"Baik pak, kalau begitu saya permisi." Zan langsung pergi setelah mendapat balasan dari pak dosen. Tak ada salam dari mulutnya, karena Zan tau dosen yang mengajar di kelas Kaira saat ini beragama non-muslim.
Pak dosen hanya mengangguk. Setelah di rasa anak didiknya menjauh, pak dosen langsung masuk kedalam kelas dengan aura dingin seperti biasanya.
Tampak suasana yang tadinya hangat, kini menjadi mencekam. Para siswa takut hanya karena ditatap oleh dosen muda yang tampan namun berwajah tembok ini.
"Selamat siang semuanya." Sapa pak dosen dengan mimik wajah khas miliknya, datar.
"SIANG PAK." Jawab seluruh siswa bersemangat. Karena mata mereka langsung segar bugar saat mendengar bunyi knop pintu.
"Kaira Renata yang mana?." Tanya pak dosen dengan suara keras seperti ingin meluapkan seluruh amarahnya, apalagi dengan wajahnya yang sangat mendukung untuk disalah pahami.
"I-iya pak?." Kaira mengangkat tangannya sambil berdiri tegak menghadap dosen. Ia kesal sendiri dengan Lala, bukannya menenangkan ia malah menyuruh untuk maju kedepan.
Kaira yang tak mendapatkan balasan sama sekali langsung beranjak dari bangku, untunglah Kaira duduk dibangku paling sudut membuatnya tak perlu repot melewati siswa lain.
"Mampus gue mampus." Ucap Kaira tanpa suara.
Karena dirinya takut menatap mata pak dosen, akhirnya Kaira memilih melihat lantai dan tangannya yang terus ia mainkan juga ia bisa melihat kakinya yang bergerak sendiri tanpa dirinya perintah sama sekali.
"Ini." Pak dosen memberikan dompet milik Kaira saat cewek itu sudah berdiri tepat di sebelahnya. Tak ada sepatah kata lagi dari pak dosen yang terkenal karena keto the pointnya itu.
Kaira yang bingung hanya menurut dan mengambil dompetnya dengan perlahan, takut bercampur malu menjadi satu. Pak dosen yang menyadari raut muka siswanya langsung membuka suara, ia juga tak mau ada kesalah pahaman disini.
"Tadi Faizan yang nitip ke saya." Jawab pak dosen masih dengan wajah datar, Kaira yang masih linglung hanya mengangguk dan langsung pergi menuju bangkunya tanpa 'permisi' dan 'berterimakasih' tentunya.
Dasar siswa kurang ajar. (Batin dosen)
"Materi selanjutnya kita akan membahas tentang..."
***
"Gak kerja bang?." Tanya Farhan Arsyad, atau akrab di panggil Han. Han adalah adik Zan satu satunya dan Han tinggal berdua bersama Zan di Jakarta dengan modal tempat tinggal yaitu kost-an.
"Ini mau berangkat kerja... oh iya di tempat abang ada lowongan, kamu mau ambil?."Tanya Zan dengan tangan yang masih sibuk mencari barang barang yang pastinya sudah berkeliaran entah kemana karena perbuatan Han.
"Hm... yaudah deh mau, lagipula bosen pulang sekolah gak kemana mana." Jawab Han menyetujui permintaan abangnya itu.
"Yaudah sana siap siap." Pinta Zan dengan suara rendah khas miliknya. Berbeda dengan Zan, sikap Han lebih energik yang tak kenal lelah dan Han juga termasuk anak yang ekstrovert, suka bergaul dan lebih suka 'berkeliaran' daripada berdiam diri dirumah.
"Ok gue siap siap dulu."
"Hm."
Zan yang sudah selesai dengan kegiatannya tadi, memilih menunggu adiknya di tempat tidur sambil bermain ponsel. Sebenarnya kost yang mereka tempati hanya untuk 1 orang 1 kamar.Tapi Zan meminta tolong kepada pemilik kost dan akhirnya di turuti. Kasur yang ada di kamar pun hanya cukup untuk satu orang dan Zan memilih tidur di kasur lipat yang di beli sendiri. Tak masalah baginya tidur di bawah asal Han tak merasakan apa yang dirinya rasakan.
