Harusnya konsep outdoor sudah terpikir oleh mereka. Tapi mereka terlalu terfokus hanya di mall mall saja.
Saat grup Trisaka launching, mereka kaget akan antusias orang orang yang menyemut di restoran tersebut selama tiga hari pembukaan ini.
"Anehnya mereka sampai buat empat resto yang seperti itu Serentak lagi launching nya," omel Zeta lagi.
"Empat?" kaget Emilia menatap ngga percaya.
Hebat, siapa yang punya ide gila gilaan itu, batinnya penasaran ingin tau.
"Iya, Emil, empat," kata Maria membenarkan.
"Oke, kalo gitu, kita ke salah satu restonya buat ngamati. Dekat ngga dari apartemen lo?" tanya Emilia berinisiatif, mendukung keinginan sepupu sepupunya.
Mereka harus ganti memata matai. Lagian keluarga Trisaka pasti sudah selalu melakukannya. Tentunya mereka sudah menyelidiki oulet oulet mereka sejak lama hingga bisa membuat konsep indoor outlet mereka menjadi outdoor. Jadi sah sah saja jika kini mereka juga melakukan hal yang sama. Memata matai.
"Ada yang cuma sejam dari sini," kata Zeta memberitau.
"Bentar oooiii. Emil, lo ngabarin om sama tante dulu sono. Gue ngga mau kena omel," seru Arinka sedikit kesal, karena sedari tadi kata katanya dikacangin Emilia dan dua sepupunya.
"Tenang. Gue udah pamit sama papa kalo mau ikut kalian. Lagian papa dan mama lagi sibuk. Malam aja katanya kumpul di rumah nenek," jelas Emilia.
"Yaaiii.... kalo gitu dari sekarang ampe sore kita bebas," jerit Maria sangat senang.
"Ntar malam ke dragon yuk. Udah lama ngga nge dance," kata Zeta sambil menggerak gerakkan tubuhnya seakan ada musik yang mengiringi.
"Oke, siap. Gue juga udah lama ngga goyang," tanggap Emilia juga ikut menggerakkan tubuhnya.
"Kacian loo," bagai koor, ketiganya mengejek penderitaan Emilia dan tergelak. Sepupunya pasti ngga bisa melewati kerasnya pengawasan adik nenek mereka selama tiga tahun ini.
Emilia pun ikut tertawa. Selama tiga tahun dia benar benar menjadi anak manis yang hanya kuliah dan duduk diam di rumah, hingga meraih nilai yang memuaskan. Karenanya begitu bisa kembali, Emilia merasa sangat bahagia sudah terbebas dari penjara yang mengikat jiwa kebebasannya. bertahun tahun lamanya.
*
*
*
"Wow," seru Maria kagum ketika mereka memasuki areal restora sunda milik grup Trisaka.
Arinka, Zeta dan juga Emilia mengagumi konsep restoran yang dibuat grup Trisaka.
Gazebo gazebo yang didirikan berbentuk tradisional tapi sangat artistisk. Kolam yang berisi ikan koi yang beraneka warna. Ada jembatan di tengahnya. Jangan lupakan pohon pohon rindang yang meneduhi tenpat itu. Juga ada taman bunga tulip. Memang instagramable banget.
Selain memenuhi gazebo gazebo, banyak yang datang melakukan foto foto untuk akun sosial mereka. Dan mereka pun melihat ada yang melakukan foto foto prewed. Staf Trisaka pun sangat mendukung dengan memberikan suasana yang sangat nyanan.
Seperti ini, ketika melihat ada yang datang,mereka langsung menghampiri dan memberi tahukan letak gazebo gazebo yang masih kosong. Termasuk menghampiri keempat orang gadis cantik dan seksi, Arinka cs.
"Gila, berapa hektar lahan yang mereka bebaskan," kata Zeta sambil menggeleng gelengkan kepalanya. Mereka kini sudah duduk di gazebo dan menunggu pesanan datang. Kekaguman begitu memancar di mata mereka.
"Juga ada gazebo buat meeting. Gila! Benar benar terkonsep rapi," decak Arinka sambil menatap sekeliling dengan perasaan kesal campur kagum
"Kalo konsepnya gini pasti langsung di acc pak gubernur lah," komen Emilia salut. Walau kesal, tapi dia mengagumi pencetus ide cemerlang ini.
Benar benar bisa menghancurkan outlet outlet mereka. Tentu saja banyak keluarga yang suka konsep liburan murah di tengah kota. Begitu juga para remaja yang gemar berfoto, para pebisnis ataupun karyawan yang akan melepaskan beban pekerjaan yang berat di kepala mereka.
Udara yang sejuk demgan pohon pohon rindang dan taman bunga tulip yang indah. Memang akan menjadi destinasi hiburan yang menarik.
