Malam yang hening berteman suara musik klasik menambah kesan romantis dua orang yang tengah menikmati makan malamnya.
"Ehem..." suara dehem dari Kalyan.
"Dina, boleh tolong beri saya alasan mengapa kau bersedia bersanding denganku? bukankah kita sama-sama belum saling mengenal?" lanjut Kalyan bertanya usai menetralkan perasaan yang terasa mengaduk hatinya.
"Lebih tepatnya kita. Bukan aku saja. Aku yakin kau pun juga mau denganku, bukan?" wajah jahil Adina lagi-lagi ia tampakkan.
Mendengar pertanyaan yang Adina ucapkan, Kalyan sampai tak sanggup meneruskan pembahasannya.
"Mungkin kau berpikir terlalu jauh tentangku. Aku tidak sepolos itu Dina." Kalyan yang semula diam duduk tenang kini tampak berdiri dan mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah wajah gadis yang selalu nakal padanya.
"Kal-yan..." Adina sampai terbata melihat jarak mereka yang sangat dekat.
Makanan yang tertata rapi kini menjadi saksi bisu kala manik mata Adina membulat merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibir ranum miliknya. Yah, Kalyan menciumnya hingga beberapa detik keduanya terdiam bersama saling merasakan sentuhan yang begitu mendebarkan hati masing-masing.
"Ku pikir kau tak sepolos itu..." cibir Kalyan seraya menyeringai lalu menikmati kembali makannya usai duduk.
"Maaf, aku harus pulang." Adina berlari keluar apartemen tanpa menghiraukan panggilan Kalyan.
***
Di sisi yang berbeda, tampak wanita berpiyama dengan rambut tergerai lurus sedang menerima panggilan telepon.
"Ada apa?" jawabnya ketus.
"Nyonya, kami saat ini mengikuti gadis itu dari apartemen Tuan muda. Apa kita bawa dia?" Terdengar suara seorang pria di seberang telepon melaporkan.
"Buat dia berhenti mengejar anak saya. Cukup kasih peringatan. Jika belum cukup baru habisi dia." pintah Aileen tanpa belas kasih.
Sambungan telepon pun ia putuskan sepihak, sumpah demi apa pun ia tidak akan rela anak kebanggaannya di sandingkan dengan gadis macam Adina.
"Dia pikir wajah cantik saja cukup? tidak akan pernah bocah tengil. Kau tidak akan ku beri jalan masuk ke rumah keluarga ini.” Belum usai ia berbicara pada diri sendiri, tiba-tiba saja Brandon datang memeluknya dari belakang lalu menyandarkan kepalanya pada pundak sang istri.
“Mengapa belum masuk kamar? Sudah malam, ayo.” ajaknya pada sang istri.
“Dad, sampai kapan pun wanita itu tidak boleh masuk ke keluarga kita.” Aileen menekan kembali keinginannya.
Sebagai suami yang tidak memiliki apa-apa bahkan tinggal di rumah milik keluarga sang istri, tak pernah sekali pun ia berani menentang Aileen, istrinya.
“Momm, percayakan semua pada Kalyan. Anak kita pria yang bijak. Dia tidak akan mengambil keputusan yang salah. Percayalah.” tuturnya lemah lembut.
Sifat keras kepala Aileen memang tidak pernah bisa terkalahkan oleh siapa pun. Sama seperti sifat Leonardo Osmon, sang Ayah.
“Bagaimana Mommy percaya pada Kalyan, dia itu pria normal, Dad. Malam ini saja gadis itu sudah berani masuk ke apartemen anak kita. Dan Daddy tahu empat anggota Mommy semua babak belur karena dia. Dasar perempuan jadi-jadian.” Seketika amarah Aileen pun menjadi saat mengingat para anak buahnya babak belur saat melaporkan kegagalan mereka menghalangi Adina masuk ke dalam apartemen sang anak.
Brandon sampai membulatkan matanya dan melepaskan pelukan di tubuh sang istri. Lalu berkata, “Maksud Mommy? Si Dina itu yang menghajar mereka? Yah tidak mungkinlah Mom. Dia wanita, anak buah Mommy laki-laki kan?”
Pertanyaan Brandon sontak menambah rasa kesal Aileen.
“Daddy!” hardik Aileen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
kylan pasti nanti bucin tuh sama adina🤭
2022-07-20
1