Ya hari ini Diandra pada akhirnya menghabiskan waktunya bersama dengan Sisil sepanjang hari.
Sementara itu di Indonesia saat ini telah berdiri dari laki - laki dewasa yang sangat tampan.
Laki - laki tersebut sedang menjadi motivator di salah satu kampus ternama di Indonesia.
"Terima kasih dokter Louis untuk setiap motivasi yang diberikan kepada kami generasi muda, kami sangat mengidolakan dokter Louis, dan kami berharap pada akhirnya kami bisa menjadi dokter yang sukses seperti dokter Louis."
Beberapa mahasiswa dan mahasiswi fakultas kedokteran menyalami Louis begitu Louis turun dari panggung setelah memberikan motivasi kepada mereka.
"Semua orang pasti akan sukses pada waktunya nanti, dan kesuksesan seseorang pastilah berbeda, jadi sudah sepatutnya kita tidak mengukur kesuksesan kita dengan kesuksesan orang lain."
"Siap, terima kasih sekali dokter Louis untuk nasehat demi nasehat yang telah diberikan kepada kami."
"Aku yakin generasi kalian juga akan menjadi generasi - generasi hebat di dalam dunia kedokteran yang semakin berkembang."
Selesai mengatakan hal tersebut Louis melambaikan tangannya kepada semua mahasiswa dan mahasiswi yang saat ini tersenyum bangga kepada dirinya
Dengan cepat Louis menuju ke dalam parkiran mobil dan langsung masuk ke dalam mobil andalannya saat ini.
"Selamat pagi mas Louis."
"Selamat pagi Ren."
"Jadi apa agenda ku berikutnya?"
"Jam lima sore nanti mas Louis harus segera ke bandara karena besok pagi mas Louis haru mengisi seminar di kota Bandung."
"Ah baiklah, kau ingatkan aku nanti yah Ren, hari ini aku akan makan siang terlebih dahulu di pusat kota."
"Baik mas Louis."
Pagi hari ini di Jogyakarta, nampak satu laki - laki yang sudah tidak asing lagi, dokter Louis laki - laki matang dengan usia yang hampir menyentuh angka empat puluh tahun, namun laki - laki tersebut masih sangat terlihat tampan dari usia seharusnya.
Dokter Louis yang sangat terkenal di kalangan anak muda sebagai motivator yang sering memberikan edukasi kesehatan, motivator bagi anak - anak muda yang sudah kehilangan arah.
Dokter Louis yang juga seorang CEO di salah satu perusahaan Farmasi terbesar, dokter Louis yang juga sering memberikan beasiswa kepada anak - anak muda kurang mampu untuk menyelesaikan pendidikan mereka..
Dokter Louis yang selalu menebar senyum, dokter Louis yang selalu ramah kepada setiap orang yang bertemu dengannya.
Dan dokter Louis yang kerap kali menebar kebaikan, sungguh dokter Louis yang di kenal saat ini sangat berbeda dengan dokter Louis delapan tahun yang lalu.
"Ren, nanti aku pulangnya naik taxi saja, kau jemput saja istri mu terlebih dahulu."
"Baik mas Louis, terima kasih mas."
"Iya sama - sama Ren istri mu Lydia saat ini sedang hamil besar, pasti dia sangat membutuhkan mu."
Louis mengatakan hal tersebut sambil menepuk - nepuk baju Reino dari dalam mobil.
Setelah mengatakan hal tersebut Louis keluar dari mobil dan masuk ke dalam pusat perbelanjaan terbesar di kota Jogjakarta.
Louis yang masih lajang sampai saat ini sangat mengerti kondisi Reino.
Lydia yang merupakan mantan kekasih hati Louis pada akhirnya di persunting oleh Reino asisten pribadinya dan semua yang terjadi akibat campur tangan Louis yang mendekatkan mereka berdua.
"Ah, maafkan saya om."
Di dalam pusat perbelanjaan satu anak laki - laki tiba - tiba saja menabraknya dan es krim yang dibawa anak laki - laki tersebut terjatuh di celana yang Louis kenakan.