Benar benar konsep yang detil, batiin Emilia ikut memuji.
"Para pemilik lahan katanya merasa puas dengan ganti rugi yang diberikan grup Trisaka," cetus Maria.
"Katanya sangat besar uang yang mereka peroleh. Wajarlah mereka senang," timpal Zeta kurang senang. Gara gara konsep ini, grup Sagara cukup mengalami sedikit penurunan di bidang kuliner.
"Mereka juga mengambil konsep outlet kita. Tuh lihat, ada tempat bermain juga," decih Arinka sambil menunjukkan dengan ekor matanya.
Ketiganya sama melirik tenpat bermain anak yang hampir mirip dengan yang dimiliki outlet mereka. Hanya saja mereka menambahkan beberapa spot outdoor, seperti flying fox dan jembatan jaring. Bahkan ada tempat buat latihan skateboard dan bermain sepatu roda.
"Mereka tetap saja mencuri ide ide grup kita," sinis Arinka ngga terima.
"Betul, mereka mengembangkannya," ucap Emilia kemudian terdiam melihat beberapa orang laki laki dan perempuan yang baru masuk. Dia memicingkan matanya, meyakinkan kalo salah seorang laki laki itu dia kenal. Dan pandangannya pun beradu dengan laki laki itu yang menatapnya sesaat sebelum melengos. Laki laki itu kaget, sama sepertinya yang ngga menyangka dalam waktu singkat mereka bertemu lagi.
"Dasar sombong," gumamnya geram. Merasa ngga dianggap. Apa dia kurang menarik bagi si pengganggu kopernya itu, batin Emilia merasa terhina.
"Sombong? Siapa?" bisik Maria pelan karena mendengar gumaman sepupunya. Bahkan kini Arinka dan Zeta juga menatapnya minta penjelasn.
"Eh, em... grup Trisaka. Mereka seperti menunjukkan kalo mereka kini berada di atas kita," jawab Emilia cepat. Dan dia bersyukur karena ketiga sepupunya percaya akan dustanya.
"Memang benar sombong," sambut Arinka setuju.
"Betul. Tunggu aja gebrakan dari grup kita," sambung Zeta penuh keyakinan.
"Pasti bentar lagi ada konsep baru," tambah Maria ngga mau kalah.
"Sssttttsss." Arinka menutup mulutnya dengan jari telunjuknya, memberi isyarat agar ketiganya diam karena melihat para pelayan yang membawakan makanan pesanan mereka sudah mendekat.
"Terimakasih," ucap Emilia ramah. Begitu juga ketiganya mengembangkan senyum ramahnya pada para pelayan yang sudah selesai mengatur letak pesanan mereka.
"Kok rasanya bisa mirip banget ya," ucap Arinka ketika mereka sedang menikmati makanan mereka. Saat ini Arinka sedang menikmati ayam goreng.
"Udang bakar madunya juga sama persis dengan outlet kita," Maria juga ikut berucap sambil mengunyah pelan udang di mulutnya.
"Pepes tahunya, sayur asem, ikan mas goreng, gurame bakar, sambalnya. Seakan akan kita memindahkan outlet kita yang indoor jadi outdoor," gemas Zeta sambil menyicip satu persatu hidangan.
"Apa ada koki yang berkhianat?" tanya Maria ngga percaya. Rasanya ngga mungkin, mereka bahkan memberikan gaji di atas umr dan berbagai tunjangan. Bahkan anak anak pegawai mereka pun diberi beasiswa buat sekolah hingga kuliah. Mereka lah yang akan meneruskan jejak orang tuanya dalam mengembangkan Sagara grup di masa depan.
"Gue ngga yakin kalo itu," tegas Zeta yakin. Dia sangat percaya dengan loyalitas para pegawainya.
Tapi rasa makanan yang mereka makan, lebih dari sembilan puluh persen sama seperti milik outlet mereka membuat mereka bingung.
Emilia menarik nafas panjang. Kemudian dia pun menikmati lagi makanan yang selalu dia rindukan selama di luar negeri.
Memang aneh, dari rasa dan menu, grup Trisaka mengambil semua milik mereka. Apa mereka sengaja? Kenapa mereka ngga membuat menu yang khas sebagai identitas milik mereka? Emilia bermonolog dalam hati.
"Mungkin mereka punya koki yang hebat seperti kita," cetus Emilia sambil melirik ke arah yang lain. Seakan ada magnet yang menuntun arah pandangannya. Kini Emilia pun beradu pandang dengan pengganggu koper kesayangannya. Laki laki itu menatapnya demgan tatapan tajam. Sangat mengintimidasi.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Fenti
wahh seru juga nih 😁
2022-08-24
1
MommyAtha
kayakx kokinya ambil sampingan dah...
2022-08-12
1
Elisabeth Ratna Susanti
seru 😍
2022-08-12
1