Empat

“Nadira!”

Nadira dan Dinda yang sedang duduk di kantin dibuat terkejut dengan teriakan seseorang yang memanggil namanya. Dia menoleh ke arah masuk kantin, lalu matanya membulat saat melihat siapa yang memanggilnya barusan.

“KANGEN! SETELAH TIGA HARI GAK KETEMU AKHIRNYA KITA BERJUMPA LAGI!”

Tubuh Nadira langsung terhuyung ke belakang saat mendapat pelukan tiba-tiba.”Suara lo tambah kaya toa aja, Ta.”

Danita, gadis yang kini sedang menyengir setelah melepaskan pelukannya itu mengangguk.”Gue kebanyakan makan kilat, jadi suaranya semakin menggelagar kaya guntur.”

“Alay, deh. Ini baru lo aja udah seheboh ini, apalagi kalo si Jesica ikut nimbrung.”Cletuk Dinda yang sejak tadi hanya diam di kursinya.

“What?! Dindaaaa i miss youuu.”Ungkap Danita dengan alaynya langsung berpindah memeluk Dinda.

“Eitsss! Jangan deketin gue!”Pekik Dinda sembari menghindari Danita yang hendak memeluknya.”Tubuh gue remuk rasanya kalo abis di peluk lo,”lanjutnya.

Danita memberengut kesal. Dia melipat kedua tangannya didepan dada, lalu menghempaskan tubuhnya di kursi samping Nadira.”Gitu amat lo, Din.”

Nadira tertawa pelan melihat interaksi kedua sahabatnya.”Kasian banget lo, Ta. Kehadirannya tak diinginkan oleh sahabat lo sendiri.”

“Bukan gitu! Gue engap aja kalo udah di peluk Danita.”Ujar Dinda menjelaskan.

“Serah, deh.”Danita memutar bola matanya malas.

“Kemana aja lo selama tiga hari?”Kini Dinda bertanya kepada Danita yang sudah tiga hari tak masuk ke kampus. Katanya si liburan.

“Ke Jepang. Keliling Jepang, seru bangetttt.”Danita menjawab dengan excited.”Disana gue ketemu banyak cowok ganteng, Juan ma kalah pokoknya.”

Nadira menghela nafas malas.”Juan denger aja loh kelabakan ngeladeninya.”

“Tau, loh. Buat gue aja sini Juan,”timpal Dinda.”Ganteng gitu lo masih belom puas.”

“Gue bercanda. Walaupun emang cowok-cowok Jepang ganteng.”Danita tak berbohong, dia memang menemui beberapa lelaki tampan di Jepang.

“Yayaya. Iyain aja biar lo seneng.”Gumam Nadira dengan wajah malas.

“Jesica belom sembuh?”Tanya Danita mengingat satu sahabatnya yang katanya sakit sejak dua hari lalu.

Dinda menggeleng.”Belom. Ini niatnya sepulang kuliah kita mau jenguk dia,”ujarnya memberi tau.

“Lo ikut, gak?”tanya Nadira.

Bahu Danita meluruh, wajahnya kembali lesu.”Mana bisa, kalian tau sendiri Juan gimana.”

“Boleh kali, masa cuma nengok sahabat sendiri gak boleh.”

“Lagian kan sama kita, Ta.”

“Coba deh ntar gue izin dulu.”

“Iya, modelan dia cowok gak pernah ngasih kepastian aja posesif banget,”dengus Dinda.

“Dia posesif ke gue karena alasan tertentu. Lo tau sendiri gimana kondisi keluarga gue, dan Juan kaya gitu karena dia mau lindungin gue dari segala hal yang menyakitkan,”ungkap Danita.

Nadira menatap Danita iba, dia mengusap lengan sahabatnya itu.”Gue ngerti, kok. Lo harus bener-bener bersyukur, seenggaknya ada orang sebaik Juan yang bisa seposesif itu sama lo.”

“Itu, Dir. Makanya gue selalu berusaha supaya gak bikin dia marah dan khawatir, gue gak pernah bantah perintah dia selama itu demi kebaikan diri gue sendiri. Gue juga selalu berharap, supaya Juan tetep sama gue dan gak ninggalin gue,”ujar Danita.

“Juan tuh kejam tapi baik. Gimana sih jelasinnya, gue bingung. Pokoknya dia baik, walaupun suka sesukanya sendiri dan gitu deh.”Danita sampai bingung sendiri untuk menjelaskan sosok Juan.

Dinda dan Nadira sama-sama tersenyum.”Tapi gue penasaran banget, lo bahagia gak si sama dia? Maksudnya, lo kan udah lama banget ni sahabatan sama dia. Selama lima tahun, dan sampai sekarang masih bertahan. Lo bahagia sama dia?”tanya Dinda penasaran.

