lagi. Aku juga tidak boleh kurang istirahat apalagi terus berlarut-larut dalam kesedihan sepeti ini, karena pasti akan mempengaruhi kondisi janin yang ada di dalam kandunganku."
.
.
Keesokan paginya, Rina kembali membuka salonnya seperti hari-hari sebelumnya. Pagi ini dia bangun dengan perasaan lebih baik dan lebih bersemangat dibandingkan semalam saat dia terbangun.
Sepanjang hari pekerjaan Rina lancar seperti sebelum-sebelumnya. Beberapa orang pelanggan tetapnya datang pagi-pagi untuk dirias, ada juga yang ingin melakukan serangkaian treatment pewarnaan dan pelurusan rambut. Namun ada hal yang membuat Rina khawatir, pada saat dia bekerja, terkadang dia merasakan nyeri di bagian perut bawahnya. Rina yakin, ini pasti kode agar dia segera menghentikan pekerjaannya dan beristirahat.
Kamu harus kuat, Nak. Maafkan Mama karena Mama membuat kamu tersiksa. Batinnya. Disaat seperti ini rasanya Rina ingin kembali menangis. Harusnya sekarang dia sudah beristirahat di dalam kamar untuk menjaga kandungannya yang lemah, tapi yang dia lakukan sekarang justru malah sebaliknya, dia masih tetap bekerja karena desakan dari Anton. Saat ini tidak ada yang bisa Rina lakukan selain hanya bersabar dan terus bersabar karena memiliki suami tak berguna yang tak bisa diandalkan seperti Anton.
B e r s a m b u n g ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Andin Anindianita
kyg ny bgus crtani..lnjutkn
2023-03-14
0