Tempat Tinggal Baru

Laura yang sedang menyelamatkan anak kucing yang terjebak di selokan mengerabg kesakitan saat sesuatu mengenai kepalanya.

"Aaarrrkhhh" pekik Laura mengulurkan tangan ke keningnya yang terasa pusing dan nyeri.

"Si*al, siapa sih yang nimpuk batu ke kepala gue?!" Laura mengedarkan pandangan dan menemukan seorang pria berada tidak jauh darinya. "Woi berhenti!"

Arvin hanya melirik sekilas, tetap melanjutkan langkah kakinya sambil sesekali menghela nafas saat terdengar nada panggilan sibuk. "Ini semua pasti kerjaan Momy!"

"Gue bilang berhenti ya berhenti..." sejenak Laura tertegun melihat wajah babak belur pria ini.

"Terpesona? sory, gue sekarang lagi nggak mood ngeladenin Lo. jadi say goodbye lain kali ya cantik!" ucap Arvin mengedipkan mata.

Bisa kalian bayangkan saat dia melakukan itu di saat kondisi wajah dan tubuhnya babak belur? Laura sampai tertawa keras, antara lucu dan juga kesal.

Arvin mengernyit tak suka namun detik berikutnya dia sadar kondisinya saat ini sangat memalukan, jadi wajar saja reaksi gadis itu seperti ini. "Seandainya muka gue nggak kayak gini, Lo pasti sekarang mohon-mohon biar bisa naik ke ranjang gue!" Batin Arvin.

Setelah puas tertawa, Laura berseru "Lo pikir bisa lepas gitu aja setelah ngelempar batu ke kepala gue?"

"Mana gue tau Lo disitu, lagian juga Lo baik-baik aja kan sekarang"

"Enak aja Lo ngomong gitu, kepala gue jadi benjol tau nggak!" Seru Laura tidak terima menunjuk dahinya yang memerah.

"Oke gue minta maaf, puas kan Lo!"

"Gue nggak puas!"

"Terus mau Lo apa sih memunah! Apa mau gue perkosa dulu baru Lo puas?!" Setelah mengatakan itu terdengar suara tamparan hingga suasana langsung tampak sunyi.

"Lo...!!!" Arvin merasakan rasa terbakar di pipinya, terpaku tak percaya dengan tindakan wanita didepannya.

"Sekarang baru gue puas, impas kan!! Bye, jangan sampai ketemu lagi!" Laura tersenyum puas meninggalkan Arvin yang kini mengumpat kasar di belakangnya.

"Cewek Bangs*at arrghh!" umpat Arvin masih di tempat semula, kondisinya sekarang semakin terlihat kacau. padahal belum hilang nyeri di wajahnya, kini di tambah lagi tamparan dari wanita gila.

Setelah beberapa saat, datanglah sebuah mobil sedan hitam yang tidak lain adalah taksi online yang tadi Arvin pesan. walau masih terasa ngilu, tapi sebisa mungkin Arvin menahannya. sedangkan supir taksi sedikit melongo melihat penampilan penumpangnya yang hanya mengenakan kemeja dan boxer pendek. jangan lupa juga wajahnya yang sudah babak belur, bahkan banyak bercak darah di seluruh kemejanya yang putih.

"Mau kemana Pak?" tanya sopir taksi setelah menaruh koper di bagasi mobil.

"Jalan dulu"

Arvin kembali menghubungi nomor Alden, namun lagi-lagi hanya terdengar suara operator. Arvin berdecak kesal, akhirnya memutuskan untuk pergi ke apartemen sahabatnya, Syafi.

****

Laura mehempaskan tubuhnya ke tempat tidur yang hanya muat untuk dirinya sendiri. matanya terpejam, kembali mengingat kejadian satu jam yang lalu.

Tok tok tok

"Laura! Ra Lo di dalem kan? buka pintunya" teriak seseorang mengetuk pintu. Laura yang hafal betul pemilik suara itu, langsung beranjak walau pun malas.

Ceklek

"Lama banget sih" protes Mila melenggang masuk ke dalam kamar

"Terserah gue lah, ngapain Lo kesini?" ketus Laura bertanya, sambil mengikuti langkah Mila.

"Astaga Ra, gitu amat pertanyaan Lo" ucap Mila mengusap dada dramatis, membuat Laura memutar malas bola matanya.

"CK, buruan" desak Laura kesal.

"Hehe...Lo ada nasi nggak? bagi dong, gue laper" tanya Mila tersenyum malu-malu. Laura menghela nafas panjang, karena sudah sering sahabatnya ini meminta makanan ke tempatnya.

