BAB 4

Suara benturan raket tenis dan bola menggelegar ketika Julian berhasil memukul bolanya, bola itu membentur dinding dengan keras dan berbalik meluncur kearahnya membuat Julian tersenyum puas

Bermain bola tenis bisa menghilangkan rasa lelah dan stress seharian telah bekerja, selain itu bermain bola tenis membuatnya lupa pada Angel.

Hal ini selalu berhasil membuat perasaannya lebih tenang. Julian keluar dari ruang berlatih memukul bola tenis, mengambil handuk lalu mengusap peluh diwajahnya. Setelah ini ia akan langsung pulang menuju rumah yang akan menjadi tempat dimana Julian menyembunyikan seorang wanita yang akan mengandung bayinya.

Apa gadis itu sudah disana?, Julian mengambil tasnya kemudian bergegas menuju mobil yang akan membawanya kepada gadis itu.

" Kau benar-benar akan melakukannya Julian?" suara lembut ibunya terdengar dari handphonenya yang ia loudspeaker. Julian sedang dalam perjalanan ketika ibunya menelpon

" Apa maksud Mama?"tanya Julian pura-pura tidak mengerti

"Gadis itu, kau benar-benar akan membuatnya hamil dan melahirkan anakmu begitu saja?"Julian diam beberapa saat sebelum menjawab ibunya

"Bukannya Mama menginginkan seorang cucu"

"Yaa.. Mama menginginkan seorang cucu, tapi beserta menantu.. Mama tidak mau cucu yang lahir diluar pernikahan"

"Maafkan Aku Ma, karena aku tidak akan pernah menikah"

"JULIAN GRANGER" teriak Mamanya

"Ma, aku tahu aku sudah gila, tapi aku sangat menginginkan seseorang untuk berbagi perasaan denganku"

"Kau bisa memilih seorang gadis untuk dijadikan istri"

"Sudah kubilang, aku tidak akan mencintai wanita lain selain Angel"

"Kau tidak perlu mencintai gadis itu agar kau bisa menikah"

"Mama…"

"Julian dengarkan Mama" ibunya menarik nafas panjang sebelum mengucapkan kata terakhir untuk menghentikan putranya

"Gadis itu masih perawan, jangan rusak masa depannya dengan menyuruhnya mengandung anakmu, lalu kau buang dia begitu saja. pikirkan perasaannya setelah semua ini berlalu"

"Dia sudah tidak perawan lagi" bantah Julian

"Tidak. Jelas dia gadis lugu yang masih perawan, kau juga tahu itu kan?" Julian terdiam lama, berhenti di jalan karena lampu merah lalu mengusap tengkuknya lelah

Julian tahu, sungguh ia tahu gadis itu berbohong padanya, tapi Julian tidak bisa berhenti. Ia sudah begitu bersemangat membayangkan seorang bayi miliknya sendiri

"Julian"

"Baiklah..." potong Julian

"Aku akan menanyakan hal ini padanya, jika dia memang bersedia tidak ada yang bisa menghentikan aku. Termasuk Mama ataupun presiden negara ini. Mama mengerti?"

"Kuharap dia mau berhenti" bisik ibunya lirih

" Ya.. berdoalah kalau begitu" Julian berujar tak peduli

🍀🍀🍀

BLAAAMMM…

Vania terlonjak kaget mendengar suara pintu mobil yang ditutup. Tubuhnya terduduk tegak menunggu dengan jantung berdebar kencang

Munkinkah itu Julian?, sudah pasti itu Julian. menjawab pertanyaan Vania, sosok maskulin pria itupun masuk dari pintu. Vania berdiri dari sofa diruang tamu itu menghadap pada Julian.

Julian menghentikan langkahnya melihat Vania berdiri didekat sofa, matanya menatap wajah Vania dengan seksama, gadis itu memang benar-benar mirip dengan Angel, pikirnya.

Julian melangkahkan lagi kakinya mendekati gadis itu.

"Kau sudah makan?"

"Su..sudah" Julian menganggukkan kepalanya

"Aku belum, bisa kau siapkan makanan untukku?"

"Ooh iya, tentu saja"

" Baguslah, aku akan kembali dalam waktu tiga puluh menit" Setelah Julian pergi dari hadapannya Vania bergegas menuju dapur, ia memasak sesuatu yang bisa ia temukan dari dalam kulkas.

Merasa bingung harus memasak makanan seperti apa untuk Julian,Vania memutuskan untuk memasak semua bahan-bahan itu

Selesai memasak Vania pun menyiapkan berbagai jenis masakan itu diatas meja makan. Berdiri disebelah meja makan menunggu Julian datang

Tidak memakan waktu lama bagi Vania untuk menunggu Julian tiba dengan keadaan bersih dan wangi setelah mandi

Pria itu menatap meja makan dengan alis terangkat keatas

"Apa kau memasak untuk 5 orang?"

"Aku, tidak tahu apa yang kau suka, jadi aku memasak semua yang ada"

" Persediaan itu untuk satu minggu, kau tidak akan mendapatkan bahan makanan lagi sampai Paman Norman datang kesini membawanya". Lanjut Julian kemudian duduk dikursi makan

" Sudahlah. Duduklah Vania" Vania duduk tepat diseberang Julian. Matanya menatap takut-takut kearah Julian, pria itu makan dalam diam, menyuapi semua makanan yang dimasak oleh Vania tanpa komentar apapun.

Diam-diam Vania merasa kecewa karena kebisuan itu, orang-orang selalu memujinya pintar memasak ketika mencicipi masakan yang ia buat, ini pertama kalinya ada seseorang yang mengacuhkannya begitu saja.

Selagi mengunyah Julian menyempatkan diri melirik Vania, matanya menyorot tajam mengawasi Vania, membuat gadis itu salah tingkah karenanya.

Julian memandangi wajah Vania lama, ia memang menangkap adanya kemiripan dengan Angel, senyum dan cara Vania menyibakkan rambut kebelakang telinga sama seperti Angel, mata dan bentuk bibirnya juga sama.

Bibir ranum berwarna merah meskipun tidak dipolesi oleh lipstik. Melihat itu Julian tahu, bibir itu belum pernah dicicipi sekali pun. Ibunya benar tentang Vania.

Selesai makan, Julian meletakkan sikunya diatas meja lalu menangkupkan dagunya dipunggung tangannya, menatap Vania dalam diam. Sesekali Vania menoleh kearah Julian, jantungnya berdegup kencang karena tatapan mata Julian.Perasaanya mengatakan Julian sedang mencari-cari kesalahan pada dirinya

"Vania"

"I..iya.. tuan?"

"Apa kau tahu apa yang akan terjadi padamu agar kau bisa hamil?" Vania menelan ludahnya dengan susah payah.

"Tentu, Paman Norman sudah menjelaskan sedikit"

"Lalu kenapa kau mau melakukannya?"

"Tidak masalah untukku tuan Granger"

"Tidak masalah meskipun kau masih perawan?" Vania memejamkan matanya, Julian tahu ia berbohong.

" Aku membutuhkan uang" jawab Vania jujur.

Julian menaikkan alisnya sebelah

"Begini, aku memberikan kau kesempatan untuk berfikir malam ini. jika kau ingin terus melakukan ini kau tetap tinggal, jika kau memutuskan untuk tidak melakukannya kau harus pergi besok pagi-pagi sekali sebelum aku menyadarinya" Vania mendongak terkejut, apa itu maksudnya Julian akan melepaskannya jika Vania tidak menginginkannya

"Tapi uangnya?"

"Kau harus mengembalikannya, aku tidak akan memberikan uangku secara Cuma-Cuma. Tentu saja aku menginginkan sesuatu jika aku harus mengeluarkan uangku" Julian berdiri lalu meninggalkan Vania seorang diri

"Kau punya waktu semalam untuk berfikir" Vania berdiam lama sambil menatap kosong kedepan, pilihan apa yang harus ia ambil? Tentu saja pergi dari sini bukan? Tapi, akan butuh waktu untuk mengembalikan uang itu, dimana ia harus mencari uang sebanyak itu ketika sekarang ia tidak memiliki pekerjaan sama sekali?

Vania menoleh kebelakang ketempat yang tadi dilewati oleh Julian.Apa dia harus melakukan ini semua?

🍀🍀🍀

Keesokan paginya Julian masih betah membaringkan dirinya diatas tempat tidur, pagi-pagi sekali ia sudah bangun dengan memasang pendengarannya setajam mungkin. Mencari-cari apakah gadis itu akan pergi atau tidak

Kepalanya tertoleh kearah pintu ketika mendengar suara pintu yang terbuka dan suara langkah kaki ringan seorang gadis berjalan melewati kamarnya.Julian mengerutkan keningnya...'Apa maksudnya ini' Batinnya

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

ya Vania tinggal untuk meneruskan niat gila mu untuk ibunya.. pengorbanan luar biasa..

2023-03-08

1

Ella Sikumbang

Ella Sikumbang

lanjut dooong

2022-10-15

1

Sur Anastasya

Sur Anastasya

lnjut🥰🥰🥰🥰🥰🥰

2022-07-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!