NovelToon NovelToon

Mahar 200 Ribu

Laura & Arvin

"Assalamualaikum wahai penghuni surga dan neraka" teriak seorang gadis yang baru memasuki kelas. seluruh mahasiswa dan dosen yang sedang berdiri menjelaskan pelajaran, menoleh ke arah sumber suara.

"Laura, bersikaplah layaknya seorang siswi" seru dosen muda, menatap datar seorang gadis yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Hehehe maaf, kirain belom ada Bapak" ucap Laura menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal.

"Duduk" titah dosen. Laura mengangguk sambil tersenyum, kemudian berjalan ke arah meja yang kosong di belakang.

"Bangun siang lagi?" tanya Mila, sahabat yang duduk di sampingnya.

"Good, seratus untuk anda" jawab Laura terkekeh.

"Lain kali pasang alarm sebelum Lo tidur, jadi nggak kesiangan terus" saran Mila sesekali melirik ke depan, mendengar penjelasan dosen.

"Ogah" saut Laura singkat padat dan jelas.

"Terserah Lo" Mila mendengus kesal, dia tidak habis fikir dengan sikap sahabatnya yang sering berubah-ubah. terkadang dia disiplin, terkadang juga bertingkah bar-bar.

Walau begitu, Mila akui bahwa Laura siswi yang pintar dan cerdas. terbukti saat dirinya mengharumkan nama Kampus dengan memenangkan beberapa penghargaan internasional. selain pintar dan cerdas, gadis yang berusia 21 tahun itu memiliki paras yang sangat menawan. tidak heran para laki-laki begitu terpesona dan jatuh cinta kepadanya.

Namun Laura tetaplah Laura, dia masa bodoh dengan para laki-laki yang menurutnya hanya memandang fisik saja. bahkan tidak sedikitpun terbesit di otaknya untuk jatuh cinta dengan seorang pria. heh, cinta? Laura tidak percaya kata itu, bulsh*it.

"Haaahhhh, akhirnya selesai juga" ucap laura meregangkan otot-otot tangannya.

"Laura, ikut keruangan saya" seru Fiza, dosen muda yang sangat tampan berjalan menghampiri.

"Ngapain?" tanya Laura mengerutkan alis

"Ikut atau saya gendong!" ancam dosen membuat beberapa mahasiswa yang masih di sana melongo. sebab Fiza adalah dosen muda yang di kenal dengan sikapnya yang tegas, tidak ada celah sedikitpun untuk mahasiswi yang berusaha mendekatinya. tapi sekarang? dia malah mengancam akan menggendong Laura jika tidak menuruti kemauannya, si ratu tak tersentuh? pikir mereka.

"CK, iya iya" saut Laura berdecak kesal, beranjak pergi mengikuti dosen yang selalu membuatnya badmood.

Sesampainya di ruangan Fiza, Laura langsung duduk di sofa dengan kaki yang menyilang. bibir Fiza berkedut membentuk senyuman tipis, hampir tidak terlihat.

"nggak usah lama-lama pak. saya ini laper, dari pagi belom sarapan" gerutu Laura memberengut kesal.

"Saya nggak mau kamu telat di jam saya berikutnya. jika itu terjadi, saya akan memberikan hukuman untuk kamu" Tegas Fiza duduk di sudut meja kerja, memasukkan tangan ke saku celana sambil menatap wajah Laura.

"Hanya itu?" tanya Laura mengangkat satu alisnya ke atas.

"Ya" jawab Fiza mengangguk tanpa ekspresi apapun di wajahnya.

"Astoge, kalo aja Lo bukan dosen di sini, udah gue ajak gelud sekarang" batin Laura menggerutu kesal.

"Pak, kalo cuma bilang itu kenapa malah nyuruh saya kesini sih? buang-buang waktu tau nggak" ketus Laura beranjak pergi meninggalkan ruangan Fiza. sungguh, dia di buat gondok oleh dosen killer satu itu.

Fiza melihat punggung Laura yang menghilang di balik tembok, kini tersenyum simpul. entah apa yang ada dalam pikirannya, hanya dia yang tahu.

****

Di perusahaan terbesar kota Bandung, seorang pria tampan bertubuh atletis sedang berdiri di depan kaca transparan. memandangi gedung pencakar langit yang hampir setara dari tempatnya berdiri saat ini. sesekali bibirnya tersenyum saat membalas ucapan seseorang dari seberang telepon.

