—30th April, D204 | Sisi Barat Islan, Samudra Gnoma—
MENGAMBANG di atas samudra luas dengan tubuh raksasa yang merivali seekor naga dewasa adalah kraken dewasa yang selalu menjadi momok menakutkan bagi setiap kapal yang berlayar. Dua lengan panjangnya berada di dalam air, sementara enam lengan sisanya terentang memanjang dengan cekungan-cekungan penghisap yang mengarah ke depan.
Percikan petir biru gelap menyelimuti tubuh penguasa samudra tersebut. Bukan, itu sama sekali bukan petir yang seseorang layangkan padanya, melainkan petir yang sang kraken produksikan sendiri. Sebelumnya tak pernah terdengar kabar tentang kraken yang memiliki sihir petir, karenanya bisa dikatakan kalau kraken tersebut sangatlah jauh dari normal.
Berdiri ratusan meter di hadapan sang kraken adalah seorang pria berambut hitam pendek acak-acakan yang baru genap berusia dua puluh empat tahun pada awal bulan lalu. Iris hitam sekelam malam tak berbintangnya memandang fokus pada monster yang berniat menelan kapal besar yang berada ratusan meter di belakang pria setinggi seratus delapan puluh centi tersebut.
Pria tersebut mengenakan kaos abu-abu lengan panjang yang dilapisi jaket hitam yang tak dikancing, celana hitam polos berbahanutamakan karet membungkus erat kedua kakinya, sedang sandal ninja berwarna biru khas assassin melindungi telapak kakinya dengan sempurna.
Namanya Hernandez, hanya Hernandez. Ia seorang yatim-piatu yang tak pernah tahu siapa orangtuanya. Hernandez adalah nama pemberian seorang pandai besi yang merawat dirinya sejak bayi. Dibesarkan oleh seorang pandai besi yang telah berusia lanjut, tidak mengherankan ia memutuskan menjadi pandai besi menggantikan pengasuhnya yang telah tiada saat ia genap berusia sebelas tahun.
Selain memiliki bakat yang luar biasa dalam dunia per-blacksmith-an, Hernandez juga dilahirkan dengan [Rune Magic] sebagai sihir utama. Jika ada yang mengatakan menjadi blacksmith adalah kehendak langit bagi Hernandez, tidak akan ada seorang pun yang tidak akan setuju.
“Kriiiiiieee!”
Kraken yang ukurannya cukup besar untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk satu kota selama sebulan penuh itu menjerit tak jelas. Cekungan-cekungan penghisapnya tampak membiru, sebelum kemudian laser petir yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah hari dalam setahun itu melontar menargetkan Hernandez dan kapal di belakangnya.
Hernandez lekas mengaktifkan penghalang transparan khusus miliknya guna memblok setiap laser petir yang datang. Tentu saja ia bisa menghindari semua laser yang diameternya sama dengan kepala orang dewasa itu, tetapi tugasnya sejak awal adalah melindungi kapal dan menaklukkan kraken yang awak kapal pancing agar muncul ke permukaan. Ia memang telah melapisi kapal itu dengan tiga lapis kubah pelindung, tetapi itu akan menakutkan para awak kapal jika ia biarkan serangan kraken mendekati mereka.
Laser-laser itu terus memborbardir penghalang transparan super masif miliknya tanpa ampun. Namun, tiada satu pun retakan yang terlihat dari penghalang transparan dengan lebar dan panjang yang membentang lebih dari seratus meter. Sang kraken tampak geram dan mengeluarkan suara yang Hernandez tak mengerti, tetapi Hernandez hanya diam menunggu dengan tenang.
Pasalnya, ia tak ingin merusak kualitas daging kraken dengan membuatnya meregenerasikan tubuhnya dengan paksa. Sebab itu, Hernandez mempertimbangkan untuk menunggu sampai [mana] sang kraken menipis, barulah kemudian ia akan menyerang.
Jika saja sang kraken itu memiliki akal yang tinggi, dia tentu akan berhenti memborbardir penghalang transparan yang Hernandez ciptakan. Pasalnya, penghalang tersebut tidak sepenuhnya memblok laser itu, sebagian besarnya diserap dan digunakan untuk memperkuat perisai. Artinya, semakin banyak serangan ber-[mana] tinggi yang mengenainya, semakin kuat pula penghalang tersebut.
Namun, bukannya berhenti, kraken itu justru merapatkan keenam lengannya mencoba menggabungkan semua laser petirnya. Laser super masif pun seketika menghantam perisai transparan yang Hernandez ciptakan. Tetapi itu tidak mengubah apa-apa selain memperkuat perisai tersebut.
