BAB 3

Julian sedang berdiri dibalik jendela kamarnya menatap sosok kecil wanita yang baru saja keluar dari rumahnya. Awalnya ia hampir saja menyerah menemukan wanita yang bersedia mengandung anaknya tapi ketika melihat gadis itu hatinya ditumbuhi oleh harapan, akhirnya ia akan memiliki seorang anak

Ini adalah ambisi teraneh yang akan dilakukan oleh orang, tapi tidak bagi Julian. Karena ia tahu ia tidak akan pernah lagi mencintai seorang wanita selain Angeline sania.

Ia menghabiskan seluruh cintanya untuk gadis itu sehingga tidak ada lagi yang tersisa untuk wanita lain. Melihatnya menikah dengan pria lain membuat hati Julian hancur, tapi tidak membuat cintanya pada wanita itu memudar.

Keinginan untuk memiliki anak ini tidak muncul tanpa alasan, ini semua bermula ketika ia tahu Angel melahirkan bayi perempuan

Membayangkan ada seorang anak yang mirip dengan Angel membuat Julian juga menginginkannya, menginginkan seseorang yang bisa membuatnya membagi cintanya, seseorang yang polos dan lugu seperti bayi

Lalu munculah ide itu, memiliki anaknya sendiri, Julian menyingkirkan ide untuk mengadopsi anak, ia menginginkan anaknya sendiri, darah dagingnya sendiri

Harapan itu sempat hilang karena berbagai macam orang yang mencalonkan diri. Tidak ada seorang pun yang memenuhi kriterianya sampai gadis itu datang. Vania Anastasha, Julian terkejut melihat gadis itu berdiri diruang tamunya tadi, wajahnya mengingatkannya pada satu-satunya cintanya

Vania memiliki wajah yang mirip dengan Angel, selain itu rasa dan bentuk tubuhnya pun mirip dengan Angel

Julian memejamkan matanya, tanpa memikirkan apapun lagi, ia langsung menerima gadis itu. Gadis yang berwajah mirip dengan Angel

Julian tersenyum membayangkan ia akan memiliki seorang anak perempuan yang berwajah mirip seperti Angel.

🍀🍀🍀

"Kau benar-benar diterima?" Mira menggelengkan kepalanya, sahabatnya benar-benar telah melakukannya.

" Dan kau benar-benar akan melakukan hal gila ini?"

" Apa lagi yang bisa kulakukan?" Vania menatap sendu pintu operasi yang saat ini sedang dihuni oleh Ibunya. Sudah hampir satu jam pintu itu tertutup. Mira menghembuskan nafasnya pasrah, tidak ada lagi yang bisa ia katakan untuk sahabatnya

" Semoga kau tidak terluka karena ini. Bukan hanya tubuhmu yang akan kau korbankan, tapi perasaanmu. Apa kau sanggup meninggalkan anak itu nantinya?. Aku benar-benar menghawatirkanmu"

"Entahlah Mir. Aku tidak tahu"

"Haah.. sudahlah, lalu apa yang akan terjadi? Bagaimana cara kerjanya?"

" Aku tidak tahu, dia bilang aku harus bersembunyi selama sembilan bulan, dan Mira.. aku ingin kau merahasiakan hal ini dari siapapun, termasuk dari Ibuku. Begitulah perjanjiannya, tidak boleh ada yang tahu"

"Okee.. lalu siapa yang akan memiliki bayi itu? apa sepasang suami istri yang ingin memiliki anak?. Bayi tabung?" Mira mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya penasaran

Vania tidak terpikir akan hal itu sebelumnya, apa Julian Granger memiliki istri? Mira pernah bilang, pria itu patah hati karena wanita yang ia cintai menikahi pria lain, apakah itu artinya Julian granger tidak menikah?. lalu, bagaimana caranya dia bisa hamil nantinya? Bayi tabung?. Tapi, kenapa Julian granger mempertanyakan keperawanannya?

"Aku tidak tahu, dan aku dilarang untuk memberitahumu, atau siapapun"

" Ck.."Mira berdecak pelan

"Jadi kau akan menghilang selama sembilan bulan?"

"Mungkin lebih, aku kan tidak tahu kapan hamilnya"

"Aah.. kau benar"Mira menganggukkan kepalanya

"Lalu apa yang akan kau katakan pada ibumu?"

"Aku akan bilang aku mendapatkan pekerjaan yang mengharuskanku keluar kota selama beberapa bulan. Karena itu akan membutuhkan bantuanmu lagi Mir.."

" Aku akan membantumu" jawab Mira cepat. Vania tertawa pelan

"Aku belum mengatakan apa yang kuminta"

" Tidak perlu, aku sudah tahu. Kau ingin aku menjaga Ibumu kan?"