"Oke, aku tunggu di tempat biasa baby" ucap Arvin mematikan sambungan telepon. yah, dia adalah Arvin Indorto anak dari Ben dan Keyla. di usianya yang sudah menginjak 22 tahun ini, dia sudah menjadi CEO dari perusahaan sirkuit terbesar di Bandung milik Grandpa nya.

"Pak Arvin, klien kita sudah datang" seru Alden yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari bos nya berada.

"Ya, kita ke sana sekarang" saut Arvin berjalan keluar ruangan menuju ruang pertemuan, dengan gaya yang cool. membuat para karyawan perempuan di sana menjerit tertahan.

"Selamat siang pak Ridwan, maaf sudah menunggu lama" ucap Arvin berjabat tangan

"Tidak masalah, saya juga belum terlalu lama" saut Ridwan tersenyum.

Keduanya pun terus berbincang tentang proyek kerjasama yang akan menghasilkan keuntungan besar bagi kedua belah pihak. Arvin yang di kenal berbakat di usianya yang terbilang masih muda, membuat banyak orang kagum dan ingin bekerjasama dengan perusahaan miliknya.

"Jadi bagaimana kalau besok siang, kita pergi survey ke lokasinya langsung pak Arvin?" saran Ridwan menyeruput kopi yang baru saja di antarkan oleh OG. Arvin tidak langsung menjawab, melainkan menoleh ke arah sekretaris Alden. seolah mengerti, Alden mengangguk.

"Maaf pak Ridwan, untuk besok jadwal pak Arvin sangat padat. bagaimana jika di gantikan esok lusa?" ucap Alden menggantikan Arvin berbicara.

"Baiklah saya setuju" jawab Ridwan mengangguk.

"Kalau begitu saya pamit dulu, untuk jam nya bisa menghubungi asisten saya" pamit Ridwan berjabat tangan.

Setelah kepergian klien, Arvin langsung berjalan kembali ke dalam ruangannya untuk mengambil kunci mobil dan ponsel.

"Pak mau kemana?" tanya Alden mengikuti langkah Arvin.

"Keluar" jawab Arvin masuk ke dalam lift menuju lobi.

"Tapi Pak, dua jam lagi akan ada rapat" seru Alden mengingatkan

Ting

"CK, saya keluar hanya sebentar" ketus Arvin berjalan keluar saat pintu lift terbuka.

"Kenapa kamu malah ngikutin saya huh?" sentak Arvin menghentikan langkah, karena Alden yang masih terus mengikutinya.

"Maaf, saya bukan ngikutin Pak Arvin. saya cuma mau ngambil bekal yang ketinggalan di mobil" saut Alden membuat Arvin seketika terdiam menahan malu. tidak mau berlama-lama, Arvin pun segera masuk ke dalam mobil untuk menuju suatu tempat.

****

Cup

"Hai Baby" seru Arvin mendaratkan ciuman di pipi wanita seksi yang sedari tadi menunggunya di ruangan VIP di restoran elit kota Bandung.

"Sayang, akhirnya kamu dateng juga. aku kangen banget sama kamu" ucap Indri langsung berdiri, merangkul mesra leher kekasih yang sangat dia rindukan.

"Tadi ada meeting sama klien" saut Arvin memasang wajah penuh sesal.

"Kamu nggak bohong kan?" tanya Indri menyelidik wajah Arvin

"Bohong gimana sayang?" tanya Arvin pura-pura bingung.

"Siapa tau kamu ketemu sama wanita lain sebelum aku" ketus Indri masih di posisi yang sama.

"Sayang, cuma kamu yang ada disisi aku saat ini" ucap Arvin meyakinkan Indri.

"Karena nanti cuma ada wanita lain di sisi gue, " batin Arvin menyeringai.

*

*

*

Bersambung.....

Dukung karya aku dengan cara 👇

🌳 Like 👍

🌳 Komen Sebanyak-banyaknya 🥰

🌳 VOTE

🌳 Hadiah🙈

🌳 Rating ⭐⭐⭐⭐⭐

Laura & Arvin

"Pak Fiza ngomong apa?" tanya Mila ketika Laura baru saja duduk di depannya.

