Bel nyaring berbunyi semua siswa maupun siswi memasuki kelas masing-masing dan disini lah ke 4 cewek cantik berada.
" Mudah-mudahan guru-guru pada rapat, males banget ini belajar, " ujar Ghea.
" Kenapa lagi lho ghe? " tanya Jihan.
" Masih belum baikan kah sama ayang lho? " kata Naura.
" Entah lah gue bingung. Kemarin aja bang Naufal nyuruh jangan pacaran dulu, suruh fokus belajar nyampe nanti kuliah, dan nilai bagus."
" Eh ngomong-ngomong keluarga lho gak tau lho ada hubungan sama kak Rendra? bukanya dia sering jemput iya. " tanya Hana.
" Belum pada tau sih, cuman kayanya bang Bian udah mulai curiga. Dia kan suka iseng tuh buka handphone gue, ngeselin kan?" ucap Ghea.
" Kalau bang Naufal emang beneran gak tau Ghe? " tanya Hana.
" Gue juga ragu kalau bang Naufal gak tau, secara kan apa pun yang gue lakuin, kemana pun gue pergi dia tuh pasti tau. Cuma gak suka ngomong, mungkin selagi bener mah bang Naufal fine aja." jawab Ghea.
" Gue mah pengen ada yang perhatian sama gue, enak kali ya?" ujar Hana.
" Udah lah kan ada kita yang selalu ada buat lho Na, kalau pun ortu lho sibuk itu juga kan buat lho juga." jawab Naura sambil merangkul pundak Hana.
Dari mereka berempat hanya hana yang selalu menghabiskan waktu di luar alasannya karena dirumah dia kesepian orang tuanya sibuk dengan urusannya masing-masing.
Jam pulang sekolah pun berbunyi, semua berhamburan keluar kelas. Ghea dan ke tiga sahabatnya berjalan sambil bercanda, sampai di parkiran sekolah mereka berpisah.
" Ghe lho gak dijemput sama abang lho? " tanya Jihan.
" Bang Bian sama bang Naufal sibuk, ayah sama bunda lagi kerumah nenek gue, katanya nenek sakit. Jadi gue bawa motor sendiri deh," jawab ghea.
" Ya udah gue duluan ya." sambung Ghea sambil menjalankan kendaraannya.
Tapi naas baru setengah jalan tiba-tiba motor yang ditumpangi ghea mogok, entah kenapa dengan motor itu.
" Ya ampun kenapa nih motor gak biasanya mogok gini, mana panas lagi." gerutu Ghea sambil jongkok melihat-lihat motornya.
Tin.. Tin..
Terdengar klakson mobil berbunyi, Ghea langsung melihat kearah mobil tersebut.
"Calvin," batin Ghea.
" Motornya kenapa Ghe?" tanya Calvin.
" Tau nih tiba-tiba aja mogok, padahal bensinnya full."
" Coba aku periksa," sahut Calvin sambil melihat-lihat motor Ghea.
" Ini sih harus kebengkelin Ghe, harus service nih motornya." sambung Calvin.
" Yah gimana dong? telpon abang aja lah gak ada pilihan lagi ini mah." ucap Ghea.
" Ya udah bareng sama aku aja Ghe, yuk aku anterin." tawar Calvin.
" Gak usah deh Vin nanti yang ada ngerepotin kamu lagi. Lagian ini motornya gimana kalau aku tinggal? " tanya Ghea.
" Kalau gak gini aja deh, nanti orang bengkel kepercayaan aku bawa motor kamu ke bengkel. Terus kamu aku anterin aja, udah ayo ikut aja gak bakal aku culik juga kok." ucap Calvin sambil tersenyum, dalam hati Calvin berdoa supaya Ghea mau diantar pulang oleh nya.
" Kalau gak ngerepotin sih boleh lah, dari pada disini panas." ujar Ghea
" Masuk dulu mobil, biar aku hubungi orang bengkel dulu." kata Calvin. Sambil tersenyum dalam hati ia bersorak senang bisa nganterin Ghea pulang, kapan lagi coba, pikirnya.
Tak berselang lama orang bengkel datang dan Calvin memberikan kunci motor Ghea.
" Beneran nih gue gak ngerepotin lho kan Vin? " tanya Ghea merasa gak enak.
" Gak kok santai aja, lagian kita searah juga kan."
" ok deh kalau lho maksa, " jawab Ghea sambil tertawa.
' seneng banget Ghe, aku bisa liat kamu ketawa bareng aku gini. Kalau kaya gini aku mau waktu supaya gak cepet berlalu ' batin Calvin.
Saat dalam perjalanan handphone Calvin berbunyi menandakan ada panggilan masuk.
" Vin, lho ga mau angkat tuh handphone lho bunyi terus, siapa tau penting, dari cewek lho kali." ujar ghea.
" Oh sorry, aku gak nyadar. Bentar ya aku angkat telpon dulu, kakak aku yang telpon ternyata."
"Hallo... "
"....... "
" Lagi dijalan sama temen, emang kenapa? "
'........ "
" Ya udah tunggu bentar."
Calvin menoleh ke jok belakang dan ternyata benar barang sang kakak tertinggal di mobilnya,
" Ghe kalau kita mampir ke cafe depan dulu boleh gak? " tanya Calvin ragu.
" Lho mau makan dulu Vi? " bukanya menjawab Ghea malah balik bertanya.
" Bukan gitu, ini kakak aku nyuruh nganterin dulu barang yang tertinggal di mobil aku."
" Kuy lah gak apa-apa sekalian gue juga haus, ke cafe kan? "
" Iya ke cafe yang di depan." jawab Calvin.
Setelah tiba di cafe Calvin dan Ghea menuju ruangan sang kakak Calvin, setelah berdebat akhirnya Ghea ikut keruangan bersama Calvin.
Tok.. tok.. tok..
" Kak ini calvin."
" Masuk aja Vin !" jawab Desty.
" Vin beneran deh gue nungguin aja ya di luar," ucap Ghea
" Udah ikut aja, gak bakal di apa-apain juga kok, " jawab Calvin. Ghea akhirnya pasrah mengikuti Calvin dari belakang.
" Eh siapa ini ?" tanya Desty.
" Ghea kak, temennya Calvin." jawab Ghea.
" Oh ini yang namanya Ghea yang,, " belum selesai Desty bicara Calvin langsung memotong pembicaraan Desty.
" Kak gak ada minuman apa? Haus banget tau." ujar Calvin. Sambil menajamkan penglihatannya ke arah Desty dan Dessty yang paham akan maksud sang adik langsung diam dan tersenyum.
" Ya sudah kalian pesan aja. Maaf kakak gak bisa nemenin soalnya lagi ada kerjaan dan makasih ya udah mau nganterin barang kakak." ucap Desty.
" Ghea sering-sering mampir kesini ya !"
" Iya kak pasti." jawab Ghea.
Saat Ghea dan Calvin tiba di sebuah meja, mereka langsung memesan minuman masing-masing.
" Maaf ya Ghe jadi telat pulangnya gara-gara nganter aku kesini." ucap Calvin merasa tak enak tapi percaya lah dalam hati Calvin bersorak senang.
" Santai aja, justru gue yang harusnya berterimakasih sama lho karena udah mau gue repotin, " ujar Ghea.
" Vin ini cafe kakak lho?" tanya Ghea.
" Ya ini cafe kakak aku."
" Gue ke toilet bentar ya." ucap Ghea.
" Mau diantar ?" tanya Calvin sambil senyum-senyum.
" Gak usah dan terimakasih, gue bisa sendiri !" jawab Ghea yang membuat Calvin tertawa.
Saat berjalan menuju toilet tidak sengaja Ghea melihat seseorang yang ia kenal, dan setelah menajamkan matanya. Ghea tahu kalau orang yang ia lihat adalah orang tua Rendra sang kekasih bersama 2 orang paruh baya. Tanpa ingin menyapa karena malu Ghea yang akan melangkah jadi tertahan karena Ghea tak sengaja mendengar apa yang mereka bicarakan.
" Jadi bagaimana apakah harus bertunangan dulu atau langsung ke pelaminan saja? " tanya ayah Rendra
" Kalau itu gimana keputusan dari Rayya dan Rendra saja, mereka yang akan menjalankan semuanya kan, "
Duaaaarr
Seperti disambar petir siang bolong, Ghea langsung mematung mendengar sedikit pembicaraan para orang tua Rendra. Tanpa terasa pipi ghea basah oleh air mata yang jatuh tanpa permisi.
seakan lupa akan tujuannya, Ghea malah berbalik dan langsung menemui Calvin yang sedang minum minumannya.
" Vin anterin gue pulang sekarang! " pinta ghea
Calvin yang melihat Ghea menangis pun panik dan bingung.
" Vin ayo. Kalau lho gak mau anterin gue, gue bisa naik taksi."
Tanpa menunggu lagi Calvin bangkit dan langsung menyusul Ghea yang sudah berjalan cepat didepannya.
" Ghea kamu gak apa-apa? " tanya Calvin khawatir.
Ghea tak langsung menjawab ia masuk mobil Calvin dan tangisnya pun pecah. Calvin yang melihatnya pun hanya terdiam, memberi waktu untuk Ghea bisa tenang.
Ghea sudah lebih tenang dari sebelumnya, ia menatap Calvin dan berkata,
" Vin maaf ya kamu jadi liat aku kaya gini." sambil menunduk.
" Gak apa-apa kok Ghe, kalau mau cerita aku siap dengerinnya." ujar Calvin.
Ghea terdiam sesaat dan menatap Calvin.
" Gak apa-apa kok, boleh antar gue pulang sekarang gak? " pinta Ghea.
" Ok kita pulang sekarang."
Selama perjalanan Ghea hanya melamun dan menatap ke samping mobil, ia bingung harus bertanya langsung pada Rendra atau menunggu Rendra yang jujur padanya.
Dan saat bersamaan HP Ghea berbunyi di lihat id nya tertera "My pacar" bukannya langsung menjawab Ghea malah melihat tanpa ada niat untuk menjawab panggilannya.
" Kenapa gak diangkat ghe ? siapa tau penting." padahal Calvin tau siapa yang menghubungi Ghea.
" Gak usah Vin, gak terlalu penting kok." jawab Ghea sambil tersenyum paksa.
Tibalah mereka didepan gerbang tinggi menjulang,
" Makasih banyak ya Vin buat hari ini. Maaf udah bikin repot." ucap Ghea.
" Santai aja Ghe, kalau perlu temen cerita telpon aja, punya no aku kan? " tanya Calvin.
" Siap, ada kok."
" Ya udah aku balik langsung ya."
" Sekali lagi makasih ya vin."
Mobil Calvin telah pergi, Ghea berbalik dan tak saat berbalik ia kaget dengan sosok abangnya yang sudah ada di depannya.
" Abang ih ngagetin aja tau gak."
" Pulang sama siapa kamu dek? " bukannya menjawab malah memberi pertanyaan balik.
" Sama temen bang, tadikan motor aku mogok jadi dia yang nolongin aku."
" Kamu tadi ke sekolah pakai motor dek ?"
" Ya pakai motor, emang pakai apalagi. Lagian tadi tuh bang Bian sama bang Naufal pada sibuk, jadi mau gak mau aku pakai motor, dari pada telat."
" Bang Naufal gak tau kamu pakai motor ?"
" Ya nggak lah, makanya jangan bilang !"
Tepat didepan pintu masuk ghea berpapasan dengan Naufal.
" Baru pulang dek ?" tanya Naufal.
" Iya bang, aku masuk dulu ya bang."
" Bersih-bersih dulu langsung makan dek ! jangan telat makan nanti sakit. Kamu kalau gak di ingetin suka lupa."
" Siap bang, " sambil mengacungkan dua jempolnya.
Di tempat lain Calvin sedang duduk di bangku taman belakang rumahnya, Tiba-tiba sang kakak datang dan duduk di sampingnya.
" Kamu kenapa? bukankah seharusnya seneng ya udah bisa jalan sama nganterin dia pulang ?" tanya Desty.
" Tadi sewaktu di cafe Ghea sempet ke toilet, dan balik dari toilet dia nangis-nangis gitu. Aku beneran gak ngerti sama gak tau apa yang udah terjadi kak."
" Kok bisa? kamu gak nanyain gitu dia kenapa ?"
" Aku udah coba nanya tapi dia belum mau cerita." jawab Calvin sambil memainkan handphone ditangannya.
" Ya sudah tinggal telpon aja lah vin !" kata Desty.
