Keesokan harinya di kampus terjadi kejadian yang sangat menghebohkan. Banyak foto Dira terpampang di mading kampus itu, siapa lagi kalau bukan ulah Sisil dan gengnya. Diam-diam dia mengambil foto saat Dira sedang melayani pengunjung cafe.
"Teman-teman semuanya lihat dong salah satu teman kita ternyata seorang pelayan cafe," ucap Sisil kepada semua mahasiswa yang sedang melintas di tempat pemasangan mading itu.
"Apa yang kamu lakukan Sisil?" tanya Luna yang baru saja datang dan melihat foto temannya.
"Luna... Dira ternyata seorang pelayan cafe ya, kenapa kamu tidak pernah cerita?" tanya Sisil dengan nada meledek.
"Cepat bersihkan foto itu sebelum Dira datang!" bentak Luna pada Sisil.
"Sabar neng, biar semua tau dulu," jawab Sisil seenaknya.
Luna dengan kesal mencopoti foto itu tetapi salah satu teman Sisil ada yang mendorong Luna hingga jatuh ke lantai.
"Hentikan!" bentak salah satu dosen yang melihat kejadian itu.
Sisil dan gengnya meninggalkan Luna yang masih jatuh tersungkur di lantai.
"Bubar... bubar kalian semua!" kata dosen itu menyuruh mahasiswa yang masih berkerumun di tempat itu pergi.
"Kamu tidak apa-apa kan Luna?" tanya dosen tadi sambil membantu Luna untuk berdiri.
"Saya tidak papa kok pak," jawab Luna sembari melanjutkan mencopot foto Dira yang masih menempel di papan.
"Siapa yang memasang foto Dira disini Luna?" tanya pak Arkan yang tiba-tiba datang dan melihat Luna mencopot foto Dira.
"Pak Arkan.... Sisil pak," jawab Luna.
"Pak Arkan selaku dosen disini kita tidak bisa membiarkan masalah ini," ucap dosen yang menolong Luna.
"Benar pak nanti saya akan panggil Dira ke kantor untuk menjelaskan semua ini," ucap pak Arkan.
"Iya pak... kalau begitu saya masuk kelas dulu," pamit dosen yang menolong Luna.
"Pak kenapa Dira yang di panggil ke kantor bapak?" tanya Luna, dia tidak terima kalau Dira yang di beri hukuman nantinya.
"Tugas yang kemarin mana Luna?" tanya pak Arkan mengalihkan pembicaraan.
"Ada kok pak... !" ucap Luna sembari mengambil tugas yang ada di dalam tas dan memberikan pada pak Arkan.
"Terimakasih Luna kamu sudah mengerjakan, sekarang masuk ke kelas!" suruh pak Arkan.
"Saya masih menunggu Dira dan Nisa pak," ucap Luna.
Pak Arkan pergi meninggalkan Luna, karena jam mengajar di kelas lain sudah tiba. Luna masih setia menunggu ke dua sahabatnya itu.
"Luna.... Dira mana?" tanya Nisa sambil berlari ke arah Luna.
"Belum datang itu anak," jawab Luna sedikit kesal.
"Ayo kita duluan ke kelas!" ajak Nisa.
"Kamu duluan aja, aku mau nungguin Dira," tolak Luna.
Beberapa saat kemudian yang mereka tunggu akhirnya muncul juga batang hidungnya.
"Hai, Luna, Nisa!" maaf menunggu lama," kata Dira dengan santainya tanpa tau apa yang baru saja terjadi.
"Dira, tadi ada yang pasang foto kamu di mading ini," adu Luna.
"Hah... pasti ulah Sisil ini, di mana anak itu biar aku beri pelajaran!" ucap Dira sambil mengamati sekeliling kampus untuk melihat keberadaan Sisil.
"Tenang dulu Dira," ucap Luna menenangkan Dira.
"Wah...Dira bentar lagi terkenal dong jadi artis di kampus," Nisa asal bicara.
"Nisa!!!" bentak Luna.
"Kamu diem aja Nisa, sana ke kantin cari Sisil... buruan!" suruh Dira. Nisa pun langsung bergegas menuju ke kantin untuk mencari Sisil.
"Dira, kamu bisa di do kalau begini caranya," ucap Luna.
"Aku gak peduli, kemarin di cafe Sisil sudah mempermalukan aku, sekarang cari masalah dia!" terang Dira.