"Kepo" ketus Mila merampas jus dari tangan Mila

"Ra itu minuman gue, kebiasaan banget sih Lo" protes Mila berusaha merebut kembali jus, sebelum berakhir semuanya di dalam tenggorokan laknat Laura.

"Astaga Mil, tenang gue beliin yang baru buat Lo. bila perlu, gue borong semuanya biar Lo sekalian jualan" gerutu Laura mencebik kesal.

"Lo kenapa lagi sih?" tanya Mila menatap serius wajah masam sahabatnya.

"Lo tau apa yang di omongin pak Fiza tadi ke gue?" jawab Laura dengan pertanyaan.

"Apa?" tanya Mila penasaran

"Dia bilang kalo gue nggak boleh telat kalo jam pelajaran dia. ya gue kesel njir, kenapa nggak di kelas tadi aja dia ngomong gitu. nggak tau apa, cacing gue udah pada demo" jawab Laura menggebu, sambil menaruh kecap dan cabe ke dalam soto yang sebelumnya telah di pesan.

"Apa jangan-jangan, pak Fiza suka sama Lo" celetuk Mila membuat Laura yang sedang menyeruput kuah soto tertawa hingga tersedak.

Hahaha Uhuk uhuk uhuk

"Nggak usah sok tau, emang Lo pikir manusia dingin kayak dia bisa jatuh cinta gitu? gue nggak percaya!" seru Laura tidak setuju dengan perkataan Mila tentang dosen yang semodelan kanebo kering seperti Fiza.

"Secara, muka nya kaku banget nggak ada senyum sedikit pun. malahan ni ya, gue nggak yakin dia itu normal, alias gay penyuka sesama jenis. Lo liat aja, banyak cewek kampus yang nyoba deketin dia. tapi apa? dia nggak tertarik sama sekali, apa lagi coba kalo bukan gay!" sambung Laura terus mencibir.

Mila yang sedari tadi mendengar ocehan Laura, terus memberi kode agar dia menghentikan omong nya kosong itu. karena sekarang, orang yang dia bicarakan ada di sini tepat di belakangnya.

"Sudah selesai?" tanya seseorang dari belakang Laura.

"Belum" jawab Laura, namun sedetik kemudian mata Laura membola saat mengenali suara yang sangat familiar di telinganya. yah, itu adalah suara Fiza, orang yang baru saja di bicarakan.

"Oh pak Fiza? tumben ke kantin" tanya Laura menoleh dengan santai ke belakang, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Apa saya harus ijin dulu sama kamu?" tanya Fiza menunduk, berhadapan langsung dengan wajah Laura dari jarak dekat. Mila dan semua orang yang memperhatikan mereka sedari tadi langsung menutup mulut. sungguh, pemandangan yang sangat langka. mungkinkah yang di katakan Mila itu benar? bahwa Fiza memiliki perasaan terhadap Laura?

"Cih, kalo iya kenapa?" jawab Laura menantang, tanpa perduli jika dia seorang dosen. keduanya saat ini sama-sama saling menatap netra masing-masing. tanpa berniat meladeni Laura lagi, Fiza pergi begitu saja dari kantin dengan senyum penuh arti.

"Dosen sebleng, gila, kanebo kering" umpat Laura menatap sinis kepergian Fiza.

plak

"Awww sakit Mil" pekik Laura mengusap lengan yang baru saja di pukul oleh Mila dengan begitu kuat hingga terasa ngilu.

"Ternyata bukan mimpi" gumam Mila yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia liat.

"Tapi nggak harus mukulin gue juga bego" sentak Laura berlalu pergi. selera makannya sekarang mendadak hilang karena kedatangan Fiza.

"Awas aja Lo Fiza" gerutu Laura

****

Drrrttt Drrrrtt

Arvin yang sedang menikmati makan siang bersama kekasih, merogoh ponsel yang terus bergetar sedari tadi di saku jasnya.

"Sayang, aku terima telfon dari klien dulu sebentar" ucap Arvin mengecup pipi Indri.

"Iya, jangan lama-lama" jawab Indri tersenyum, kembali melanjutkan makan siangnya. sedangkan Arvin berjalan ke arah kursi pojokan restoran dan langsung menggeser tombol hijau di layar ponsel.

