Luna mendatangi kantor pak Arkan untuk meminta keadilan buat temanya, tetapi respon pak Arkan hanya tersenyum mendengarkan penjelasan Luna.
Merasa tidak membuahkan hasil akhirnya Luna kembali ke taman menemui Nisa dan Elang.
"Pak Arkan tidak ada respon," ucap Luna dengan wajah lesunya.
"Nanti biar aku yang datang ke dosen itu Luna," ucap Elang menenangkan Luna.
"Jangan-jangan pak Arkan suka sama Dira," kata Nisa asal ngomong.
"Nisa... ! tidak boleh asal nuduh orang," ucap Luna melotot ke arah Nisa.
"Aku tidak asal ngomong Luna, coba perhatikan deh... pak Arkan mencurigakan," jelas Nisa.
"Nisa ada benarnya Lun," sahut Elang dengan wajah sedikit murung.
"Hore... kakak ganteng belain aku!" kata Nisa sembari melahap makanan yang di bawa.
"Kalian masih di sini?" tanya Dira yang baru saja selesai mengerjakan hukuman.
"Kita nungguin kamu!" ucap mereka bertiga secara serentak. Dira menutup telinga mendengar jawaban mereka yang sangat keras.
Elang memberikan sebuah sapu tangan pada Dira, untuk mengelap wajah Dira yang penuh dengan keringat. Dira menerima sapu tangan itu, dan mengelap wajahnya yang cantik, tak lupa Dira mengembalikan pada Elang dan mengucapkan terimakasih.
"Aku duluan ya," ucap Luna berpamitan pada teman-temanya.
"Luna tunggu! kita pulang bareng-bareng yuk!" ajak Elang.
"Maaf ibuku sudah menunggu di rumah," tolak Luna lalu berjalan meninggalkan kampus.
"Elang lain kali kamu jangan bikin salah paham!" ucap Dira sembari melangkahkan kaki untuk pulang.
"Kakak ganteng anterin aku pulang ya?" rengek Nisa dengan manja pada Elang.
"Boleh... ayo aku antar pulang!" ucap Elang sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
🌱🌱🌱
ELANG
Setelah sampai di rumah lelaki tampan itu merebahkan tubuhnya di atas kasur, dia terlihat sangat kelelahan hingga tak terasa mata pun ikut terpejam.
Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pintu, yang membuat dia harus membuka matanya kembali.
"El... bagaimana hari pertama kuliah kamu?" tanya sang kakak.
"Kakak suka sama Dira?" tanya Elang bukanya menjawab pertanyaan sang kakak malah balik bertanya.
"Tidak... kakak hanya penasaran dengan gadis itu, cantik, pemberani, mandiri," ucap Arkan.
"Awas kalau kakak berbuat macam-macam sama dia!" ancam Elang pada Arkan.
Arkan adalah kakak Elang, Arkan berpendidikan di luar negeri sehingga tidak mengenal Dira yang ternyata tetangganya. Dari kecil di besarkan di luar negeri setelah pulang dia menjadi dosen dan pengusaha di kota itu. Beberapa hari yang lalu Arkan melewati rumah Dira saat akan berangkat ke kampus, tanpa sengaja dia melihat Dira keluar dari rumah. Arkan langsung menanyakan kepada adiknya, Elang menceritakan semua tentang Dira dan keluarganya.
"Ayo kita makan dulu El!" ajak Arkan.
"Nanti saja kak, aku masih kenyang," tolak Elang, karena tadi di kampus Elang makan di kantin bersama Luna dan Nisa.
"Oh... iya, Luna itu anaknya baik banget ya El, tadi dia mau minta izin buat bantu Dira membersihkan toilet," kata Arkan.
"Kakak keterlaluan sama Dira, besok lagi Elang bantuin Dira kalau di hukum lagi!" tegas Elang, sembari melirik ke arah kakaknya.
"Hahaha...kakak sebenarnya tau El, siapa yang salah," ucap Arkan lalu melemparkan bantal ke arah adiknya yang kesal itu.
Elang diam tidak menjawab perkataan kakaknya, dia tau kakaknya tidak ada niat jahat pada Dira, tetapi Elang khawatir kalau Arkan jatuh cinta dengan Dira.
🌱🌱🌱
Dira hari ini berangkat awal ke kampus, dia langsung menuju ke perpustakaan untuk membaca buku sambil menunggu Luna dan Nisa.