Dania tersenyum, lalu mengangguk.”Bisa di bilang bahagia. Sama dia gue ngerasa aman, sama dia gue ngerasa selalu di perlakukan spesial. Dia juga selalu jadi pendengar yang baik buat gue, disaat gue lagi terpuruk dia selalu ada. Dia juga selalu berhasil ngobatin luka-luka di hati gue, yang di timbulin sama orang tua gue sendiri.”

“Swettt bangettt. Pengin deh dapet yang kaya Juan.”

“Tapi jangan seneng dulu, Din. Kalo lo belom terbiasa, lo bakal ngerasa gak kuat ngadepin sisi lain seorang Juan,”tegur Danita.

“Ya setiap orang pasti punya sisi lain, yang kadang bikin kita kaya ngerasa gak kuat gitu sebelum terbiasa,”timpal Nadira.

Dinda maupun Danita mengangguk setuju.”Setuju gue sama lo.”

Ketiganya terus berlarut dalam banyak obrolan. Akhir-akhir ini juga mereka sangat jarang bisa berkumpul bersama. Karena kesibukan masing-masing, padahal biasanya mereka sering meluangkan waktu sepulang kuliah untuk hang-out bersama.

🌼🌼🌼

Nadira dan teman-temannya baru saja selesai kelas, dan kini mereka memutuskan untuk nongki sebentar di kantin.

“Pulang sama siapa lo, Dir?”tanya Dinda.

Nadira menatap Dinda dan Danita secara bergantian.”G-gue naik taksi.”

“Taksi? Gak bawa mobil? Biasanya kalo gak bawa mobil di anter jemput bokap, kan?”tanya Danita.

“Bonyok gue lagi ke luar negri.”

“What?! Jadi lo sendiri dong di rumah? Wah, party ni kita!”heboh Dinda yang membuat Danita memutar bola matanya malas.

“Din, kita tuh lagi disibukkin sama tugas-tugas kuliah. Jadi gausah aneh-aneh, deh.”

Dinda menatap Danita dengan wajah kesal.”Justru kita ke club buat ngilangin kesetresan kita karena tugas kuliah.”

“No! Gue gak bisa. Lo tau bokap gue orangnya posesif! Bahkan dia udah nyuruh bodyguard buat jagain gue,”ucap Nadira menengahi perdebatan antara Dinda dan Danita yang bisa tak berujung. Dia sengaja bohong, agar sahabat-sahabatnya ini tak kerumahnya. Bahaya jika sampai mereka ke rumah, pasalnya dirinya saja sedang di ungsikan di rumah Artha.

“Eh, kalian tau gak berita terkini rumpi kampus?”tanya Dinda tiba-tiba dengan wajah serius, membuat Nadira maupun Danita jadi penasaran.

“Apaan?”

“Sini,”ujar Dinda mengisyaratkan kedua sahabatnya agar mendekat. Danita dan Nadira hanya menurut.

“Katanya ada mahasiswi yang kemaren mergokin Pak Artha makan di restoran sama cewek. Kalian tau yang bikin heboh apa?”

Gelengan kepala dari Danita dan Nadira membuat Dinda langsung melanjutkan ceritanya.”Ya karena seorang Pak Artha! Dosen yang terkenal anti wanita, dengan sikap dingin, kejam, cuek meskipun tampannya MasyaAllah. Lagi, dia yang selalu berekpresi datar dan menakutkan, jarang senyum. Terus ada yang mergokin dia makan sama cewek?! “

Brak!

“Gila banget sumpah!!!”pekik Dinda heboh setelah menggebrak meja kantin. Membuat beberapa mahasiswa-mahasiswi yang ada di kantin kini memusatkan perhatiannya kepada meja mereka.

“Ck, lo bisa biasa aja gak si? Lagian berita gitu doang heboh,”dengus Nadira malas. Dia sangat muak mendengar orang-orang yang selalu mengatakan bahwa Artha adalah seorang dosen anti wanita, dingin, cuek, kejam dan lain-lain. Mereka tidak tau saja sisi mesum Artha jika bersamanya yang sudah tak tertolong.

“Tapi wajar si mereka heboh, Dir. Pasalnya emang selama jadi dosen di kampus ini, Pak Artha tuh di kenal sebagai dosen paling anti wanita,”timpal Danita.

Nadira memutar bola matanya malas. Namn fokusnya teralihkan pada ponselnya yang berbunyi, ada notif masuk dari Artha yang mengatakan sudah menunggu di parkiran kampus. Dia segera beranjak dari kursinya, meraih tas dan buku tebalnya.

“Gue cabut duluan, ada acara sama Tante gue,”pamitnya yang jelas saja berbohong.

Namun Dinda dan Danita hanya mengangguk. Membuat Nadira langsung buru-buru pergi meninggalkan kantin menuju parkiran.

Ting!

Pak Artha👽

Saya tunggu 5 menit.

Telat 1 detik, sampai rumah saya perawanin!

•••

Heran ama Artha mesumnya kelewatan deh🫢🥴

Terpopuler

Comments

septi 💎

septi 💎

ya ampun serem banget ancamannya

2022-07-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!