Tiga

Guys aku mau ngasih tau. Kalo Artha sama Nadira emang ngomongnya kadang pake aku-kamu, kadang juga pake saya-kamu. Tergantung situasi sama tempatnya. Jadi kalian nikmatin aja ya.

Terus Nana, Nana itu nama panggilan kecil Nadira dulu. Jadi karena kebiasaan si Artha kadang manggilnya Nana juga.

Happy Reading🌺

🌼🌼🌼

Nadira menatap kepergian Tantenya dengan sendu. Rasa takut mulai menghantam dirinya, dia tau hidupnya tak akan lagi aman jika sudah berada dalam satu atap hanya berdua dengan pedofil seperti simesum Artha. Dia menghela nafas kasar berkali-kali sembari terus melirik laki-laki yang masih berdiri disampingnya.

Rasanya jika bisa, Nadira ingin berdiri di depan rumah saja sampai orang tuanya atau Tantenya kembali. Tetapi semua itu hal gila, mana mungkin dia bisa melakukan kekonyolan itu. Didalam hati Nadira terus merapalkan bacaan-bacaan yang bisa mengusir sejenis setan mesum yang bisa menerkamnya kapan saja.

“Nadira.”

Kan? Setan mesum itu sudah mulai memanggil namanya. Nadira sampai dibuat merinding saat membayangkan setan itu mendekatinya lalu—

“Masuk.”Titah Artha sembari menarik tangan Nadira.

Tubuh Nadira tertarik dengan kaku, dia hanya bisa pasrah saat Artha menutup pintu lalu menguncinya. Masih dengan lengannya yang di genggam laki-laki itu, Nadira pasrah jika harus mati sekalipun ditangan Artha. Karena saat ini tak ada yang bisa menolong dirinya, dari sosok pedofil jenis setan mesum itu.

Ibu, Ayah! Tolongin Dira, Dira gak mau lama-lama didalam kandang pedofil jenis setan mesum!

“Pedofil jenis setan mesum?”

“Hah?”Nadira menatap Artha yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya dengan raut bingung.

Artha menyeringai.”Siapa yang kamu maksud pedofil jenis setan mesum, hm?”Dia semakin memajukan tubuhnya membuat Nadira terus mundur hingga terpentok di dinding.

“En-enggak ak-a—“

Hap!

Artha langsung meletakkan kedua tangannya di samping kanan dan kiri tubuh Nadira, mengukung gadis itu sebelum kabur karena Artha bisa melihat gerak-gerik Nadira.

“Siapa Nana?”Tanya Artha lagi, dengan tatapan yang sulit di artikan.

Nadira meringis didalam hati. Kenapa rasanya berada di dekat Artha jadi semenyeramkan dan semenakutkan ini.”Gak ada. Emang siapa yang bilang pedofil jenis setan mesum?”

“Kamu.”

“Aku gak ngomong apa-apa, kok.”Pasalnya yang dia ingat, tadi saat mengatakan pedofil jenis setan mesum itu hanya membatin saja.

Cup!

Artha mengecup bibir Nadira dengan gemas. Lalu setelahnya dia langsung menjauhkan tubuhnya dari gadis itu.”Sekarang sarapan.”

Nadira masih diam mematung ditempatnya, pipinya bersemu merah karena perbuatan Artha yang baru saja mengambil firt kiss nya. Sampai-sampai tak dengar jika Artha mengajaknya makan.

“Nadira,”panggil Artha.

“Iy-iya.”

Wajah Nadira kebingungan begitu sampai di ruang makan tak menemukan apapun, hanya ada roti tawar dan teko air di meja. Lalu mengapa Artha mengajaknya sarapan?

“Kita satapan roti?”Tanyanya menatap Artha polos.

Artha terkekeh pelan lalu mengacak-acak puncak kepala Nadira.”Saya masakin dulu.”

Artha berjalan mendekati kulkas, lalu mengambil daging ayam dan sosis serta bakso yang ada didalam kulkas. Dia membawa semua itu ke atas meja pantry, lalu Artha mulai berkutat dengan masakannya. Membuat nasi goreng. Jangan ragukan lagi kepandaian Artha dalam memasak, bahkan masakan mamanya pun kalah.

“Pak Artha bisa masak?”Tanya Nadira yang kini sudah berdiri di samping Artha. Menperhatikan laki-laki itu yang sedang memotong bakso, sosis, dan daging ayam.

“Kamu ngeremehin saya?”Artha melirik Nadira sekilas lalu kembali fokus pada kegiatannya.

“Saya nanya loh, Pak. Bapak seuzon mulu kalo sama saya,”protes Nadira dengan wajah kesal. Niatnya ingin bertanya baik-baik malah di tuduh yang tidak-tidak.