" Gak segampang itu kak, kalau ditanya ada apa gimana? malu dong kak nanti disangka kepo. " padahal emang hatinya gak tenang dan ingin tau alasan Ghea menangis tadi. Sekelebat bayangan pertemuan tadi siang muncul di pikiran Calvin yang justru mempunyai alasan untuk menghubungi Ghea.
Tanpa menunggu lama Calvin langsung mencari kontak ghea di HP nya,
Tut... tut... tut.. dan tak berselang lama Ghea mengangkatnya.
" Ya hallo... " sahut Ghea.
" Ghe ini aku Calvin."
" Oh ya Vin ada apa?" tanya Ghea.
" Ini motor kamu udah beres, mau dianterin aja atau gimana?"
" Kalau minta dianterin, bisa emang Vin pihak bengkelnya? " tanya Ghea
" Kurang tau sih, nanti deh aku aja yang nganterin motornya." jawab Calvin.
" Eh gak usah nanti gue aja deh yang ngambil motor nya."
" Ga apa-apa kok sekalian aku ada perlu keluar, tunggu aja ya." Calvin mematikan sambungan telpon secara sepihak, karena dia tau kalau Ghea pasti akan menolaknya.
Sesampainya di depan gerbang rumah Ghea, Calvin dipersilahkan masuk dan duduk diruang tamu.
" Heii vin, maaf ya ngerepotin terus." ucap Ghea.
" Santai aja kali Ghe."
" Mau minum apa? " tawar Ghea.
" Apa aja asal jangan pakai racun." sambil tertawa.
Dari pintu samping masuklah bian dan naufal sambil melihat siapa yang bertamu pada adiknya.
" Abang kenal sama tamu Ghea bang?" tanya Bian.
" Gak tau. Tapi wajahnya kaya gak asing." jawab Naufal.
" Bang, ini temen Ghea tadi nganterin motor. Kebetulan tadi pagi ghea pakai motor, eh pas pulang malah mogok." sambil mengerucut kan bibirnya. Naufal dan Bian sengaja duduk di sebelah kanan dan kiri ghea bisa disebut seperti melindungi adiknya dari cowok di depannya.
" Kenalkan kan Kak, saya Calvin." ujar Calvin
" Ya, kami berdua abangnya Ghea, " sahut Bian. Sedangkan Naufal hanya mengangguk saja dengan wajah datarnya.
" Dek, ambilkan abang minum ! abang haus." perintah Naufal pada sang adik. Ghea beranjak dari duduk dan berjalan menuju dapur.
Hening sesaat diantara ke tiga cowok itu, tak ada yang bersuara membuat Calvin jadi gugup karena ditatap oleh 2 orang di depannya.
" Kamu temannya Ghea satu sekolah? " tanya Bian
" Ya kak, saya temen ghea satu sekolah cuma beda kelas aja, " jawab Calvin tersenyum kikuk karena ditatap orang yang seakan ingin menerkam nya.
" Kamu tau, kalian masih sama-sama sekolah jadi jangan dulu pacaran karena kami tidak suka Ghea pacaran." langsung ke inti, ucapan Naufal yang membuat Calvin langsung melihat ke arah Naufal.
" Abang apa sih, kita gak pacaran bang kita temen satu sekolah aja," jawab Ghea yang sedang membawa nampan minuman untuk sang kakak.
" Tapi kata Bian kamu punya pacar dek, dan sering liat kamu diantar jemput sama cowok. Pasti dia kan pacar kamu ? " tunjuk Naufal ke arah Calvin.
" Ya ampun abang, gak ada ya, kita cuma temen." jawab tegas Ghea.
Calvin pun yang mendengar perdebatan kakak adik itu hanya diam mematung, mau bicara pun ia takut salah.
" Ghe aku pulang aja kali ya, maaf iya." ucap Calvin merasa tak enak karena kedatanganya malah membuat mereka berdebat.
" Ya udah deh, maaf ya Vin kakak gue emang gitu." sambil melirik sengit Bian dan yang ditatap malah senyum-senyum menyebalkan.
" Mari kak saya permisi dulu." ucap Calvin sambil tersenyum.
Dan keduanya hanya mengangguk sebagai jawabannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Rinu
next
2022-08-15
0