"Hai Honey" sapa Arvin pada wanita yang memakai baju tanpa lengan melalui video call.

"Kenapa baru di angkat" tanya wanita yang di ketahui bernama Sonya, dengan suara yang terdengar manja.

"Kamu tau sendiri kan kesibukan aku seperti apa" jawab Arvin tersenyum kecut.

"Iya aku tau, tapi kan se enggaknya kamu ngabarin aku. terus sekarang kamu lagi di mana?" tanya Sonya yang mengubah posisi yang semula duduk jadi tengkurap. hingga membuat dua bola kenyal meluber keluar.

"Aku lagi ada meeting sama klien di kafe. nanti pas pulang aku sekalian mampir kerumah kamu, ya" jawab Arvin, matanya terus tertuju pada dua benda kenyal itu.

"Beneran?" tanya Sonya antusias, memastikan ucapan sang kekasih.

"That's right, jangan lupa dandan yang seksi" jawab Arvin mengerlingkan sebelah mata sambil tersenyum mesum.

"As you wish Honey"

"Kalo begitu aku matiin dulu, tunggu aku Honey"

Muach

Tuth

Arvin menghela nafas panjang setelah mengakhiri video call dengan Sonya, kekasih nya yang lain. ya, sifat Arvin sangat berbeda jauh dari Daddy nya. jika Ben dulu anti dengan wanita, tapi tidak untuk Arvin. dalam sehari, Arvin memiliki dua sampai tiga wanita sekaligus. bahkan kalau di hitung, jumlah mantan kekasih Arvin tidak terhitung sama sekali. maka dari itu, teman-teman nya sering menjuluki Arvin sebagai cassanova.

Astaga, mengingat pemandangan sonya tadi membuat Arvin seketika menelan ludah. bahkan anaconda di dalam sana sudah terasa sesak. Arvin pun segera beranjak untuk kembali menemui Indri, yah hitung-hitung memberi jajan sedikit untuk anaconda nya.

Ceklek

Arvin berjalan mendekati wanita yang sedang memandang keramaian kota dari jendela. tangannya terulur memeluk tubuh ramping itu. eits tidak hanya memeluk, melainkan menari-nari di kedua aset yang begitu pas di tangannya.

"Sayang" bisik Arvin mulai terdengar serak, matanya sudah di liputi kabut ga*rah yang membara.

"Mau sekarang hm?" tawar Indri dengan suara lembut, mampu membuat libido nya bertambah naik. tanpa membuang waktu, Arvin langsung menarik kepala Indri ke samping hingga bibir mereka bertemu.

Sementara di luar Restoran, seorang wanita cantik di usianya yang tidak lagi muda berjalan cepat menuju ruangan di mana putranya berada, siapa lagi jika bukan Keyla. setelah mendapat kabar dari Alden bahwa rapat di batalkan karena Arvin yang belum juga kembali ke kantor selama 2 jam lebih. hal itu tentu saja membuat Keyla marah, beruntung Keyla memasang alat pelacak di mobil tanpa sepengetahuan Arvin. sehingga Keyla dengan mudah menemukan keberadaan putranya.

BRAK

Sekali tendangan, pintu VIP langsung terbuka lebar. bukan tanpa sebab Keyla menendang pintu itu, sebab pelayan restoran tidak mengijinkannya untuk mengganggu orang yang ada di dalam sana.

"ARVIN INDORTO!"

*

*

*

Bersambung......

Dukung karya aku dengan cara 👇

🌳 Like 👍

🌳 Komen Sebanyak-banyaknya 🥰

🌳 VOTE

🌳 Hadiah🙈

🌳 Rating ⭐⭐⭐⭐⭐

Di Usir

"Sssaaahhh" kepala Arvin mendongak, tangannya meremas rambut Indri yang sedang memanjakan anaconda nya.

BRAK

Suara pintu yang terbuka secara kasar membuat Arvin dan Indri terperanjat kaget. dengan cepat Arvin menarik boxer ke atas, begitu pula dengan Indri yang langsung menurunkan bajunya kebawah menutupi gunung kembar yang sempat terekspos. baru saja ingin melontarkan makian karena berani mengganggu kesenangannya, sebuah suara yang familiar membuat mata Arvin membulat sempurna.