“Kriiiiie! Kriiiie! Kriiiie!”
Hernandez tidak perlu memahami kraken untuk mengerti kalau makhluk raksasa itu sedang murka padanya. Hal itu dibuktikan dengan sebuah lengan yang tiba-tiba menyeruak dari dalam air dan menghancurkan perisai transparannya berkeping-keping.
Akan tetapi, Hernandez masih berdiri diam dengan ekspresi tenang di wajah. Ia sudah memprediksikan hal itu; perisai transparan yang ia pasang tidak hanya satu, tetapi dua. Satu untuk menangani serangan berbasiskan [mana], sementara satu lagi khusus menangani serangan fisik seperti yang baru saja sang kraken lesatkan. Yang hancur berkeping-keping barusan tak lain hanyalah perisai pertama, sedang perisai di belakang yang pertama berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.
Melihat serangannya gagal, kraken tersebut menarik semua lengannya ke atas, menggerak-gerakkan kedelapan lengan super panjang itu dengan penuh amarah. Jika saja ukurannya menjadi mini dan di dalam mulut besarnya tidak terdapat gigi-gigi yang tajamnya bukan main, tentu pemandangan itu akan menjadi sesuatu yang menggemaskan.
Akan tetapi, dengan wujud yang meraksasa juga gigi-gigi yang menggerigi, kata mengerikan sangat sempurna untuk menyebutkannya. Andai kata Hernandez tidak percaya diri dengan kemampuannya, tentu ia akan melihat sang kraken dengan muka pucat pasi sama seperti awak-awak kapal sana.
“…Sepertinya akan terlalu lama kalau menunggu [mana] kraken itu terkuras,” gumam Hernandez, ia mengkhawatirkan kalau-kalau kraken lain tertarik untuk berpartisipasi. “Apa boleh buat, sepertinya aku harus serius kalau mau mempertahankan kualitas daging kraken tanpa mengundang perhatian kraken lain, apalagi sampai mendatangkan Kraken Lord.”
Hernandez sama sekali tak ingin menghadapi Kraken Lord. Cukup sekali saja ia mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkan lonsdaleite yang terletak jauh di palung terdalam Samudra Gnoma. Ia tidak ingin melakukannya lagi.
Telah memutuskan apa yang harus dilakukannya, Hernandez melenyapkan penghalang transparan dan melesat cepat menuju kraken yang juga berniat melesat ke arahnya.
Sembari berlari lincah dengan kecepatan tinggi di atas air yang berombak ganas, sebuah lingkaran sihir kecil berwarna hitam tercipta di ujung telapak tangan kanan Hernandez, dari dalamnya keluar sebuah katana berwarna hitam legam dengan gagang berwarna perak.
Berbahandasarkan lonsdaleite, pedang yang dari ujung ke ujungnya dipenuhi ukiran rune itu menjadi pedang terkeras yang ada di permukaan dunia ‒ tiada yang tidak dapat dipotongnya. Awalnya pedang tersebut berwarna abu-abu bercampur kuning kecoklatan, tetapi kemudian berubah menjadi hitam legam saat ia merendamnya di dasar Danau Deus selama sebulan penuh.
Kraken memiliki tiga jantung yang sangat keras yang bisa berpindah-pindah posisi, Hernandez harus menghancurkan ketiga jantung itu secara bersamaan supaya sang penguasa lautan itu tidak mencoba meregenerasikan diri. Dengan demikian, kualitas daging akan tetap terjaga.
Akan tetapi, bahkan bagi dirinya, melenyapkan ketiga jantung kraken secara bersamaan adalah perkara yang mustahil. Untuk tujuan itu, katana yang ia beri nama Kurtalægon ini sangatlah ia perlukan. Karena, selain dapat memotong apa saja, salah satu kemampuan pedang tersebut adalah dapat memutuskan aliran [mana] pada bagian yang terkena tusukan atau sabetannya. Dengan begitu, ia tidak perlu menghancurkan ketiga jantung secara bersamaan.
Seolah mengetahui niat Hernandez, lengan-lengan kraken bergerak cepat dan saling terkoordinasi dengan satu sama lain mencoba menyerang sang blacksmith.
Hernandez sama sekali tak terkejut melihatnya. Kraken memiliki sembilan otak, satu di kepala dan sisanya di masing-masing pangkal lengannya. Namun begitu, meski dengan jumlah otak sebanyak itu, kraken tidak memiliki akal yang tinggi. Tetapi mungkin, jika dilatih sejak dini, kraken akan menjadi makhluk laut yang cerdas, dan mungkin saja mereka akan bisa bicara. Namun, menemukan bayi kraken lebih sukar daripada menemukan kraken dewasa, tiada yang mau bersusah payah membuktikan teori itu.
Lengan-lengan itu bergerak lincah dan fleksibel, mereka terus memburu Hernandez tanpa lelah. Hernandez meningkatkan Acceleration dan Enhancement-nya ke tahap maksimum, dengan gesit ia meliuk-liukkan tubuhnya menghindari hantaman lengan kraken. Percikan petir seketika menyelimuti kedelapan lengan gurita, dan dalam sekejap mereka sudah memerangkap Hernandez dalam medan petir yang ganas nan mematikan.
Akan tetapi, ekspresi tenang di wajah Hernandez tak lantas luntur, ia hanya mengayunkan katana-nya sekali. Dan seketika, semua petir yang kraken ciptakan tertarik menuju Kurtalægon dan diserap oleh katana tersebut.
Hernandez kemudian melompat menghindari salah satu lengan kraken yang tiba-tiba menyeruak dari dalam air berniat meremukkan tubuhnya—besar lengan itu beberapa kali lebih besar dari tubuhnya. Saat di udara ia menciptakan sebuah lingkaran sihir hitam super masif yang memuntahkan aksara kuno hingga menyelimuti setiap bagian lengan kraken.
Itu adalah spell [Rune Magic] yang ia ciptakan setelah berhasil meloloskan diri dari Kraken Lord. Hernandez menggunakan spell itu untuk menghalangi kraken dari menggunakan cekungan penghisapnya dari menarik dirinya.
Tentu saja Hernandez tidak selesai sampai di situ. Ia menciptakan lingkaran sihir hitam lain untuk mengeluarkan rentetan aksara kuno yang hanya dengan melihatnya saja dapat membuat pusing kepala saking rumitnya.
Lengan-lengan kraken memencar mencoba menjauh, tetapi huruf-huruf kuno itu dengan cepat dapat menyelimuti lengan-lengan tersebut.
Sesaat setelah itu, Hernandez mentransmisikan [mana]-nya mengaktifkan formula rune tersebut. Sedetik kemudian, mobilitas lengan-lengan kraken itu terhenti dan jatuh lunglai menghantam permukaan samudra. Hernandez menggunakan rune karena—tidak peduli sehebat apa Hernandez dalam menghindar—ia tidak akan bisa mencapai kepala kraken tanpa memotong lengan-lengan itu.
“Kriiiie! Kriiiiiie! Kriiiiiiiiiiiiiiie!”
Hernandez menaikkan sebelah alis matanya saat melihat kraken itu berniat menenggelamkan tubuhnya. Ia bereaksi cepat dengan memanifestasikan lingkaran sihir hitam besar di atas kepala kraken, dari dalamnya mencuat huruf-huruf kuno yang saling terhubung dengan satu sama lain dan melesat cepat menyelimuti tubuh kraken.
Hernandez tidak menyia-nyiakan banyak waktu dan langsung mengaktifkan formula rune itu, dan seketika sang kraken menemukan tubuhnya tak bisa digerakkan.
“Sayang sekali aku harus membunuh kraken langka sepertimu,” ucap Hernandez yang sudah melayang di atas kepala sang kraken, katana-nya ia arahkan ke tempat di mana salah satu dari tiga jantung kraken bersemayam.
“…Kriiiiie… kriiiiiiieee?”
Hernandez tidak mengerti apa maksud kraken, tetapi ia bisa mengasumsikan kalau sang kraken tidak ingin merasakan mati.
"Kau telah memakan begitu banyak ikan juga makhluk-makhluk lainnya, bagaiman kau punya hak untuk protes ketika kau akan dimakan?” tanya Hernandez seraya mengalirkan [mana]-nya pada katana, seketika katana itu memanjang dan dalam sekejap—jleb!—menembus tubuh sang kraken, menusuk salah satu dari ketiga jantungnya.
“Memakan atau dimakan, itu salah satu hukum yang menemani hukum rimba,” tambah Hernandez seraya melanjutkan niatnya mematikan kedua jantung kraken yang tersisa.
Setelah beberapa saat, Hernandez akhirnya terbang kembali menuju kapal dengan seekor kraken dewasa melayang beberapa meter tepat di atasnya.
Para awak kapal yang menyaksikan hal itu lantas bersorak-sorai penuh sukacita. Mereka sangat senang dan terkesima dengan datangnya Hernandez beserta kraken dewasa yang dibawanya. Tak sia-sia mereka menghabiskan waktu dua hari dua malam di tengah-tengah samudra, tujuan mereka telah terpenuhi dengan begitu sempurna. Sekarang mereka bisa kembali ke kota dan merayakan Festival Kraken tahunan mereka.