"Dira...aku tidak salah lihat kan?" tanya Nisa sambil mengucek kedua matanya.
"Iya ini aku! Mana Luna, kok belum datang?" ucap Dira yang masih fokus membolak-balikkan buku yang dia pegang.
"Aku belum ketemu Luna, biasanya sudah menunggu di depan pintu gerbang," terang Nisa.
"Ayo kita ke rumah Luna!" ajak Dira sambil merapikan buku.
"Dira, nanti kamu di panggil pak Arkan lagi, sekarang jam dia," kata Nisa.
"Jangan pedulikan dosen itu, ayo kita berangkat!" ucap Dira sambil menarik tangan Nisa.
Beberapa menit kemudian mereka berdua sampai juga di kediaman Luna, rumahnya tampak sepi tidak ada orang sama sekali. Mereka berdua mengetuk pintu rumah Luna tetapi tidak ada sambutan sama sekali, akhirnya ada tetangga yang lewat dan memberi tahu kalau ibu Luna di bawa ke rumah sakit. Dira dan Nisa segera berangkat ke rumah sakit tempat ibu Luna di rawat.
"Kalian... kenapa bisa di sini?" tanya Luna kepada Dira dan Nisa yang baru saja datang.
"Tadi kita ke rumah kamu Luna, terus kata tetangga bilang kalau ibu lagi sakit," jelas Dira.
"Ibu tadi pagi tiba-tiba kambuh sakitnya jadi harus di bawa ke rumah sakit," kata Luna, yang terlihat masih sembab matanya karena habis menangis.
"Ibu saki! sejak kapan?" sahut Nisa, dia belum tau kalau ibu Luna sering sakit.
"Sudah lama Nisa," jawab Luna.
"Jangan makan terus makanya biar tau!" ucap Dira.
Dokter memanggil Luna, untuk masuk ke ruang periksa ibunya. Dokter menjelaskan bahwa ibunya memerlukan tindakan, tetapi Luna harus membayar biaya yang lumayan besar untuk pengobatan ibunya. Luna langsung syok mendengar penjelasan dokter disisi lain dia juga bingung caranya untuk mendapatkan uang, penghasilan jualan tiap hari hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Luna keluar dari ruangan itu dengan wajah yang lesu.
"Luna, kamu tidak apa-apa kan? bagaimana keadaan ibu?" tanya Dira.
Luna langsung memeluk Dira dan menangis, Dira pun menenangkan Luna lalu menyuruh duduk agar lebih tenang. Dira pergi ke kantin untuk membeli minuman, tetapi diam-diam dia menyelinap ke ruangan dokter yang memanggil Luna tadi, karena menurutnya ada yang di sembunyikan Luna.
Karena Dira terus mendesak dan memaksa dokter tersebut untuk menjelaskan akhirnya dokter memberitahu Dira.
Ibu Luna bagi Dira sudah seperti ibu sendiri, dia tidak akan tega melihat Luna dan ibunya dalam kesusahan. Dira langsung pergi ke bagian administrasi rumah sakit itu, untuk membayar biaya pengobatan ibu Luna agar segera di lakukan tindakan. Setelah semua selesai Dira kembali menemui Luna dan Nisa dengan membawakan dua botol air mineral.
"Dira, kamu ke kantin lama sekali! kasian Luna dari tadi nangis terus!" kata Lisa sedikit kesal dengan Dira.
"Maaf tadi antri di kasir banyak!" jelas Dira sambil menyodorkan botol minuman pada kedua temannya.
Dokter kembali memanggil Luna, memberitahukan kalau sudah ada yang melunasi biaya pengobatan ibunya dan akan segera di lakukan tindakan. Luna senang sekali mendengar kata dokter, tetapi dia memikirkan siapa yang sudah membayarnya. Dira sudah meminta dokter agar tidak memberitahukan semua dengan Luna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ𓆉︎ᵐᵈˡ🍭ͪ ͩ👙🍒⃞⃟🦅ᵉˡˡᵃ
Ealah org nanya serius si pak akan mlah senyum" doank
2022-11-20
3
𝐀⃝🥀👙𝐄𝐥𝐥𝖘𝖍𝖆𝖓 E𝆯⃟🚀
gda yg taw,cma pak arkan yg taw dia suka sma dira apa ngga 🤭
2022-11-20
2
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Jangan menyerah luna, pasti ada jalannya kok. Kamu pasti bisa, semangat..🤗😇
2022-10-26
2