Mengapa cabe cabean itu ada di sini, batin Arjuna sambil memeriksa laporan dari pegawainya.
Konsentrasinya sedikit terpecah dengan mengetahui kehadiran gadis menyebalkan itu bersama teman temannya yang dilihatnya di bandara.
Arjuna melirik Galih yang sepertinya masih belum mengetahui kehadiran si cabe cabean itu.
Gazebo tempat meeting nya berada terletak pada satu garis horizontal dengan gazebo para cabe cabean itu. Juga ngga begitu jauh.
Ketika Arjuna menatap tajam pada sosok gadis kembaran kopernya yang sedang menikmati hidangannya, tiba tiba gadis itu balas menatapnya.
Arjuna ngga akan mengalah kali ini. Pada tatapan pertama tadi dia melengos karena kaget melihat kehadiran gadis itu di restorannya. Tapi kali ini engga. Matanya terus menyorot sampai gadis itu terlihat salah tingkah.
Dia masih mengenakan bajunya yang tadi. Baju yang membuat Arjuna sebagai laki laki harus mengakui kalo gadis cabe cabean itu begitu seksi. Andai saja pertemuan awal mereka manis, dia tentu ngga akan membenci si cabe cabean itu. Tapi gadis itu sudah mempermalukannya di pertemuan pertama mereka.
Arjuna tersenyum.sombong melihat gadis itu akhirnya menunduk, ngga menatapnya lagi. Apalagi kini dia melihat gadis itu tetlihat ngga nyaman. Rasanya puas melihat.para perempuan yang menjadi lemah karena ngga bisa lepas dari pesonanya. Apalagi si cabe cabean itu. Timbul niat di dalam hatinya untuk mempermainkan gadis itu sampai ngga berani mempermalukannnya lagi. Bahkan ngga berani menatapnya seperti sekarang. Seringai jahat mewarnai wajah tampannya.
"Apa ada yang tau apa yang akan dilakukan grup Sagara?" tanya Arjuna mengalihkan tatapannya pada bawahannya, termasuk sahabatnya Galih.
"Mereka belum ada tanda tanda punya proyek baru. Tapi sepertinya mereka mengamati resto resto kita yang baru dibuka," lapor menejer Resto, Pak Syarif, laki laki berusia sekitar empat puluhan.
"Itu sudah pasti. Apalagi kita mengembangkan ide mereka," tegas Arjuna dengan senyum mirimg di bibirnya.
"Mereka memata matai kta sekarang? Seperti kita dulu," kekeh Galih mbuat Arjuna juga ikut terkekeh.
"Mereka pasti sangat kaget dengan kemajuan empat restoran kita yang baru saja dibuka," kata menejer bangga. Bagaimana engga, sudah di hari ketiga antusiasme pengunjung di resto mereka semakin meningkat tajam.
"Aku yakin Bima dan Andra sangat ini pusing tujuh keliling," tawa Galih ditimpali tawa yang hadir. Bahkan Arjuna juga ikut memperdengarkan tawa kecilnya.
"Aku heran, kenapa mereka ngga kepikiran konsep ini," kata Arjuna sambil menggeleng gelemgkan kepalanya.
"Tentu saja, ini semua karena kepintaran anda mencari celah bisnis, tuan muda," puji Pak.Syarif di derai tawanya. Mungkin separuh menjilat, tapi itu memang kenyataannya. Bawahannya pun mengangguk anggukkan kepala setuju atas ucapan menejer mereka.
Arjuna ngga menanggapi, tawanya sudah berhenti, tapi di wajahnya masih menyisakan gurat tawa.
"Malam kelima, aku akan mengundang penyanyi terkenal untuk menghibur mereka. Setiap malam kelima, setiap resto akan menampilkan acara acara yang unik, yang dapat menarik minat pengunjung," kata Arjuna setelah keadaan mulai tenang
"Saya setuju, tuan muda," sambut menejer sangat senang. Tuan mudanya benar benar mempermudah pekerjaannya.
"Yang penting, Pak Syarif meningkatkan kinerja karyawan untuk memberikan service yang terbaik," kata Arjuna lagi sebelum menyesap kopinya. Matanya kembali melirik gadis kembaran kopernya yang ternyata sedang meliriknya dan langsung membuang muka begitu tatapan mereka bertemu. Senyum miring terukir tipis di bibirnya.
Bentar lagi nona, kamu ngga akan pernah berani menatapku lagi, batinnya dingin.
"Siap, tuan muda," sahut Pak Syarif penuh semangat.
Dia tentu akan melakukan yang terbaik untuk tuan mudanya. Apalagi tuan mudanya juga bekerja sekeras ini untuk kemajuan proyek resto outdoornya.
"Apa setiap malam kelima setiap minggunya kita akan menampilkan berbagai acara menarik?" tanya Galih menyahuti ide temannnya.
Tambah kerjaan wooii, gerutu Galih membatin.
"Tepat. Jangan khawatir, aku sudah pikirkan konsepnya."
"Oke," jawab Galih lega. Setidaknya di kepala sahabatnya sudah banyak ide ide gila yang berhamburan pengen diwujudkan. Dan dia tinggal melaksanakannya saja.
Pengacara keluarga sahabat papa Arjuna menatap Arjuna penuh arti. Laki laki seunuran papanya itu kini paham, mengapa sahabatnya memilih lengser begitu Arjuna lulus kuliah dan menyerahkan jabatan CEO pada putra semata mayangnya.
