Emiliel Holy Kingdom adalah kerajaan manusia pertama yang ada di Islan.
Itu didirikan hampir seribu tahun yang lalu oleh Fie Axellibra.
Namun, sang nephilim tidak menjadikan dirinya sebagai ratu. Dia mengangkat sepasang suami istri dari sekian banyak pengikutnya sebagai raja dan ratu.
Kendati begitu, meskipun sang nephilim tidak ikut andil dalam pemerintahan mereka, dia tetap berada di puncak tertinggi hirarki Emiliel Holy Kingdom. Apapun keputusan yang dibuat oleh kerajaan, jika Fie Axellibra tidak setuju, mereka otomatis akan membatalkan keputusan tersebut.
Dan sebagai perwujudan dari status sang nephilim yang berada di atas semuanya, seorang raja/ratu penerus tahta akan dia lantik secara langsung. Karenanya, di Emiliel Holy Kingdom, putra atau putri mahkota tidak lantas punya kesempatan tinggi menduduki tahta; setiap anak raja harus mendapatkan dukungan sang nephilim jika ingin menguasai kerajaan.
Kerajaan yang bertempat di sisi terutara Benua Islan itu awalnya hanya terdiri atas satu kota, tetapi sekarang telah berkembang pesat menjadi tujuh kota: satu kota besar dan enam kota kecil.
Kota terbesar dari semua kota itu, Axellibra, terletak di jantung kerajaan suci tersebut. Bukan saja populasinya mendekati angka satu juta jiwa, tatanan kota dan infrastruktur mereka sudah jauh lebih dari pantas untuk menjadikan Axellibra sebagai ibukota. Sementara itu, keenam kota kecil lainnya—Ephron, Carmel, Eden, Abilene, Canaan, dan Sheba—mengelilingi Axellibra seperti halnya formasi bintang segi enam.
Dari keenam kota kecil itu, Eden adalah yang paling terkenal dengan keindahan alamnya.
Seperti halnya namanya yang merujuk pada nama sang dewa, Edenia, Kota Eden bisa dikatakan menjadi kota surgawi dari semua kota di seantero Islan. Tidak ada menara-menara atau bangunan-bangunan tinggi di kota itu, jalanannya pun tiada yang berbata ‒ semuanya terbuat dari marmer putih yang indah. Kota tersebut dipenuhi taman bunga dari berbagai jenis dan beragam warna. Di dalamnya terdapat pula air terjun buatan yang setiap harinya silih berganti dari mengalirkan madu, susu, hingga nektar bunga alami. Pepohonannya pun begitu lebat, dan hampir semuanya dipenuhi buah beraneka rasa yang menggugah selera.
Kota Eden adalah kota dengan penduduk yang paling sedikit dibandingkan kota-kota lainnya, hanya terdiri dari beberapa ribu penduduk tetap. Namun, tiada seorang pun dari para penduduk itu yang hidup dalam kepayahan. Semuanya makmur dan sejahtera. Jika mereka tidak memiliki uang, mereka tinggal datang ke kantor walikota untuk meminta pekerjaan. Jika mereka lapar saat tak punya uang, terdapat tempat makanan gratis yang bisa dijumpai, mereka bisa makan sepuasnya dan bahkan boleh dibawa pulang. Bila rumah mereka rusak tetapi tak punya uang untuk memperbaiki, terdapat tempat tinggal sementara gratis bagi siapapun. Mereka boleh tinggal selama mereka mau sampai punya cukup uang untuk memperbaiki rumah. Bahkan, mereka tidak perlu memperbaikinya sendiri, mereka hanya perlu mendatangi walikota dan esok harinya rumah mereka pasti sudah dibenahi.
Eden adalah kota impian yang diinginkan oleh setiap pecinta kedamaian. Di dalamnya tidak pernah terjadi kasus kejahatan. Jika terjadi konflik antar warga, semuanya selalu dapat diselesaikan secara damai. Bahkan, setiap warga menganggap sesama mereka sebagai saudara. Itu adalah tempat di mana setiap orang bisa tersenyum tanpa perlu merisaukan apapun. Itu adalah tempat yang hanya dipenuhi oleh kedamaian dan kebahagia. Itu adalah kota impian ‒ sebuah surga kecil di tengah-tengah dunia fana.
Di salah satu rumah besar dengan halaman yang luas di kota tersebut, seorang wanita berusia dua puluh satu tahun sedang duduk bermeditasi di atas sebuah batu berpermukaan datar di halaman belakang.