"Udah ayo bang." Zan terdiam melihat penampilan adiknya yang berlebihan. Dari atas ke bawah, penampilan Han sangat rapi layaknya mau menjemput pacar di malam minggu.
"Hufh... ngapain kamu rapi banget? Ganti pakai kaos biasa, lagipula kita disana untuk tanya pekerjaan bukan bergaya." Ujar Zan sambil memutar bola matanya. Ya Zan memang sabar, tapi kalau tingkatnya sampai seperti ini dia tak akan tahan. Di tambah diri nya harus membuang waktu yang cukup lama untuk menunggu dan dirinya juga hampir terlambat.
"Hehe, mana tau ya kan di sana ada mba mba cantik." Jawab Han dengan pedenya.
"Udah sana ganti." Zan menyuruh adiknya kembali lagi kekamar mandi. Walau kost mereka murah, tapi untungnya ada kamar mandi di setiap masing masing kamar kost. Membuatnya bebas keluar masuk kamar mandi & toilet.
"Iya iya."
***
"Sepi banget bang?." Tanya Han bergidik ngeri. Han yang saat ini mengekor di belakang abangnya hanya bisa melihat sekeliling bengkel yang tak ada orang sama sekali.
"Oh mungkin yang lain lagi istirahat". Ujar Zan positif. Keduanya langsung menuju tempat pemilik bengkel berada, yaitu ruang kerja pribadi nya.
Tok tok
"Masuk."
Kakak dan adik itu langsung masuk kedalam ruangan yang di dalamnya ada pak Zul yang sedang bekerja dengan kertas kertasnya.
Zan langsung mengatakan maksud ke datangannya tanpa basa basi terlebih dahulu. "Hmm... yaudah untuk sementara adik mu akan menjalani masa percobaan. Untuk berkas administrasinya tolong di siapkan besok." Jawab pak Zul. Walau terlihat wajah Han biasa saja, namun tidak dengan Zan yang bahagia karena setidaknya adiknya bisa mencari uang sakunya sendiri.
"Alhamdulillah, terimakasih pak. Kalau gitu kami permisi." Zan dan Han langsung keluar dari ruangan ketika sudah mendapat izin dari pak Zul.
"Udah gitu aja?." Tanya Han bingung, jadi apa yang dirinya pikirkan selama ini salah? Bukankah harus melakukan tes, seperti menanyakan sesuatu? Atau sekedar bertanya apa motivasi untuk masuk kerja disini?.
"Iya." Jawab Zan dengan masih memakai wajah bahagia.
"Loh? Gak ada pertanyaan atau apa gitu?." Tanya Han kemudian semakin penasaran.
"Enggak ada, ini kan bukan perusahaan."
"Memang beda ya?." Tanya Han masih bingung. Jadi apa yang dirinya baca dari komik dan novel keliru gitu?.
"Ya beda, kalau pekerjaan di sini cukup ikuti syrat syarat yang harus di penuhi. Yaudah sana kamu pulang, siapin apa apa aja yang perlu dibawa besok." Pinta Zan dan di turuti adiknya. Namun baru saja berjalan beberapa langkah, Han berbalik untuk menanyakan suatu hal.
"Memang apa apa aja?." Tanya Han bingung.
"Nanti abang kirim ke wathsapp kamu." Ucap Zan menjawab pertanyaan Han. Han hanya mengangguk dan bertanya kembali. Sebenernya Zan ingin menjitak kepala adiknya karena banyak pertanyaan yang membuatnya pusing sendiri.
"Gue naik apa?." Tanya Han bingung karena mereka hanya berboncengan dengan motor berdua. Zan nampak berpikir sejenak untuk mengambil keputusan.
"Naik motor aja sana." Suruh Zan dan di turuti tanpa perdebatan dengan adiknya.
"Oh ok."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
@shiha putri inayyah 3107
sabar banget zan ngadepin Han adiknya...
2023-06-09
0