Anakmu luar biasa, Arga, batinnya kemudian mengambil gelas kopinya dan meneguknya perlahan.
*
*
*
"Gue jadi pengen bermain flying fox," ucap Maria ketika mereka berjalan menyusuri arena bermain.
"Orang dewasa juga banyak yang antri," cibir Arinka tapi ngga dipedulikan Maria. Dia terus saja berjalan ke arah antrian flying fox.
Ketiga sepupunya mengikuti dengan senyum tipis di bibir.
"Kamu mau main apa, Zeta?" tanya Arinka.
"Flying fox boleh juga," kekeh Arinka disambut tawa kedua sepupunya dan mendapat cibiran sinis Maria.
"Kirain ngga mau," sindir pedas Maria tapi malah membuat ketiganya tambah terkekeh.
"Kamu maen apa.Mel?" tanya Zeta sambil menoleh pada sepupunya.
"Aku mau main skateboard aja," jawab Emilia yang menatap ada beberapa skateboard yang nganggur.
"Dengan sepatu hak tinggi? Lo gila, kali," sembur Zeta mewakili suara hati Maria dan Arinka yang menatap Emilia horror.
Emilia hanya tertawa.
Apa salahnya dicoba, batinnya ringan.
"Nanti kaki lo terkilir," cegah Maria cemas akan kenekatan Emilia.
"Lo ngga serius, kan?" tanya Arinka mencoba mencari keseriusan di mata sepupunya.
"Gue pelan pelan," sahut Emilia setelah tawanya reda.
"Terserah lo. Kalo lo jatuh, terkilir, ngga bisa jalan, jangan panggil gue," sumpah Zeta membuat ketiga terkikik, kecuali Zeta.
"Kata kata adalah do'a," kikik Arinka.
"Tenang aja, gue pelan pelan meluncurnya," ucap Emilia menenangkan, tetap keras kepala.
"Tapi-," kata Maria terputus akan ucapan Zeta.
"Giliranmu maria mercedes."
"Oh iya," ucap Maria dengan wajah berseri dan lupa apa yang akan disampaikannya pada Emilia. Zeta dan Arinka mengikuti di belakangnya.
"Kamu ngga mau main flying fox?" tanya Zeta memastikan.
"Engga, sudah sana, antri yang serius ya," kata Emilia kemudian melebarkan senyumnya.
"Nanti hati hati maen skateboard pake heels," seru Arinka memperingatkan. Dia masih mencemaskan kenekatan sepupunya.
"Iya," sahut Emilia dengan sorot mata tertuju pada Maria yang sedang dipakaikan perlengkapan pengamanan flying fox.
"Maria mercedes siap beraksi," cibir Zeta yang kini bersiap menaiki tangga. Menyusul sepupunya yang akan meluncur.
Arinka dan Emilia tertawa mendengarnya.
"Gue duluam yaaa... aaaaahhhh!" teriak Maria heboh ketika sudah meluncur.
Ketiga sepupunya melambaikan tangan dan tertawa tawa ke arah Maria.
"Oke, aku maen skateboard, ya," ucap Emilia sambil melangkah pergi dan melambaikan tangannya.
Keduanya juga melambaikan tangan mengiringi kepergian Emilia.
Emilia pun meraih salah satu skateboard yang terparkir.
Tanpa mempedulikan pandangan orang orang yang merasa aneh melihatnya menaiki skateboard dengan heelsnya, Emilia meluncur perlahan. Beberapa ada yang menatap kagum melihatnya meluncur mulus walau menggunakan heelsnya.
Ngga seperti pengguna skateboard yang melompati berbagai rintangan, Emilia hanya meluncur di trek aman. Dia sama seperti ketiga sepupunya. Mereka mengamati dengan detil, apa saja yang menjadi daya tarik restoran outdoor yang cukup membuat grup mereka gerah.
BRAAK!
"Ah!" jerit Emilia ketika disenggol pengguna skateboard dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Namun Enilia berusaha mengendalikannya, tapi heelsnya sangat ngga membantu.
Di depannya ada rombongan pengunjung yang melintas.
Mulai terdengar teriakan heboh memperingatkan karena akan terjadi tabrakan.
Rombongan itu yang sedang berbicara serius kaget dan berusaha menghindar.
BRUUGH!
"AH!"
"ADUH!"
Beberapa orang saling tabrak dan ada yang terjatuh. Mereka ngga menyangka ada seorang gadis dengan skateboard meluncur cepat menghampiiri mereka.
"KAMU?" seru Arjuna marah. Da juga ikut terjatuh dan menimpa gadis skateboard itu.
Emilia ngga menjawab. Dia terlalu shock. Apalagi jarrak wajah mereka sangat dekat. Tanpa Emilia kehendaki, semburat merah menghiasi wajahnya.
"Kelihatannya kau suka ya, berdekatan denganku," sarkas Arjuna membuat bola mata gadis di depannya membesar kaget.
CUP
Tanpa menunggu reaksi gadis itu menjawabnya, Arjuna menempelkan bibirnya, mengecup sekilas bibir merah yang setengah terbuka di depannya.
"Manis," katanya sambil menyeka bibirnya dengan tatapan mesum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
kaya bebek mentok nii tukang sosor
2023-10-16
1
Fenti
heeeeee jangan gitu dong
2022-08-26
1
Elisabeth Ratna Susanti
suka 😍😍😍😍😍
2022-08-12
1