"Its oke, om tidak apa - apa.".
Louis mengatakan hal tersebut sambil membersihkan celana nya dengan sapi tangan.
"Dokter Louis? ini dokter Louis kan?"
Louis yang merasa namanya di panggil segera mencari sumber suara tersebut dan seketika dia melihat beberapa ibu - ibu datang untuk menghampiri nya.
"Iya bu saya Louis, apakah ada hal yang bisa saya bantu?"
Seperti biasa sikap ramah Louis mulai kembali keluar.
"Tidak ada dokter, kami hanya ingin berfoto - foto saja dengan dokter, apakah boleh?"
Salah satu ibu mengatakan hal tersebut kepadanya.
"Tentu saja boleh."
Dan setelah mengatakan hal tersebut Louis mulai melayani foto untuk para ibu - ibu yang mengidolakan dirinya.
"Terima kasih dokter Louis, ibu doakan agar istri dokter Louis nanti adalah wanita yang baik, wanita yang cantik dan juga wanita yang berkelas seperti dokter Louis."
"Terima kasih ibu - ibu untuk doa nya."
Setelah bertemu dengan ibu - ibu yang mengidolakan dirinya, Louis segera menuju ke pusat makanan dan segera memesan makanan tersebut untuk makan siangnya.
"Iya, aku sampai lupa jika aku belum menikah, tapi ..ah sudahlah untuk apa aku mengharapkan wanita yang delapan tahun tidak memberikan kabar lagi kepada ku."
"Mungkin saat ini Diandra sudah bahagia dengan suaminya, mungkin juga saat ini Diandra sudah memiliki anak - anak yang lucu, dan aku tidak mau menganggu kebahagiaan Diandra."
Louis mengatakan hal tersebut sambil memejamkan mata, ada saat dimana Louis masih terus mengingat tentang Diandra.
Kejadian delapan tahun yang lalu sungguh masih meninggalkan bekas yang dalam untuk Louis
Dimana saat dirinya ingin melamar Diandra, namun di saat Louis mendatangi rumah Diandra, Louis hanya menemukan rumah kosong tanpa ada seseorang pun di dalamnya.
Dan kejadian itu masih tersimpan kuat di dalam ingatan Louis.
Pada siang hari ini Louis pada akhirnya memilih untuk menghabiskan makan siangnya seseorang diri di pusat perbelanjaan terbesar di kota Jogjakarta.
Satu kebiasaan yang sudah sering Louis lakukan.
Makan di dalam keramaian akan membuat dirinya tidak di liputi rasa kesedihan dan juga rasa kesepian akibat kenangan masa lalu.
Sesuatu hal yang telah berlalu terkadang akan memang akan terasa sangat berarti.
Hari terus berganti dan seperti biasa Louis memberikan motivasi demi motivasi dari kampus ke kampus dan juga mengurus bisnisnya.
Sementara itu pagi ini di Amsterdam.
"Sisil ada apa?"
Diandra yang masih sibuk menyiapkan kepindahan nya ke Indonesia mendadak melihat Sisil duduk termenung di pojok ruangan.
"Mommy, Sisil takut."
"Takut kenapa sayang?"
"Apakah di Indonesia nanti Sisil bisa bertemu teman - teman baik seperti disini?"
Mendengarkan pertanyaan Sisil Diandra hanya bisa tersenyum.
Sungguh saat ini Diandra sangat mengerti perasaan yang dialami putri kecilnya tersebut.
Meskipun ke dua orang Sisil adalah orang Indonesia asli, tapi Sisil lahir di negara Belanda, Sisil mengenal kebiasaan di dalam negara tersebut.
Dan wajar apabila Sisil merasakan rasa takut ketika dirinya akan pindah dari tempat kelahiran ini, satu negara yang masih terasa asing bagi Sisil.
"Sayang Mommy yakin, setelah sampai di Indonesia Sisil akan bertemu dengan banyak teman baru yang baik - baik juga seperti disini, jadi anak Mommy ini tidak boleh bersedih."
Diandra mengatakan hal tersebut sambil memeluk Sisil dengan erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments