Sungguh kali ini Diandra sangat berat untuk menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking putrinya sebagai bentuk perjanjian bahwa apa yang di katakan oleh Diandra bukanlah sebuah kebohongan.
"Promise Sisil sayang."
Dengan berat hati Diandra pada akhirnya mengikatkan jari kelingkingnya ke jari kelingking putri kecilnya.
Dan setelah semuanya terjadi, Sisil yang kini yakin bahwa keadaan Mommy nya akan baik - baik saja pada akhirnya mau untuk masuk ke dalam kamar.
"Mas Rudi, maaf menunggu lama."
Diandra yang menunggu untuk Sisil masuk terlebih dahulu ke dalam kamar kini sudah berada di ruang tamu bersama dengan suaminya.
"Duduklah, ada beberapa hal yang akan aku bicarakan kepada mu."
Dengan tenang Rudi meminta Diandra untuk duduk di hadapannya.
"Baik mas Rudi."
Dan Diandra yang sudah hafal akan tabiat suaminya memilih untuk menurutinya saja.
"Ada apa mas Rudi mengajak aku untuk berbicara di ruang tamu?"
"Ya aku sengaja untuk memanggil mu, karena hari ini aku akan membuat satu keputusan untuk kita semua."
"Keputusan apa yang mas akan buat untuk kita?"
"Minggu depan kita akan kembali ke Indonesia."
Deg
Jantung Diandra berdetak sangat kencang ketika Rudi mengatakan hal tersebut kepadanya.
"Mendadak sekali mas kepindahan nya apakah mas sudah ada rencana ketika kita tiba di Indonesia nanti."
Dan seketika itu juga Rudi langsung membanting bukunya di atas meja.
"Kau tanya aku ada rencana apa setelah kita pindah ke Indonesia? pantaskah pertanyaan mu itu kepada ku? kau harus ingat bisnis ku hancur karena aku harus menuruti keluarga Wijaya untuk menetap di negara ini!"
Suara Rudi yang mulai keras kini kembali membuat Diandra terdiam.
"Mas aku mohon jangan berteriak - teriak seperti itu, nanti Sisil mendengarkan teriakan mas Rudi."
Diandra kali ini betul - betul memohon kepada Rudi untuk tidak berteriak - teriak seperti biasanya karena saat ini Diandra sedang ingin menjaga hati Sisil.
"Kau itu terlalu mencintai anak mu Diandra."
Deg
Untuk kesekian kalinya Diandra hanya terdiam ketika Rudi mengatakan hal tersebut kepadanya.
Anak ku? itu anak kita mas Rudi.
Pada akhirnya Diandra hanya bisa mengatakan hal tersebut di dalam hati saja, karena sungguh saat ini Diandra sedang tidak ingin membuat hati Rudi tersulut emosi.
"Kau harus meminjam modal kepada keluarga Wijaya begitu kita sampai di Indonesia."
Diandra seakan - akan tidak percaya dengan apa yang telah di katakan oleh Rudi kepadanya.
"Untuk apa mas aku harus meminjam modal kepada keluarga Wijaya?"
"Yah untuk bisnis baru ku lah, dasar istri goblok!"
Deg
Satu umpatan kasar kembali keluar dari mulut Rudi, satu umpatan kasar kembali Diandra dengar dan itu sangat menggores luka hati yang sangat dalam.
"Tapi mas, satu tahun yang lalu saja aku sudah meminjam modal kepada bude Anindita satu milyar dan itu kita gunakan untuk biaya hidup kita di Belanda, sejak..."
Diandra seketika berhenti berbicara karena tau lanjutan dari kata - katanya nanti akan memicu kemarahan hebat pada diri Rudi.
"Sejak apa kau bilang?"
Dengan kencang Rudi mengatakan hal tersebut kepada Diandra.
"Tidak mas, tidak jadi."
"Katakan kepada ku sejak apa? atau rokok ini aku sulutkan ke tubuh mu!"
Deg
Untuk kesekian kalinya Diandra harus menerima ancaman dari Rudi, saat ini wajah Rudi begitu dekat dengan wajah Diandra dan satu rokok sudah Rudi dekatkan ke mata Diandra.
"Sejak mas Rudi tidak bekerja lagi seperti dulu."