"ARVIN INDORTO!" Suara teriakan yang melengking, keluar dari bibir Keyla. pengunjung restoran yang penasaran, menghampiri untuk melihat apa yang terjadi.

"Mo-momy?" cicit Arvin hampir tidak terdengar. cepat-cepat dia mengambil celana bahan yang tergelatak di atas lantai. Keyla yang melihat kondisi Arvin dan Indri berantakan, sontak membuat amarahnya semakin memuncak.

BUGH

BUGH

"Anak kurang ajar, bajingan!" umpat Keyla memukul wajah Arvin yang baru ingin memakai celana bahan nya.

BUGH

BUGH

"Buk hentikan, jangan membuat keributan di sini" cegah seorang manager restoran yang baru tiba dengan beberapa petugas keamanan.

"Berani mendekat, tempat ini akan saya pastikan rata dengan tanah!" Ancam Keyla menoleh dengan tatapan membunuh, membuat ludah manager restoran tercekat di tenggorokan.

Tidak ada yang berani menghentikan kegilaan Keyla yang terus memukul wajah dan tubuh Arvin tanpa henti. darah segar terlihat keluar dari hidung, mulut, pelipis hingga mengenai kemeja putihnya. Keyla baru berhenti memukul ketika menyadari bahwa Arvin telah pingsan.

"Mau kemana kamu?!" Keyla berjalan menghampiri Indri yang ingin menyelinap kabur. "Jauhi putraku jika kau tidak ingin kelakuan mu dengan pria-pria itu terekspos!"

Indri terkejut, dia tidak menyangka wanita ini tahu semua rahasianya. tidak ingin ambil resiko Indri langsung kabur. masa bodoh dengan kekayaan Arvin, toh masih banyak pria diluar sana yang bersedia memanjakannya.

Setelah itu Keyla berjalan ke arah meja, meraih jus dan menyiramkan nya ke wajah Arvin yang sudah di penuhi luka.

"Aarrgghh Mom" Arvin mengerang kesakitan saat lukanya terkena siraman jus. sekuat tenaga Arvin berusaha bangkit, tubuhnya terasa sangat ngilu. sungguh, pukulan yang di layangkan Momy nya melebihi tenaga pria.

"Gimana bisa Daddy nikah sama cewek kayak Momy? untung selera gue tinggi" gerutu Arvin dalam hati nya.

"Bangun" perintah Keyla masih dengan suara yang melengking, nafasnya juga terlihat naik turun. "Pulang sekarang" bentak Keyla menunjuk ke arah pintu yang masih di kerumuni oleh pengunjung restoran.

"Selangkah lagi kamu ambil celana itu, Momy bakal telanjangin kamu di sini" ancam Keyla membuat Arvin mengurungkan niatnya untuk mengambil celana, dari pada telanjang lebih baik begini saja.

Keyla menggelengkan kepala melihat Arvin yang begitu santai nya keluar dari restoran dalam kondisi yang cukup mengenaskan. apakah urat malunya sudah putus? pikir Keyla frustasi. bagaimana bisa putranya jadi seliar ini, padahal Keyla maupun Ben selalu memberikan arahan yang positif untuk nya.

****

Mansion Raharja

Semua keluarga terlihat berkumpul di satu ruangan yang luas. mata mereka tertuju pada satu orang yang selalu membuat darah tinggi meningkat. tapi di samping itu, ada senyuman tertahan di bibir mereka melihat kondisi yang entah lah, tidak bisa di jabarkan dengan kata-kata.

"Mulai sekarang, semua fasilitas kamu Momy tarik" Seru Keyla membuka suara setelah membersihkan darah dari tangannya. yah, Keyla kembali memberi beberapa bogeman kepada Arvin. karena wajah itulah yang membuatnya menjadi seorang bajingan.

"WHAT! Momy bercanda kan?" pekik Arvin mendelik tak percaya.

"Nggak usah melotot gitu, mau di congkel mata kamu huh?" sentak Keyla ingin bangkit, namun sudah lebih dulu di tahan oleh Ben.

"Arvin! keputusan kami semua sudah bulat! jadi sekarang, serahkan semua nya ke atas meja!" tegas Ben menatap tajam wajah anak yang sifatnya entah menurun dari mana, Ben tidak tahu.