Seorang pria—sang kapten kapal—menyambut mendaratnya Hernandez di kapal dengan senyum gembira. Dia berkepala botak dan berkumis tipis, usianya hampir dua kali lebih tua dari Hernandez. Dan selain berperan sebagai kapten kapal, dia juga adalah juru masak yang handal.
“Sepertinya kami harus merepotkan Anda lagi, Tuan Hernandez,” ucapnya dengan tidak enak hati, dia merasa telah terlalu merepotkan Hernandez.
“Tenang saja, Kapten,” respons Hernandez sambil mengibas-ngibaskan tangan kanannya. “Melihat ukuran kraken yang tiga kali lebih besar dari kapal, ini solusi yang paling normal. Terlebih lagi, aku tak membawanya secara langsung; aku menggunakan [Rune Magic] untuk membuatnya melayang.”
Target tangkapan awak kapal sebenarnya kraken muda, menghadapi kraken dewasa lebih sulit dan ukurannya juga lebih besar. Tetapi kenyataannya mereka justru menarik perhatian kraken dewasa. Karenanya, sangat mustahil untuk menaruh kraken di kapal; itu akan menghancurkan kapal mereka.
“Tetap saja, Tuan Hernandez, kami tidak enak hati sampai merepotkan Anda. Bukan saja Anda telah menolong kami menangkap kraken tanpa dibayar, Anda juga sampai repot-repot membawakannya untuk kami. Hm…bagaimana kalau satu lengan kraken itu Anda bawa pulang ke kota Anda?”
Hernandez refleks menengadahkan wajahnya melihat salah satu lengan kraken. Ia memandangnya selama beberapa detik, sebelum kemudian dengan cepat mengembalikan pandangan pada sang kapten. “Tidak, terima kasih,” responsnya tanpa ragu. “Lagipula,” sambungnya, “Festival Kraken tidak akan terasa sempurna bila krakennya tidak utuh.”
Tentu saja bukan itu alasan utama Hernandez. Ia hanya tidak ingin terjadinya perayaan mendadak di kotanya. Terakhir kali ia pulang membawa ikan bersirip emas raksasa dua minggu yang lalu, walikota langsung memutuskan untuk mengadakan perayaan malam bertabur emas. Meskipun itu bukanlah hal yang buruk, tetapi ia sama sekali tak bisa tidur malam itu—perayaan itu berlangsung sampai pagi. Hernandez tidak ingin kembali menghabiskan malamnya tanpa tidur.
“Hmmm.…”
Kapten kapal melipat kedua tangannya di dada, berpikir. Tampaknya dia tidak ingin rasa tidak enak di hatinya tetap tinggal, padahal Hernandez sama sekali tidak keberatan. Lagipula, ia datang ke kota pelabuhan barat karena harus mengecek beberapa hal yang berhubungan dengan tugasnya sebagai anggota Deus Guardian; mereka sama sekali tak perlu berterima kasih atau memberikan sesuatu padanya.
“Begini saja,” ucap Hernandez, menarik perhatian kapten kapal. “Saat festival nanti, aku akan mengajak beberapa rekanku ke sini, aku harapkan Kapten mempersiapkan hidangan terbaikmu untuk kami. Bagaimana?”
“Ooohhhhh!” seru sang kapten tiba-tiba dengan semangat berapi-api. “Akan kusiapkan hidangan kraken terbaikku untuk Tuan Hernandez dan rekan-rekannya, akan kupastikan itu akan jauh melampaui masakan siapapun yang ada di dunia ini. Mwahahaha….”
Hernandez tak bisa menahan dirinya untuk tidak ikut tertawa saat mendengar tawa keras sang kapten. Ia tentu saja bisa memasak, tapi tiada yang dapat mengalahkan rasa makanan yang disiapkan orang lain secara khusus. Karenanya, ia akan memastikan untuk menghadiri Festival Kraken. Terlebih lagi, festival itu diadakan seminggu lagi, ia bisa menggunakan waktu kosongnya untuk mengundang Minner dan yang lainnya.
“Akan kupegang kata-katamu itu, Kapten.”
Perkataan Hernandez itu terucap bersamaan dengan melajunya kapal dengan kecepatan tinggi ‒ semangat awak-awak kapal untuk segera kembali ke kota sangatlah terasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
TOLOL!!!
CEPETAN THOR DI LANJUT LAGI ATW NYA
2022-07-27
4
John Singgih
ketika sang pahlawan ingin tidur
2022-07-26
1