Artha terkekeh pelan.”Akan lebih baik kalo kamu duduk diam disana.”Ujar Artha sembari menunjuk kursi makan.

Nadira mendengus malas lalu dengan kaki di hentak-hentakkan dia berjalan menuju meja makan.”Nyenyenyenye.”

“Didepan orang-orang aja sok dingin, sok cuek, padahal nyebelinnya setengah mati.”Nadira mencibir sembari menyumpal mulutnya dengan apel yang dia ambil dari kotak buah didepannya.

“Saya denger Nadira.”

“Apasih! Nyaut-nyaut aja tuh dedemit.”

Artha berjalan mendekati Nadira dengan dua piring berisi nasi goreng yang terlihat sangat menggiurkan. Setelah meletakkan piring itu ke meja, Artha langsung berdiri di belakang kursi yang Nadira duduki.

“Ini mulut suka kebiasaan kalo ngomong jelek-jelek.”Gumam Artha. Dia mencengkram dagu Nadira pelan lalu menyosor bibir gadis itu yang sedikit manyun karena tekanan di area dagunya.

“Mau ngomong lagi?”Tanya Artha setelah melepaskan ciumannya di bibir Nadira.

Nadira langsung memalingkan wajahnya. Kesal sekali rasanya dengan Artha yang nyosor sana sini. Sudah berapa kali bibir Nadira di nodai?”Modusnya pedofil mah beda ya.”

“Makan.”Titah Artha mengabaikan ucapan Nadira. Dia sudah duduk disamping gadis itu.

“Atau mau saya suapin?”Goda Artha dengan wajah menyebalkan.

“Gak! Bisa makan sendiri!”Ketus Nadira lalu menarik piring miliknya dengan kasar.

“Cantik-cantik galak.”Cletuk Artha.

🌼🌼🌼

“AAAAAAAA!”

Nadira membekap mulutnya sendiri setelah berteriak cukup keras. Matanya membulat sempurna seperti hendak lepas dari tempatnya. Dia menguatkan pegangannya pada handuk yang melilit di tubuhnya. Masih dengan tubuh kaku berdiri di depan pintu kamar mandi.

“Jangan teriak-teriak Nadira.”Tegur Artha yang dengan santainya menyandarkan tubuhnya ke sofa. Bahkan kini memperhatikan Nadira tanpa berkedip.

“Bapak gila, ya?! Ngapain dikamar saya?!”Sarkas Nadira masih dengan suara keras.

“Ini rumah milik saya. Jadi setiap kamar atau sudut ruangannya itu milik saya.”

Nadira berdecak kesal.”Bapak keluar, deh. Saya mau pake baju,”usirnya.

“Pake baju tinggal pake, apa urusannya sama saya?”

“Ya menurut Bapak saya mau gitu pake baju di depan Bapak?”Nadira tertawa sinis.”Heh, jangan harap!”

“Ada kamar mandi. Tapi kalo kamu mau ganti di depan saya, gak masalah.”

Huftt!

Sabar, sabar, sabar. Yuk bisa yuk sabar ngadepin pedofil jenis setan mesum.

Nadira menghela nafas kasar, lalu berjalan menuju lemarinya. Dia mengambil kaos oversize dan hotpans. Kemudian kembali berjalan memasuki kamar mandi.

“Ngapain ditutupin gitu? Lagian besok juga saya yang bakal liat isi dalamnya.”

Nadira tak menggubris ucapan Artha yang gila. Dia memasuki kamar mandi untuk memakai pakaiannya. Setelah selesai Nadira langsung keluar.

“Bapak keluar aja sana. Saya mau tidur siang, ngantuk.”

“Tidur aja. Kan saya disini, kamu tidur di atas ranjang.”

“Saya gak akan bisa tidur kalo masih ada Bapak disini. Yang ada saya dimesumin.”

Artha menatap Nadira yang sedang duduk ditepian ranjang. Dia beranjak dari sofa lalu mendekati Nadira, berdiri di hadapan gadis itu.”Tapi kamu suka kan saya mesumin?”Godanya.

“Inget umur, Pak! Udah tua sukanya mesumin anak kecil.”

“Saya baru 25 tahun, dan kamu 20 tahun.”

“Kita cuma beda 5 tahun.”Lanjut Artha.

“Terserahlah. Saya mau tidur. Bisa gila lama-lama kalo ngurusin Bapak.”Nadira merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Lalu menutupi tubuhnya dengan selimut hingga sebatas dada, dia mulai memejamkan matanya.

Artha yang melihat itu hanya mampu tersenyum. Dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Nadira. Lalu mengecup sebelah pipi gadis itu.

“Saya tinggal keluar sebentar.”

Terpopuler

Comments

septi 💎

septi 💎

lanjut 👍🏻

2022-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!