Selamat membaca yagesya❤️🔥
🌼🌼🌼
“Gimana kuliah kamu, Sayang?”
Pertanyaan Dara memecahkan keheningan yang sejak beberapa waktu lalu terjadi di ruang makan. Nadira maupun Artha yang juga sedang makan malam langsung menatap Dara yang duduk disebrang mereka berdua, Artha dan Nadira duduk di kursi yang bersebelahan.
Nadira menelan makanannya, lalu tersenyum ke arah Dara.”Ya begitulah, Tan. Bikin pusing, apalagi kadang ada dosen yang kalo ngasih tugas gak ngira-ngira,”jawab Nadira. Di akhir kalimatnya sengaja dia tekankan dengan mata melirik Artha yang sedang menatapnya.
“Aduh, kesel banget tuh kalo sama dosen yang modelan gitu. Dulu waktu Tante kuliah juga sering sampe nyumpah serapahi tuh dosen, abis emang ngeselin banget kalo ngasih tugas,”sambung Dara. Dia tertawa pelan mengingat masa-masa mudanya dulu waktu kuliah.
“Bener banget tu, Tan. Coba Tante Dara bilangin ke anak Tante, biar kalo ngasih tugas ngira-ngira.”
Uhuk!
Artha yang tersedak buru-buru mengambil gelas minumnya, lalu menenggak air putih di gelas dengan cepat. Setelah selesai dengan acara tersedaknya, dia langsung menatap Nadira tajam. Yang sialnya gadis di sampingnya itu memasang wajah acuh, seakan-akan tak takut dengan Artha.
Dara langsung menatap anaknya dengan tatapan aneh.”Emangnya kamu gitu ya, Ar?”
Artha berdecak malas.”Artha kalo ngasih tugas masih wajar kok, Ma. Nana aja yang kalo ngomong berlebihan,”kesal Artha.
Mata Nadira langsung membulat. Dengan kesal dia menginjak kaki Artha kuat membuat sang empu meringis. Mampus! Batinnya.
“Arghhh,”ringis Artha dengan wajah menahan sakit.
“Kenapa, Ar?”bingung Dara.
“Gak papa, Ma. Ini kena meja kaki Artha,”alibinya.
Dara hanya geleng-geleng kepala.”Oh ya, Na. Tante besok mau ke Medan, biasalah ada pekerjaan. Jadi kamu Tante tinggal sama Artha, ya?”
“Gak papa, Tan.”
“Tante tidur duluan, ya. Abisin makanannya, Sayang.”Sebelum pergi Dara menyempatkan untuk mengusap puncak kepala Nadira.
Hingga kini di ruang makan hanya menyisakan Nadira dan Artha, karena Dara sudah berlalu ke lantai dua dimana kamarnya berada. Sedangkan selama tinggal disini, Nadira tidur di lantai tiga di kamar yang bersampingan dengan kamar Artha.
Nadira dengan acuh kembali melanjutkan makannya, mengabaikan Artha yang terus memandangnya.
“Siap-siap nerima hukuman dari saya.”
Artha semakin dibuat kesal saat melihat respon Nadira yang tak menggubrisnya. Dia menarik piring makan Nadira dengan kasar, membuat gadis itu langsung menatapnya kesal.
“Pak Artha diem, deh! Aku lagi makan, loh!”marah Nadira.
Artha mengambil alih sendok di tangan Nadira.”Saya suapin.”
“Jangan protes!”Larang Artha saat melihat Nadira hendak membuka suara.
“Buka mulutnya,”titah Artha yang sudah menyodorkan satu sendok nasi beserta lauk didepan mulut Nadira.
Dengan wajah terpaksa, Nadira membuka mulutnya menerima suapan dari Artha. Dia mengunyah makanannya dengan ogah-ogahan. Dan Artha terus menyuapi dirinya dengan telaten.
“Udah, kenyang.”Tolak Nadira saat Artha hendak kembali menyuapi dirinya. Dia mengambil gelas berisi air minum lalu menenggaknya.
Artha meletakkan sendok di tangannya ke atas piring. Dia menggunakan tangannya untuk menahan dagu Nadira sehingga kini tatapan keduanya saling bertemu. Artha menundukkan wajahnya membuat jarak wajah mereka semakin tipis, hingga akhirnya bibir Artha menyentuh sudut bibir Nadira. Laki-laki itu membersihkan sisa makanan di sudut bibir Nadira menggunakan bibirnya.
Saat sadar dengan apa yang Artha lakukan, Nadira langsung mendorong dada Artha. Dengan wajah memerah menahan malu dan gugup, Nadira beranjak dari kursinya.”Ak-aku mau ke kamar dulu.”
Dengan langkah tergesa-gesa Nadira meninggalkan ruang makan. Dia berlari kecil menaiki tangga, menuju lantai tiga untuk sampai di kamar yang dia tempati. Sedangkan Artha kini sedang terkekeh pelan, lalu menyentuh bibirnya yang baru saja di gunakan untuk menyosor bibir Nadira.