Dia memiliki rambut panjang seputih salju yang lembut dan indah ‒ rambut tersebut ia biarkan tergerai tetapi ujungnya dia ikat dengan pita berwarna emas. Poninya ia buat rata dengan alis, sementara jambangnya yang menyentuh pundak ia biarkan membingkai wajah jelitanya dengan sempurna.
Namanya Retsu, Retsu Vermillion. Ia memiliki kulit putih sehat nan mulus dengan struktur wajah yang membuat para wanita iri dan para pria terpesona.
Retsu mengenakan baju elegan terusan sebetis, tetapi dari pinggang ke bawah terbagi menjadi empat bagian dengan bagian depan lebih pendek dari ketiga sisi lainnya—dan setiap sisi tersebut berlapiskan adamantite murni. Baju berlengan panjang tersebut berwarna abu-abu, tetapi untuk bagian depannya berwarna hitam legam. Retsu melapisi bajunya dengan zirah adamantite yang melindungi tubuhnya dari bahu, lengan atas, hingga perut. Terakhir, wanita berparas jelita itu memakai sarung tangan abu-abu yang di punggung tangan dan lengan bawahnya terlapisi adamantite tipis.
Untuk bawahannya, Retsu mengenakan celana karet hitam sepaha sebagai pelapis dari legging berwarna abu-abu yang memeluk kedua kaki jenjangnya. Sementara itu, kakinya dibaluti sepatu zirah yang juga terbuat dari adamantite. Sepatu yang sepaket dengan baju zirah yang Retsu kenakan itu meninggi sampai bawah lututnya.
Secara keseluruhan, Retsu terlihat seperti kesatria sempurna, tetapi pada saat yang bersamaan dia bisa disalahkenali sebagai putri, atau bahkan malaikat tak bersayap.
Mata Retsu terbuka secara tiba-tiba saat persepsinya merasakan keberadaan seseorang. Iris amber indahnya lantas mendapati seorang wanita berpakaian serba hitam khas biarawati dengan senyum ramah keibuan di bibir. Namanya Lyra, dia pengantar pesan Pope Gramiel kepada anggota Deus Guardian.
“Aku kira aku memiliki waktu istirahat selama tiga hari…?”
“Maaf mengganggu waktu istirahat Anda, Nona Retsu, tapi saya hanya ingin menginfokan bahwa Anda diharuskan berada di Deus Holy Church pada 4 May nanti. Selain itu, Pope Gramiel ingin memperkenalkan Anda secara langsung kepada anggota Deus Guardian yang lain.”
“Hm, bukankah aku baru akan diperkenalkan kepada yang lain setelah enam bulan? Ini baru bulan keempat aku menjadi bagian dari Deus Guardian.”
“Pope Gramiel merasa itu tak perlu. Lagipula, itu akan menjadi pertemuan penting, lebih baik jika semuanya bertemu dan mengenal Anda secepat mungkin, sehingga ke depannya kalian bisa bekerja sama dengan baik.”
Retsu mengangguk mengerti. Jika Pope Gramiel telah memutuskan demikian, ia tidak perlu mempertanyakannya.
“Apa Anda ingin saya teleportasikan ke sana pada hari tersebut, atau Anda ingin pergi sendiri?”
Retsu tersenyum tipis. “Aku tidak ingin merepotkanmu,” katanya, “aku akan pergi sendiri. Lagipula, aku suka menempuh perjalanan jauh. Terlebih lagi, dalam perjalanan aku akan bisa memastikan keamanan para penduduk.”
“Baiklah kalau begitu. Saya mohon undur diri dulu. Sampai jumpa di sana, Nona Retsu.”
Retsu mengangguk. “Aku akan melihatmu di sana, Nona Lyra,” ucapnya, dan detik berikutnya wanita berpakaian biarawati itu pun menghilang dari hadapan Retsu.
Retsu memandang tempat sebelumnya Lyra berdiri selama beberapa saat, sebelum kemudian ia kembali memejamkan kedua mata, menyembunyikan sepasang iris amber indah yang memancarkan pesona.
Sedetik kemudian, tubuhnya seketika dibaluti api hitam yang menyala menjilat-jilat udara. Tetapi uniknya, tiada satu pun yang api hitam itu telan. Bahkan dedaunan yang secara kebetulan tertiup ke sana pun tidak lenyap, mereka melewati api hitam seolah-olah api hitam tersebut tidak ada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
John Singgih
undangan untuk retsu vermillion
2022-07-27
1