Tak lama kemudian Nisa datang menghampiri mereka berdua dan bilang kepada Dira kalau Sisil sedang berada di kantin, Dira langsung pergi menuju kantin.
"Nisa, kenapa kamu kasih tau Dira?" tanya Luna, dia sangat panik takut Dira bikin masalah.
"Luna jangan salah kan aku, kamu kan tau kalau Dira yang menyuruhku tadi," bela Nisa.
Mereka berdua berlari menyusul Dira ke kantin, takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.
"Pelayan datang, ayo kita pesan makanan guys," ucap Sisil kepada gengnya saat melihat kedatangan Dira.
"Hai!" Dira mengebrak meja kantin yang sedang di duduki Sisil dan gengnya.
"Ada apa pelayan, jangan marah dong!" kata Sisil.
Sontak Dira langsung menjambak rambut Sisil dan menariknya tanpa menghiraukan teriakan Sisil.
"Mau kamu apa?" tanya Dira dengan nada membentak.
"Lepaskan dulu!" ucap Sisil dengan teriak.
Dira melepaskan rambut Sisil dan mendorong Sisil hingga jatuh dari tempat duduknya. Geng Sisil tidak ada yang berani menolong Sisil karena takut dengan Dira.
"Cepat jelaskan! apa mau kamu?" tanya Dira pada Sisil.
"Aku gak suka sama kamu Dira, selalu mengganggu kesenangan ku di kampus!" kata Sisil.
"Dira... !!! hentikan!" ucap Luna dari kejauhan.
"Luna, kenapa kamu kesini?" tanya Dira.
"Biarkan Dira berantem Luna, kita lihat saja," sahut Nisa yang begitu senang.
Semua yang ada di kantin melihat ke arah Nisa, mereka heran dengan Nisa bukanya melerai malah senang melihat temanya berantem.
"Aku ada penawaran buat kamu Dira," ucap Sisil sambil memegang kepala bekas jambakan Dira.
"Penawaran apaan?" jawab Dira singkat.
"Bagaimana kalau kamu bantu aku?" tanya Sisil penuh dengan teka-teki apa mau nya.
"Gak usah berbelit Sil!" ngomong aja apa mau kamu?" kata Dira sedikit emosi mendengar permintaan Sisil yang tidak jelas menurutnya.
"Sudah Dira, ayo kita pergi dari sini!" jangan dengerin omongan Sisil," ajak Luna, dia tidak mau Dira terlibat dengan Sisil.
"Urusan kita belum selesai Sil!" kata Dira berlalu begitu saja meninggalkan kantin, lalu Luna dan Nisa mengikuti Dira.
Saat akan berjalan menuju kelas mereka bertemu dengan pak Arkan, Dira di minta untuk segera menemuinya di kantor saat ini juga.
"Pak, saya bisa ketinggalan mata kuliah lagi kalau bapak panggil Dira ke sini," kata Dira sembari mendudukkan dirinya di kursi ruangan pak Arkan.
"Dira, kamu ada masalah apa dengan Sisil?" tanya pak Arkan.
"Gak ada, dia cuma tidak terima waktu gangguin anak baru Dira nolongin itu anak, saya salah pak?" tanya Dira dengan ketus.
"Harusnya kamu jangan berantem seperti itu Dira, tidak harus dengan kekerasan," jelas pak Arkan.
"Dira membela diri pak, dia duluan yang mulai dorong Dira," ucap Dira meyakinkan pak Arkan.
"Terus kenapa kemarin kamu tendang kaleng sampai kena kepala saya?" tanya pak Arkan.
"Itu lagi... pak saya kemarin sudah minta maaf sama bapak dan kejadian itu di luar kampus," terang Dira.
Tiga puluh menit kemudian baru selesai perdebatan mereka, akhirnya Dira mendapat surat peringatan untuk pertama kalinya.
Dira segera keluar dari ruangan pak Arkan dan memberitahukan pada Luna dan Nisa, Luna tidak terima karena hanya Dira yang mendapatkan surat peringatan sedangkan Sisil tidak sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
parsha rasyita aziza
bestie gk ada akhlak itu
2022-12-04
1
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
Harus nya yg dipanggil itu kedua bela pihak yg berantem lah... ga adil dong klo cuma 1 pihak aja.
2022-11-20
1
.
buset si nisa ngomong kagak di filter 🤣
2022-11-20
1