Dan setelah mengatakan hal tersebut Rudi langsung melayangkan kembali tangannya untuk menampar pipi Diandra.
"Ampun mas Rudi."
Diandra mengatakan hal tersebut sambil memegang pipinya yang kini merah akibat tamparan Rudi.
"Dengarkan aku! aku tidak mau tau lagi apa alasan mu istri bodoh!"
Rudi mengatakan hal tersebut sambil menarik rambut Diandra...
"Kau harus meminjam modal satu milyar lagi kepada keluarga Wijaya, sebelum kita kembali ke Indonesia aku minta uang itu sudah ada, jika tidak aku akan membawa anak mu pergi dari sisi mu selamanya, kau mengerti!"
Meskipun suara Rudi kali ini begitu lembut, namun nada ancaman yang dia berikan tetap tidak berubah sama sekali.
"Mengerti mas Rudi."
Diandra pada akhirnya terpaksa untuk menyanggupi apa yang di minta oleh Rudi ketika Rudi sudah mengancam dan membawa nama Sisil di dalam ancaman tersebut.
"Bagus, kadang - kadang kau ada gunanya juga!"
Setelah mengatakan hal tersebut Rudi bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari dalam rumah begitu saja meninggalkan Diandra yang kini hanya mampu untuk menatapnya saja sambil menitihkan air matanya.
"Mas Rudi, sebenarnya kau pergi kemana mas setiap hari? kenapa aku sama sekali tidak pernah melihat mu untuk bekerja, mas Rudi sampai kapan kau akan seperti ini mas?"
Dengan air mata yang terus mengalir Diandra mengatakan hal tersebut secara perlahan.
Dengan cepat Diandra mengambil ponselnya dan segera menghubungi Anindita untuk meminta apa yang Rudi inginkan tadi.
"Terima kasih bude Anindita untuk bantuan nya, Diandra dan mas Rudi berjanji akan mengembalikan semua pinjaman ini secepatnya."
Setelah selesai mengatakan hal tersebut di ponsel, Diandra segera mengakhiri panggilan di ponselnya tersebut..
"Mas Rudi meskipun selama ini kau sudah kelewatan memperlakukan aku, tapi aku akan tetap menjaga nama baik mu mas di hadapan keluarga Wijaya."
"Bude Anindita dan juga nenek tidak boleh mengetahui keadaan mu yang sebenarnya mereka tidak boleh mengetahui jika usaha mu sudah bangkrut."
"Ya keluarga Wijaya tidak boleh mengetahui hal ini."
Diandra mengatakan hal tersebut sambil menyandarkan kepalanya di atas kursi.
Sebenarnya bukan hal yang sulit ketika Diandra mengatakan soal keuangan ini kepada keluarga Wijaya, sebanyak apapun akan tetap di bantu jika memang itu untuk dirinya.
Namun Diandra yang sejak dulu mandiri sebenarnya sangat anti untuk berhutang sampai sekian banyak untuk sesuatu hal yang tidak jelas.
Tapi karena ancaman demi ancaman yang dia terima dari suaminya sendiri mau tidak mau Diandra harus melakukan hal tersebut demi untuk keluarganya tetap utuh.
"Tuhan, sekarang apa yang akan kau katakan kepadaku? kenapa tiba - tiba saja mas Rudi mengajak aku untuk kembali ke Indonesia?"
"Ada apa sebenarnya di Indonesia Tuhan?"
Diandra mengatakan hal tersebut dengan memijit - mijit kepalanya yang tidak terasa pusing.
Namun ketika Diandra terdiam, Diandra sama sekali belum menemukan jawabannya .
Dan pada akhirnya Diandra beranjak dari tempat duduknya di ruang tamu dan masuk ke dalam kamar Sisil.
Ya hari ini Diandra pada akhirnya menghabiskan waktunya bersama dengan Sisil sepanjang hari.
Sementara itu di Indonesia saat ini telah berdiri dari laki - laki dewasa yang sangat tampan.
Laki - laki tersebut sedang menjadi motivator di salah satu kampus ternama di Indonesia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
sun flower
ada wanita yg bodohnya ngalahiin lesti ternyata eeehhh tpi di novel wkwkwk
2022-10-25
0