"Iya kau benar" jawab Vania.Matanya menerawang jauh. Sedih membayangkan harus terpisah jauh dari Ibunya.

"Kau tidak dilarang untuk menelpon kami kan?" Mira memeluk Vania tiba-tiba.

"Tidak, aku akan sering menelpon kalian" jawab Vania, membalas pelukan Mira

"Terima kasih banyak Mir.. kau sahabat terbaikku"

🍀🍀🍀

Vania berdiri tegak diruang tamu dirumah besar milik Julian Granger itu sekali lagi, dengan tas yang berisi beberapa pakaian dan barang-barang penting miliknya berada disebelah kakinya

Ia menunggu dalam diam seseorang yang akan menyambutnya. Meskipun ia telah dipersilahkan masuk oleh penjaga gerbang, Vania tetap belum menemukan siapapun didalam rumah itu, termasuk pak Norman sendiri, pengurus rumah besar itu

Vania menoleh kearah tangga ketika mendengar suara langkah kaki, matanya melebar melihat sosok wanita anggun keibuan yang berparas cantik, wanita yang sudah berumur tetapi masih terlihat awet muda

"Kau menunggu siapa?" tanya wanita itu, suaranya yang mengalun lembut membuat Vania tersenyum

"Eehhm.. aku menunggu tuan Norman"

" Ada urusan apa dengan Norman?" Vania diam, apa yang harus ia katakan untuk menjawab wanita ini. Aku adalah wanita yang akan mengandung anak dari Julian granger selama sembilan bulan?

" Nona Vania, kau sudah datang" Vania menghembuskan nafasnya lega ketika mendengar suara Pak Norman masuk kedalam ruangan itu.Wanita dihadapan Vania menaikkan alisnya bingung.

"Siapa dia?"

"Dia wanita yang dicari oleh tuan muda, nyonya"

Wanita itu semakin menaikkan alisnya

" Kau bercanda, apa Julian benar-benar akan melakukannya?" lalu menoleh kepada Vania

" Dan gadis ini bersedia melakukannya? Ia terlihat masih sangat muda"

" Sebenarnya bulan depan usiaku 24 tahun" Vania menyahuti wanita itu

" Tetap saja kau masih sangat muda sayang, apa kau pernah menikah? Apa kau masih perawan?" Vania menelan salivanya pelan, kenapa wanita ini mempertanyakan keperawananya juga

" Kau masih perawan" tuduh wanita itu

"Tidak" jawab Vania cepat

"Ya, aku bisa melihat dari matamu. Aku tidak akan mengizinkan Julian melakukan ini. Merusak seorang gadis muda hanya untuk memenuhi obsesinya pada wanita yang sama sekali tidak memikirkannya"

" Nyonya" panggil Vania menghentikan wanita itu yang hendak beranjak pergi.

"Kumohon, aku bisa melakukanya dan dengan kesadaran penuh bersedia melakukannya" Vania tidak tahu siapa wanita ini, tapi ia harus memohon padanya, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika semua ini batal, karena Vania tidak akan sanggup mengembalikan uang yang sudah ia pakai untuk biaya operasi Ibunya

Wanita itu memandang sedih Vania, ia tahu gadis itu adalah gadis yang baik dan sopan. Akan ada korban dari semua ini nantinya, yang pastinya membawa perasaan gadis ini

" Ya Tuhan, sayang kau sudah gila.. putraku sudah gila. Dan kau juga sudah gila karena mematuhi semua perintahnya" wanita itu menunjuk tajam kepada Norman

Satu-satunya Pria yang patuh dan setia kepada Julian sejak Julian masih kecil hingga tumbuh besar menjadi Pria yang berhati dingin

" Lama-lama aku juga bisa gila" Wanita itu pergi meninggalkan ruangan itu dengan omelan yang panjang disetiap lorong rumah. Vania menatap bingung wanita itu lalu menoleh kearah pak Norman

"Nyonya Granger memang seperti itu. Ia menyayangi tuan muda sekaligus takut padanya. Mari Nona. kita akan pergi"

Vania mengambil tasnya dan membawanya bersamanya, bukan masuk kedalam rumah tersebut tetapi keluar dari rumah itu

"Kita akan kemana tuan?"

"Kita akan ke rumah yang letaknya jauh dari keramaian. Dan panggil saja aku Paman"

"Iya paman. Apa aku akan tinggal disana?"

"Ooh ya, berdasarkan perintah dari tuan muda, kau akan tinggal disana sebelum dan selama masa kehamilanmu nanti. Kau dilarang untuk keluar dari rumah itu selangkah pun, ini dilakukan untuk kerahasiaan bayi itu"

"Aku mengerti" jawab Vania patuh

" Bagaimana kabar ibumu?"

