Mahar 200 Ribu
"Assalamualaikum wahai penghuni surga dan neraka" teriak seorang gadis yang baru memasuki kelas. seluruh mahasiswa dan dosen yang sedang berdiri menjelaskan pelajaran, menoleh ke arah sumber suara.
"Laura, bersikaplah layaknya seorang siswi" seru dosen muda, menatap datar seorang gadis yang sedang berdiri di ambang pintu.
"Hehehe maaf, kirain belom ada Bapak" ucap Laura menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal.
"Duduk" titah dosen. Laura mengangguk sambil tersenyum, kemudian berjalan ke arah meja yang kosong di belakang.
"Bangun siang lagi?" tanya Mila, sahabat yang duduk di sampingnya.
"Good, seratus untuk anda" jawab Laura terkekeh.
"Lain kali pasang alarm sebelum Lo tidur, jadi nggak kesiangan terus" saran Mila sesekali melirik ke depan, mendengar penjelasan dosen.
"Ogah" saut Laura singkat padat dan jelas.
"Terserah Lo" Mila mendengus kesal, dia tidak habis fikir dengan sikap sahabatnya yang sering berubah-ubah. terkadang dia disiplin, terkadang juga bertingkah bar-bar.
Walau begitu, Mila akui bahwa Laura siswi yang pintar dan cerdas. terbukti saat dirinya mengharumkan nama Kampus dengan memenangkan beberapa penghargaan internasional. selain pintar dan cerdas, gadis yang berusia 21 tahun itu memiliki paras yang sangat menawan. tidak heran para laki-laki begitu terpesona dan jatuh cinta kepadanya.
Namun Laura tetaplah Laura, dia masa bodoh dengan para laki-laki yang menurutnya hanya memandang fisik saja. bahkan tidak sedikitpun terbesit di otaknya untuk jatuh cinta dengan seorang pria. heh, cinta? Laura tidak percaya kata itu, bulsh*it.
"Haaahhhh, akhirnya selesai juga" ucap laura meregangkan otot-otot tangannya.
"Laura, ikut keruangan saya" seru Fiza, dosen muda yang sangat tampan berjalan menghampiri.
"Ngapain?" tanya Laura mengerutkan alis
"Ikut atau saya gendong!" ancam dosen membuat beberapa mahasiswa yang masih di sana melongo. sebab Fiza adalah dosen muda yang di kenal dengan sikapnya yang tegas, tidak ada celah sedikitpun untuk mahasiswi yang berusaha mendekatinya. tapi sekarang? dia malah mengancam akan menggendong Laura jika tidak menuruti kemauannya, si ratu tak tersentuh? pikir mereka.
"CK, iya iya" saut Laura berdecak kesal, beranjak pergi mengikuti dosen yang selalu membuatnya badmood.
Sesampainya di ruangan Fiza, Laura langsung duduk di sofa dengan kaki yang menyilang. bibir Fiza berkedut membentuk senyuman tipis, hampir tidak terlihat.
"nggak usah lama-lama pak. saya ini laper, dari pagi belom sarapan" gerutu Laura memberengut kesal.
"Saya nggak mau kamu telat di jam saya berikutnya. jika itu terjadi, saya akan memberikan hukuman untuk kamu" Tegas Fiza duduk di sudut meja kerja, memasukkan tangan ke saku celana sambil menatap wajah Laura.
"Hanya itu?" tanya Laura mengangkat satu alisnya ke atas.
"Ya" jawab Fiza mengangguk tanpa ekspresi apapun di wajahnya.
"Astoge, kalo aja Lo bukan dosen di sini, udah gue ajak gelud sekarang" batin Laura menggerutu kesal.
"Pak, kalo cuma bilang itu kenapa malah nyuruh saya kesini sih? buang-buang waktu tau nggak" ketus Laura beranjak pergi meninggalkan ruangan Fiza. sungguh, dia di buat gondok oleh dosen killer satu itu.
Fiza melihat punggung Laura yang menghilang di balik tembok, kini tersenyum simpul. entah apa yang ada dalam pikirannya, hanya dia yang tahu.
****
Di perusahaan terbesar kota Bandung, seorang pria tampan bertubuh atletis sedang berdiri di depan kaca transparan. memandangi gedung pencakar langit yang hampir setara dari tempatnya berdiri saat ini. sesekali bibirnya tersenyum saat membalas ucapan seseorang dari seberang telepon.