“Nadira,”gumamnya dengan senyum lebar di bibirnya.
🌼🌼🌼
Nadira yang sedang terlelap menggeliat pelan saat merasakan sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya. Dengan mata yang masih terpejam, dia terus berperang dengan pikirannya sendiri. Siapa yang memeluknya? Dikamar ini dia hanya sendirian. Artha? Laki-laki itu tak mungkin masuk karena pintu kamarnya sudah dia kunci sebelum tidur tadi.
Hembusan hangat nafas seseorang yang mengenai lehernya membuat Nadira merinding. Apalagi saat merasakan sebuah tangan yang menelusup masuk ke dalam piyamanya. Yang lebih gila lagi, tangan itu terus bergerak semakin ke atas.
Hap!
Nadira menahan tangan yang hampir saja menyentuh dua gunung berharga miliknya yang terbungkus bra. Nadira memberanikan diri untuk membalikkan tubuhnya, dan betapa terkejutnya dia saat melihat sosok setan yang sedang memeluknya kini.
“Pak Art—mphhh!”
Sebelum Nadira menyelesaikan teriakannya, Artha lebih dulu membungkam mulut gadis itu menggunakan tangannya.
“Jangan teriak. Udah malem.”
Masih dengan mata melotot Nadira menatap Artha.”Pak Artha kok bisa masuk? Tadi pintunya udah aku kunci, loh.”
Artha menunjuk sebuah pintu yang terlihat seperti hiasan di ujung kamar.”Kamu lupa kalo dikamar kita ada pintu ajaib?”
“Jangan dilepas, atau saya bakal nekat bobol kamu sekarang juga.”Ancam Artha saat Nadira berusaha melepaskan lilitan tangannya di pinggang gadis itu.
Rasanya Nadira ingin menangis, dia takut berada di dalam satu kamar seperti ini hanya berdua dengan setan seperti sosok Artha yang sangat mesum.”Tangan Bapak suka grep-grep gajelas.”
Artha terkekeh pelan.”Kenapa? Kamu suka, hm?”
“Gak! Enak aja! Awas aja kalo Bapak sampai macem-macem, aku bakal teriak. Biar Tante Dara denger, dan tau sikap asli anaknya yang kelewat mesum.”
“Coba kalo berani.”Artha menantang.
“Oke! Jangan nangis kalo aku beneran ter—Akh Mas Artha!”pekik Nadira terkejut saat tiba-tiba Artha menggigit lehernya.
Artha tersenyum, mendengar panggilan Nadira barusan membuat hati Artha berbunga-bunga. Dari kecil, dia sangat menyukai panggilan Nadira kepadanya. Mas Artha, itu panggilan Nadira kepadanya sejak kecil yang di ajarkan oleh kedua orang tua gadis itu. Tetapi beberapa tahun lalu saat Artha pindah keluar negri untuk mengejar cita-citanya, dan saat kembali ke tempat kelahirannya ini. Semuanya sudah berubah, termasuk panggilan Nadira kepadanya yang berganti jadi Pak Artha.
“Saya suka kamu panggil nama saya kaya tadi.”
“Gila kamu, ya! Sakit tau.”Keluh Nadira sembari mengusap-usap lehernya yang tadi bekas di gigit Artha.
“Mana yang sakit, hm?”
“Yang kamu gigit!”Ketus Nadira.
Artha langsung mengusap leher Nadira yang dia gigit dengan lembut. Tetapi tatapan matanya terus tertuju kebola mata hitam cerah milik Nadira. Setelah dirasa cukup, Artha langsung mengeratkan pelukannya. Menyembunyikan wajah Nadira di dada bidangnya, lalu satu tangannya mengusap surai hitam gadis itu sedangkan yang satu memeluk pinggang Nadira.
“Tidur.”
“Jangan gini. Kalo Tante Dara tau gimana?”
“Gak akan. Kamar kamu kan dikunci.”
“Tapi ini gak boleh. Kita gak boleh tidur satu ranjang, apalagi dengan posisi seintim ini.”
“Tapi dulu kamu selalu minta tidur bareng aku. Terus minta di peluk kaya gini.”Goda Artha mengingatkan masa-masa kecil mereka berdua.
“Ck. Itu kan dulu, kita masih kecil. Kalo sekarang gak boleh.”
“Boleh.”
“Enggak.”
“Boleh, Nana.”
“Enggak boleh, Pak Artha.”
“Mas Artha, Sayang. Bukan Pak Artha.”
“Aku maunya Pak Artha.”
“Gak boleh. Kamu cuma boleh panggil saya Pak Artha kalo lagi di kampus.”Ujar Artha tanpa mau di bantah.
“Kalo di rumah, kamu panggil Mas Artha. Sayang juga boleh.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
dhee bros
lanjut lagi Thor 😻❤️ di tungguin nih
2022-07-26
1