"Iya... Beliau sudah membaik, dan kemarin sudah pulang kerumah"

" Apa ada yang menjaganya?"

"Yaa.. temanku yang menjaganya" pak Norman tersenyum

"Baguslah.." Vania tersenyum kepada pak Norman

" Terima kasih atas perhatiannya paman" Pak Norman membalas senyum Vania dengan sukarela, ia menyukai gadis ini. pikirnya

"Tidak perlu sungkan" Bersama dengan Pak Norman, Vania dibawa kesebuah rumah yang jauh dari keramaian.

Rumah itu terletak didaerah pegunungan, terlihat sangat besar dan nyaman karena udara segar yang keluarkan dari pepohonan yang mengitari rumah itu. Pak Norman benar-benar serius ketika mengatakan rumah itu jauh dari keramaian, karena Vania sedikitpun tidak melihat adanya rumah disekitar rumah besar itu.

"Kenapa rasanya aku sedang berada dirumah seorang simpanan?" guman Vania ketika memasuki rumah itu

Pak Norman yang mendengar gumaman itu tersenyum

"Ini rumah peristirahatan milik keluarga Granger. Tuan besar dan nyonya besar bersama tuan muda sering menghabiskan waktu ditempat ini ketika liburan. Rumah ini jarang didatangi lagi ketika tuan besar meninggal"

" Beruntungnya aku bisa tinggal disini" seru Vania kagum

Pak Norman lagi-lagi tersenyum, ia benar-benar jadi menyukai gadis ini setelah beberapa jam bersama, Vania ramah dan mudah tersenyum, Vania juga selalu mengucapkan kata-kata yang sopan dan menghibur. Sulit untuk tidak menyukainya

Diam-diam Pak Norman berharap, mungkinkah Julian akan merasakan hal yang sama sepertinya?, menyukai gadis ini lalu melupakan wanita yang jelas-jelas tidak mencintainya serta melupakan ide konyol ini

"Aku akan meninggalkanmu disini"

"Apa..? sendirian?"

" Yaa.., tuan muda akan datang kesini"

" Oh…?" rona merah merayapi wajah Vania

"Kapan?"

"Aku tidak tahu pasti. Semua yang kau butuhkan ada disini, aku akan sering kesini membawa bahan-bahan makanan, tentunya kau harus memasak untukmu sendiri"

" Aku mengerti"

"Kalau begitu, aku permisi"

" Aah.. paman" panggil Vania, menghentikan gerakan Pak Norman yang hendak beranjak dari sana

" Aku penasaran bagaimana caranya nanti aku bisa hamil?" Pak Norman menaikkan alisnya tidak mengerti

"Maksudku, apa dengan cara seperti bayi tabung? Inseminasi buatan?"

Pak Norman tersenyum memaklumi, jadi gadis ini sedikit khawatir, pikirnya

"Tuan muda tidak akan melakukanya setengah-setengah Nona. Bayi tabung sangat beresiko, orang-orang bisa menyebarkan berita ini kapan saja"

"Jadi maksudnya?" suara Vania tercekat ditenggorokanya, jadi mereka harus melakukan hubungan *3**?. Vania menelan salivanya pelan

"Apa yang kau cemaskan? Itu bukan kali pertama kau melakukannya kan?" Vania tersentak kemudian tertawa canggung dengan wajah memerah

"Ya tentu saja paman" Vania memperhatikan laju mobil Pak Norman yang menjauh, ia kembali kedalam kamar yang ditemukannya disalah satu kamar-kamar yang ada disana. Kamar itu cukup besar dan nyaman, dengan pemandangan indah terpampang luas dibalik jendela kamarnya

Vania masih menghawatir apa yang akan terjadi padanya. Ia pikir, Julian granger akan memintanya mengandung dengan cara inseminasi buatan, tetapi yang akan terjadi bukan itu. itu artinya Vania harus melepaskan keperawanannya terlebih dahulu

Apa yang harus Vania lakukan?, jika Julian tahu ia masih perawan. Vania yakin pria itu akan marah, sangat marah. Lalu apa?, menuntutnya karena telah berbohong?

" Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?"

Terpopuler

Comments

Siti Orange

Siti Orange

Jangan Takut Vania Dgn Kamu Masih Perawan Tuan Julian Malah Jatuh Cinta

2023-01-15

1

Alea Wahyudi

Alea Wahyudi

tenang saja Vania kau pasti akan membuat Julian betah dan ingin memilikimu....

2022-10-17

1

Ella Sikumbang

Ella Sikumbang

hahhaha

2022-10-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!