Ramona menggendong bayinya dengan berjalan mengikuti arah tangan Irfan yang menuntunnya keluar dari rumah Pak De nya tanpa memakai alas kaki di kedua kakinya dan Irfan juga lupa tak memakai pakaian lengkap hanya kaos dalam dan celana pendek rumahan saat Ia keluar dari rumahnya.
"Eh, eh tunggu Irfan kaki ku sakit dan pedas nih," Kata Ramona menjinjitkan salah satu tumit kaki nya.
"Ehhh..Ya, Ramona...?" Irfan berhenti di pinggir jalan dengan menghembuskan napas untuk menghilangkan rasa lelahnya.
"Ir, coba kamu lihat deh dirimu sekarang ini?" Ramona tersenyum melihat Irfan yang bengong tanpa sadar dengan keadaan diri pemuda usia dua puluh empat tahun di hadapannya ini.
Irfan baru sadar saat Ia mendengar dan melihat orang -orang yang berlalu lalang tersenyum -senyum ke arahnya sehingga Ia menunduk dan dapat memerhatikan dirinya yang berpakaian ala kadarnya itu.
"Hehehe..Kita pergi dari rumah tanpa bawa apa pun kecuali apa yang menempel di tubuh kita dan terutama diriku hahaha amburadul.." Kata Irfan tertawa-tawa sendiri sambil menggaruk ke arah belakang telinganya untuk mengusir rasa jengah dan malunya itu.
"Ir, sebaiknya Kamu gausah ikut campur dalam masalahku. Sekarang aku minta kamu pulang ke rumah mu, di mana Pak De , Bu De dan Farida merupakan keluargamu." Kata Ramona dengan tatapan matanya meminta pengertian yang amat mendalam kepada Irfan.
" Enggak, Ra..Aku mau menemanimu di mana pun dan kapan pun dirimu menginginkan adanya seseorang yang menemani mu di kala kau tak ada seorangpun yang menjagamu dan Pak De Samsul yang terbaring koma di rumah sakit umum Yogyakarta." Kata Irfan menolak untuk Ia mematuhi permintaan saudari sepupunya itu.
" Tapi , Ir ? Aku...!"
" Tak ada kata tapi , Ra. Aku mau menemanimu.. Titik..Tak ada koma ! "
Nada tegas Irfan membuat Ramona tak lagi bisa melarang keinginan kuat saudara sepupunya itu yang ingin menemaninya, maka Ramona terus saja berjalan lurus menuju ke rumah sakit umum Yogyakarta.
"Ra , Kamu masuk dulu saja ke ruangan Pak De di rawat. Aku akan pergi dulu ke kantin rumah sakit untuk membeli baju dan sandal untuk aku dan kamu serta aku harus membeli makanan dan minuman mu untuk mu yang sedari sadar dari pingsan di rumah." Kata Irfan dengan nada suara yang lembut kepada Ramona.
" Iya, Ir makasih banyak..!" Jawab Ramona nada tulus kepada Irfan seraya meneruskan langkah nya menuju ke ruangan pasien tempat ayah nya di rawat di rumah sakit umum Yogyakarta.
"Bu Ramona..Bisakah Saya bicara secara pribadi kepada Anda di ruangan kerja Saya? " Seorang Dokter menghampiri Ramona di pintu kamar tidur pasien.
"Ya , Dok ? " Tanya Ramona nada sopan dan ada perasaan gelisah menghantuinya di saat dirinya melihat raut wajah Dokter yang menangani Ayah nya itu.
Dokter Susan mengajak Ramona ke ruang kerja nya lalu memberikan saran yang terbaik untuk perawatan yang tepat untuk menyelamatkan ayah kandungnya Ramona.
"Sebaiknya, Pak Samsul di bawa ke rumah sakit Ibukota Jakarta untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi dengan peralatan medis dan pengobatan yang lebih memungkinkan di dalam mengobati penyakit yang di derita oleh Bapak Samsul yaitu kanker jantung yang sudah hampir tahap stadium tiga yang menuju ke stadium ke empat atau akhir." Kata Dokter Susan dengan nada serius kepada Ramona.