"Oke, aku tunggu di tempat biasa baby" ucap Arvin mematikan sambungan telepon. yah, dia adalah Arvin Indorto anak dari Ben dan Keyla. di usianya yang sudah menginjak 22 tahun ini, dia sudah menjadi CEO dari perusahaan sirkuit terbesar di Bandung milik Grandpa nya.
"Pak Arvin, klien kita sudah datang" seru Alden yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari bos nya berada.
"Ya, kita ke sana sekarang" saut Arvin berjalan keluar ruangan menuju ruang pertemuan, dengan gaya yang cool. membuat para karyawan perempuan di sana menjerit tertahan.
"Selamat siang pak Ridwan, maaf sudah menunggu lama" ucap Arvin berjabat tangan
"Tidak masalah, saya juga belum terlalu lama" saut Ridwan tersenyum.
Keduanya pun terus berbincang tentang proyek kerjasama yang akan menghasilkan keuntungan besar bagi kedua belah pihak. Arvin yang di kenal berbakat di usianya yang terbilang masih muda, membuat banyak orang kagum dan ingin bekerjasama dengan perusahaan miliknya.
"Jadi bagaimana kalau besok siang, kita pergi survey ke lokasinya langsung pak Arvin?" saran Ridwan menyeruput kopi yang baru saja di antarkan oleh OG. Arvin tidak langsung menjawab, melainkan menoleh ke arah sekretaris Alden. seolah mengerti, Alden mengangguk.
"Maaf pak Ridwan, untuk besok jadwal pak Arvin sangat padat. bagaimana jika di gantikan esok lusa?" ucap Alden menggantikan Arvin berbicara.
"Baiklah saya setuju" jawab Ridwan mengangguk.
"Kalau begitu saya pamit dulu, untuk jam nya bisa menghubungi asisten saya" pamit Ridwan berjabat tangan.
Setelah kepergian klien, Arvin langsung berjalan kembali ke dalam ruangannya untuk mengambil kunci mobil dan ponsel.
"Pak mau kemana?" tanya Alden mengikuti langkah Arvin.
"Keluar" jawab Arvin masuk ke dalam lift menuju lobi.
"Tapi Pak, dua jam lagi akan ada rapat" seru Alden mengingatkan
Ting
"CK, saya keluar hanya sebentar" ketus Arvin berjalan keluar saat pintu lift terbuka.
"Kenapa kamu malah ngikutin saya huh?" sentak Arvin menghentikan langkah, karena Alden yang masih terus mengikutinya.
"Maaf, saya bukan ngikutin Pak Arvin. saya cuma mau ngambil bekal yang ketinggalan di mobil" saut Alden membuat Arvin seketika terdiam menahan malu. tidak mau berlama-lama, Arvin pun segera masuk ke dalam mobil untuk menuju suatu tempat.
****
Cup
"Hai Baby" seru Arvin mendaratkan ciuman di pipi wanita seksi yang sedari tadi menunggunya di ruangan VIP di restoran elit kota Bandung.
"Sayang, akhirnya kamu dateng juga. aku kangen banget sama kamu" ucap Indri langsung berdiri, merangkul mesra leher kekasih yang sangat dia rindukan.
"Tadi ada meeting sama klien" saut Arvin memasang wajah penuh sesal.
"Kamu nggak bohong kan?" tanya Indri menyelidik wajah Arvin
"Bohong gimana sayang?" tanya Arvin pura-pura bingung.
"Siapa tau kamu ketemu sama wanita lain sebelum aku" ketus Indri masih di posisi yang sama.
"Sayang, cuma kamu yang ada disisi aku saat ini" ucap Arvin meyakinkan Indri.
"Karena nanti cuma ada wanita lain di sisi gue, " batin Arvin menyeringai.
*
*
*
Bersambung.....
Dukung karya aku dengan cara 👇
🌳 Like 👍
🌳 Komen Sebanyak-banyaknya 🥰
🌳 VOTE
🌳 Hadiah🙈
🌳 Rating ⭐⭐⭐⭐⭐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
pensi
waalaikumsalam ya ahli surga
2022-12-15
0
☠ᵏᵋᶜᶟ𝒀𝑹ᵃᶦ🕊️⃝ᥴͨᏼᷛˢ⍣⃟ₛ 𒈒⃟ʟʙᴄ
mampir dulu thor
2022-12-14
0
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
Arvin playboy wkwkwk
2022-12-14
0