"Ayok, sekalian gue juga pengen makan" ajak Laura berjalan lebih dulu ke dapur.

"Nggak ada lauk lain apa? perasaan tiap kali gue numpang makan, lauknya tambal ban mulu?" tanya Mila sedikit protes saat melihat telur dadar di atas piring.

"Kalo Lo mau makan ya makan, kalo nggak mau ya udah nggak usah di makan. noh cari di warteg atau nggak nasi Padang. udah makan numpang, cerewet lagi" cibir Laura menyendok nasi ke dalam mulut. Mila sudah terbiasa akan kalimat itu dan beranjak membuka lemari dapur untuk mencari sesuatu.

"Ra buat gue ya" seru Mila menggoyangkan sebungkus mie di tangannya.

"Iya, tapi Lo beli kerupuk dulu ke warung depan" ucap Laura beranjak menghampiri Mila.

"Oke, tolong masakin ya, biar gue sampe langsung makan" Mila bergegas pergi ke warung depan.

10 menit kemudian

"Kalo orang sekarat minta tolong sama Lo, keburu meninggal tau nggak" omel Laura yang tengah membersihkan sisa makanan, ketika sekilas melihat Mila berjalan kearahnya.

"Tadi di warung banyak orang, makanya gue lama" saut Mila berjalan mendekat.

"Alasan, bilang aja Lo lagi ngobrol sama bang Febri" Mila tersenyum kaku sambil menggaruk tengkuk, karena yang di ucapkan Laura memang benar.

"Ya Allah Ra, kenapa jadi kayak ban mobil begini?" pekik Mila ketika membuka tutup mangkuk.

"Udah makan aja, anggep itu buatan bang Febri" ledek Laura terkekeh.

"Tambah kribo usus gue" gumam Mila terpaksa memakan mie yang sudah mengembang 2 kali lipat.

Keesokan hari nya, dengan semangat empat Lima Laura dan Mila menaiki motor masing-masing menuju kampus. saling beriringan dan tertawa, membuat siapa saja iri dengan persahabatan mereka.

Senyuman manis terukir di bibir seorang pria yang sedang menatap wanita cantik tidak jauh dari nya. dia adalah Fiza, dosen muda yang tampan dan menjadi idola para siswi kampus.

"Laura"

****

"Gimana nak?" tanya buk Wati pada laki-laki yang sudah selesai melihat-lihat fasilitas dalam kontrakan.

"Vin" seru Syafi menyadarkan lamunan sahabatnya.

"Ah iya, saya mau" jawab Arvin mengangguk setuju. Arvin memberi sejumlah uang kepada buk Wati, untuk biaya sewa dua bulan ke depan. Arvin kemudian memasukkan semua baju dan barang ke dalam lemari kecil.

"Gue masih nggak habis fikir, bokap sama nyokap nelantarin anaknya sendiri kayak gini" gumam Arvin menatap sekeliling ruangan yang sekarang sudah menjadi tempat tinggal nya yang baru. sangat jauh dari kata mewah, bahkan lebih besar kamar pelayan di mansion, dari pada tempat ini.

"Kalo menurut gue sih, wajar orang tua Lo ngelakuin ini semua. mereka pengen ngedidik Lo supaya jadi orang yang bener. jangan cuma ngehabisin uang untuk kesenangan yang biasa Lo lakuin—"

"Stop!" Arvin memotong ucapan Syafi yang menurutnya semakin lama, semakin mirip dengan sang Momy. "Kalo mau ceramah mendingan Lo pulang aja, telinga gue makin sakit!"

"Gue gini juga demi kebaikan Lo Vin, sebelum Lo makin terjerumus!" Ucap Syafi

"Hmm"

*

*

*

Bersambung......

Dukung karya aku dengan cara 👇

🌳 Like 👍

🌳 Komen Sebanyak-banyaknya 🥰

🌳 VOTE

🌳 Hadiah🙈

🌳 Rating ⭐⭐⭐⭐⭐

Terpopuler

Comments

🍀⃟🦘мєттα_ɳყαᶠᵉⁿⁱ 𒈒⃟ʟʙᴄ

🍀⃟🦘мєттα_ɳყαᶠᵉⁿⁱ 𒈒⃟ʟʙᴄ

Ga yakin klo km msh perjaka bin,secara kamu kan playboy gtu 🙄

2022-10-08

2

HAPUS APK 🙏🙏

HAPUS APK 🙏🙏

ya Allah mil kau mertamu hanya minta nasi ke laura

2022-10-08

2

HAPUS APK 🙏🙏

HAPUS APK 🙏🙏

nah arvin malah ketemu sama Laura dan ribut kan

2022-10-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!