"Oh come on Dad, ini nggak lucu" protes Arvin tidak terima

"ARVIN" seru Ben dengan nada rendah, namun pandangan matanya membuat Arvin bergidik ngeri. Arvin menoleh ke arah dua pasangan lansia di hadapannya untuk meminta bantuan, namun mereka menggeleng tanda tidak bisa. dengan berat hati, Arvin menyerahkan semua yang ada di dalam dompet. mulai dari Black card dan kunci mobil.

"Tuh ambil" ketus Arvin beranjak, berniat untuk pergi

"Eh, kunci apartemen nya mana?" pinta Keyla menengadahkan telapak tangan ke hadapan Arvin.

"Hah?"

"Mana? jangan hah heh hoh doang" desak Keyla

"Mom, terus aku harus tinggal di mana?" tanya Arvin kembali protes, apa Momy nya ini sudah gila? astaga.

"Oh iya, tunggu sebentar" Keyla beranjak pergi ke lantai atas untuk mengambil sesuatu.

5 menit kemudian

"Nih, kamu bisa cari kos-kosan dengan uang ini" ucap Keyla melemparkan sejumlah uang sekisaran 10 juta ke hadapan anaknya.

"Momy ngusir aku, anak Momy sendiri?" tanya Arvin menatap tidak percaya, apakah telinganya salah dengar?

"Ya bisa di bilang gitu" jawab Keyla tersenyum polos

"Apa dia Momy gue? Oh God" batin Arvin masih syok.

"Mana?" pinta Keyla mengulurkan tangan ke hadapan Arvin. mau tidak mau, Arvin mengeluarkan kartu akses apartemen dan menyerahkan ke tangan Momy nya.

"Tunggu apa lagi? Tuh koper kamu udah Momy siapin loh, kurang baik apa lagi coba" seru Keyla menunjuk koper yang entah sejak kapan berada di pojokan.

"Opa, Grandpa" panggil Arvin dengan wajah yang memelas

"No coment" jawab Riyadi dan Aryo serempak

"Oke! kalo gitu Arvin bakal pergi dari rumah ini, jangan pernah nyari Arvin lagi!" Ucap Arvin berbalik pergi.

"Arvin tunggu dulu" cegah Keyla lagi-lagi membuat Arvin menghentikan langkahnya tanpa berbalik.

"Apa lagi?" tanya nya sedikit ketus

"Momy cuma mau bilang, kalo mulai besok kamu nggak perlu lagi ke kantor. kamu cuma cukup fokus kuliah! ah ya, soal keperluan sehari-hari, kamu tanggung sendiri. karena uang di tangan kamu adalah uang terakhir dari Momy, setelah itu kamu bisa cari kerja sambilan oke!"

"Udah itu aja, sana pergi" sambung Keyla melenggang pergi, begitu pula degan yang lainnya.

"Mom, ini benar-benar nggak adil!" protes Arvin kembali berbalik.

"Lima menit kamu masih di sini dan protes, nama kamu akan Momy coret dari Kartu Keluarga" tegas Keyla terus berjalan menaiki tangga.

"Aaargghh, si*l" umpat Arvin mengacak frustasi rambutnya. Kemudian menarik koper, meninggalkan perkarangan mewah mansion Raharja.

"Tuan Arvin?" gumam Alden ketika melihat Arvin keluar dari gerbang mansion sambil menarik sebuah koper. Alden berniat keluar menghampiri, namun bunyi notifikasi pesan masuk mengurungkan niatnya.

Ting

'Jangan sekalipun kamu memberi bantuan untuk Arvin, atau Kamu saya pecat!'

"Maafkan saya pak" gumam Alden merasa prihatin melihat penampilan Arvin yang mengenaskan.

Sedangkan Arvin terus berjalan sambil mengumpat. dia benar-benar kesal mendapat perlakuan dari Momy dan keluarga nya. saking kesalnya Arvin mengambil batu dan melemparkannya sembarang arah.

"Arrkkkhhh"

*

*

*

Bersambung.....

Dukung karya aku dengan cara 👇

🌳 Like 👍

🌳 Komen Sebanyak-banyaknya 🥰

🌳 VOTE

🌳 Hadiah🙈

🌳 Rating ⭐⭐⭐⭐⭐

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!