"Ya, Dok. Tapi, berapakah kira kira dari biaya pemindahan dan perawatan Bapak Saya dari rumah sakit ini ke rumah sakit besar di Ibukota Jakarta ?" Tanya Ramona kepada Dokter Susan dengan nada penuh kecemasan akan keadaan diri Ayahnya yang sedang koma.
"Hmm..Kira -kira 1 milyar rupiah ,Bu. Dan, Anda juga harus melunasi tunggakan perawatan dari Bapak Anda selama tiga tahun di rawat di rumah sakit ini yang mencapai biaya sebesar tujuh atau delapan ratus juta rupiah sebelum Anda dapat memindahkan Bapak Anda ke rumah sakit besar di Jakarta." Jawab Dokter Susan yang di lihat dari raut wajahnya tampak merasa iba kepada Ramona tetapi Beliau harus tegas yang sesuai dengan kebijakan rumah sakit.
"Baiklah, Dok. Saya akan melunasi semua biaya tunggakan perawatan Ayah Saya di rumah sakit ini dahulu.." Kata Ramona yang terpaksa harus memilih yang paling utama dahulu bagi keadaan Ayahnya di rumah sakit umum Yogyakarta.
"Bu, Ramona..Apakah Anda memiliki uang yang sebanyak itu untuk semua permasalahan biaya hidup Bapak Samsul di rumah sakit ini?" Tanya Dokter Susan yang meragukan kondisi ekonomi yang dimiliki oleh Ramona yang di ketahuinya itu merupakan seorang gadis muda yang tak punya keuangan yang memadai untuk menyelesaikan semua masalah keuangan biaya perawatan dan hidup Ayahnya di rumah sakit.
"Aku ada kalau untuk biaya melunasi tunggakan perawatan dan hidup Ayah saya di rumah sakit ini. Jadi, Anda tak perlu merasa khawatir tentang hal itu." Jawab Ramona yang mengeluarkan satu lempar amplop dari pakaian dalamnya di balik kemejanya yang berwarna krem dan sejumlah uang yang bernilai sesuai dengan jumlah yang di ungkapkam oleh Dokter Susan kepadanya di atas meja kerja Sang Dokter yang menatapnya dengan raut wajah bingung sekali dan penuh pertanyaan.
"Sekarang, Apakah Aku sudah bisa membawa Ayah Saya keluar dari rumah sakit ini untuk Aku bisa membawanya ke rumah sakit besar di kota Jakarta ?" Tanya Ramona menatap lurus kepada Dokter Susan yang segera menjawabnya dengan lantang.
" Bisa.." Jawab Dokter Susan segera mengatur yang terbaik untuk proses memindahkan Ayah nya Ramona dari rumah sakit umum Yogyakarta ke rumah sakit yang terbaik khusus perawatan kanker di Jakarta, yaitu Rumah sakit Dharmais.
Ramona menunggu dengan sabar sambil dirinya menyusui bayinya yang terbangun karena haus dan lapar. Ia juga menunggu kembalinya Irfan dari kantin rumah sakit di ruang tunggu di lobi utama rumah sakit.
"Ra..Ini aku bawain kamu sebungkus nasi rames dan sebotol air mineral serta baju ganti dan juga sepasang sandal untukmu." Kata Irfan yang kini duduk di sampingnya.
" Ir, Aku sudah memutuskan jalan yang terbaik untuk ku dan Bapakku serta untuk mu dan Pak De yaitu kami berdua akan pergi jauh dari sini untuk kebahagiaan kita semua..Karenanya Aku mau mengucapkan terimakasih banyak atas apa yang pernah kau lakukan kepadaku dan Ayahku selama ini. Ini, biaya hidup kami yang Aku harus berikan kepadamu sebagai tanda terimakasih kami kepada mu dan Pak De sekeluarga." Kata Ramona memberikan amplop warna putih yang cukup tebal kepada Irfan yang melongo dengan sikapnya itu.
"Ah, apa maksudmu dengan memberikan Aku amplop yang tebal ini, Ra..? " Tanya Irfan nada tak suka dengan sikap Ramona yang baginya itu amatlah mengherankan sekali.
Bersambung..!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
sasip
rumah sakit apa seh ini sebenarnya? mahal bener biaya berobat-nya ya?
2022-10-31
1
Radiah Ayarin
hahhhhhhh....1 milyar😱
2022-09-25
1
Radiah Ayarin
kasihannya
2022-09-25
1