Di dalam gairah Diandra pada akhirnya hanya bisa menahan setiap air matanya yang keluar..
Pagi ini dengan taat Diandra pada akhirnya tetap dengan setia melayani kebutuhan biologis suaminya.
Hati yang perih tetap Diandra rasakan ketika hubungan suami istri tersebut sedang terjadi.
Tidak ada kepuasan yang sepatutnya juga harus di dapatkan oleh Diandra.
Semua yang Diandra lakukan hanyalah sebuah kepatuhan akan salah satu fungsinya sebagai seorang istri.
Semua yang Diandra lakukan pagi ini bukan atas dasar gairah dan cinta, namun apa yang Diandra lakukan juga tak luput dari rasa ketakutan jika sampai dirinya menolak di cumbu oleh Rudi.
Dengan hentakan terakhir pada akhirnya Rudi segera bangkit dari tempat tidur tanpa melihat lagi kearah Diandra, tanpa memeluk dan mengucapkan terima kasih, bagaimana sang istri sudah memberikan pelayanan terbaiknya.
Namun Rudi memilih untuk meninggalkan Diandra begitu saja di atas tempat tidur mereka.
Sungguh saat ini di balik selimut putih tebalnya Diandra hanya bisa memandang tajam ke arah sang suami yang sudah masuk ke dalam kamar mandi.
*Mas Rudi apakah kau sudah tidak menganggap aku istri mu lagi? apakah kau saat ini hanya menganggap aku sebagai wanita pelacur saja? ketika kau sudah puas dengan apa yang kau lakukan, kau langsung meninggalkan aku begitu saja.
Kau selalu mengawali semuanya dengan hal - hal manis, namun kau menyelesaikan seolah - olah aku hanya lah pelacur yang menjadi penghangat tempat tidurmu.
Aku juga ingin di puji mas, aku juga ingin di peluk, aku ingin berbicara secara intim dengan mu.
Apakah aku salah jika aku hanya menginginkan hal itu di dalam rumah tangga kita mas?
Namun mungkin keinginan ku ini hanyalah mimpi yang akan sulit untuk terwujudkan*
Diandra mengatakan hal tersebut sambil memungut kembali semua pakaian yang telah di lemparkan Rudi ke segala arah.
Dengan cepat Diandra memakai semua pakaiannya dan pagi ini Diandra kembali menjalankan tugasnya menjadi ibu rumah tangga di dalam rumah nya yang sudah seperti neraka.
"Good Morning Mom."
Satu suara gadis kecil langsung menghampiri Diandra yang saat ini berada di dapur untuk menyiapkan makanan.
"Morning sunshine."
Dengan cepat Diandra menghentikan semua pekerjaannya dan langsung datang menghampiri buah hatinya tersebut..
Dengan mantap Diandra memeluk buah hatinya dan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas setiap hal yang di berikan Tuhan untuk buah hatinya tersebut.
"Tuhan, terima kasih karena Engkau menyertai putri kecil ku dengan baik."
"Tuhan terima kasih karena putri kecil ku ini tumbuh menjadi anak yang baik dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh kedua orangtuanya."
Dengan lembut Diandra mengatakan semua hal - hal positif kepada satu buah hatinya tersebut.
Meskipun saat ini Diandra dan Rudi sudah tinggal di Belanda, namun Diandra tetap mengajarkan putri kecilnya tersebut bahasa ibu dan juga ayahnya.
"Sisil ayo kemari, ada roti isi keju yang kau suka telah ibu buatkan untuk mu."
"Ah thank you Mommy."
Sisil langsung mengatakan hal tersebut sambil memeluk erat Diandra sebagai tanda terima kasihnya kepada Diandra.
"Nah sayang ini makanlah."
Diandra memberikan satu piring yang berisikan roti berisi keju di atas meja makan, dan Sisil memakan roti tersebut dengan sangat lahap.
"Good Morning Sunshine."
Tiba - tiba ada satu suara yang juga mengatakan hal tersebut sambil memeluk Sisil.
"Dad lepaskan Sisil, lepaskan!"
Rudi yang datang langsung memeluk Sisil kini membuat Sisil ketakutan.
"Hei, kenapa putri kecil Daddy tidak mau di peluk oleh Daddy nya sendiri?"
Rudi mengatakan hal tersebut sambil membelai rambut panjang Sisil.
"Sisil takut dengan Daddy."
Deg
Kata-kata Sisil langsung membuat Diandra terdiam.
"Takut kepada Daddy? nah sayang coba sekarang ceritakan kenapa Sisil takut dengan Daddy?"
"Mas, ini makanlah terlebih dahulu, nanti rotinya bisa dingin."
Diandra yang mengetahui arah pembicaraan Sisil langsung mengalihkan pembicaraan dengan cara memberikan roti kepada Rudi.
Diandra hanya tidak ingin jika hubungan ayah dan anak ini rusak karena apa yang telah dilihat putri kecil tersebut tentang apa yang telah di lakukan oleh sang ayah.
Rudi yang masih belum paham dengan situasi yang terjadi menerima roti pemberian Diandra dan langsung menghabiskan nya dengan cepat.
"Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan mu pagi ini."
Selesai makan Rudi mengatakan hal tersebut dengan cara berbisik di telinga Diandra.
"Aku tunggu kau diruang tamu."
Dan agar Sisil tak curiga, setelah membisikkan hal tersebut Rudi mendaratkan ciuman mesra di kening dan pipi Diandra.
Sungguh rasa sesak kembali hadir di dalam diri Diandra saat Rudi menciuminya dengan penuh ke pura - pura an belaka.
"Sisil sayang, setelah ini Sisil kembali ke kamar dulu yah, ada hal yang Mommy dan Daddy akan bicarakan di ruang tamu."
"Sisil tidak mau kembali ke kamar lagi Mommy."
Dengan cepat Sisil mengatakan hal tersebut sambil menggelengkan kepalanya.
"Kenapa Sisil tidak mau? ini hari libur dan Sisil bebas untuk bermain di dalam kamar Sisil."
"No Mommy, jika Sisil pergi nanti, Daddy akan kembali jahat kepada Mommy."
Deg
Diandra cukup tercengang dengan ucapan dari gadis kecil seusia Sisil.
"Sisil sayang, siapakah Sisil percaya kepada Mommy?"
Sisil yang mendapatkan pertanyaan tersebut kini memandang tajam ke arah Diandra.
"Ya Sisil percaya kepada Mommy tapi Sisil tidak percaya kepada Daddy."
Deg
Sungguh kali ini Diandra sudah kehabisan cara ketika putri kecilnya mengatakan hal tersebut kepadanya.
"Ya, ya yang penting Sisil percaya satu diantara kedua orang tua Sisil."
"Jadi jika sekarang Sisil percaya kepada Mommy, Mommy hanya ingin mengatakan bahwa Mommy dan Daddy sayang sekali dengan Sisil."
Sisil yang mendengarkan ucapan Diandra tetap memandangnya dengan tajam.
"Mommy juga ingin mengatakan bahwa Daddy juga sayang sekali dengan Mommy."
Lidah Diandra seketika kelu ketika mengucapkan hal ini kepada putri kecilnya tersebut.
"Mommy juga ingin mengatakan bahwa Daddy sama sekali tidak pernah jahat kepada Mommy."
"Tadi Sisil mengatakan jika Sisil percaya kepada Mommy bukan?"
Dengan perlahan buah hati Diandra tersebut pada akhirnya menganggukkan kepalanya.
"Nah jika Sisil percaya kepada Mommy itu berarti Sisil juga harus percaya dengan apa yang telah Mommy katakan kepada Sisil."
"Promise."
Deg
Untuk yang kesekian kalinya Diandra harus melihat jadi kelingking putri kecilnya tersebut maju ke arah nya.
Sungguh kali ini Diandra sangat berat untuk menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking putrinya sebagai bentuk perjanjian bahwa apa yang di katakan oleh Diandra bukanlah sebuah kebohongan.
"Promise Sisil sayang."
Dengan berat hati Diandra pada akhirnya mengikatkan jari kelingkingnya ke jari kelingking putri kecilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments