Kehidupan Bu Arum dan Malika di tempat tinggalnya memang masih selaras,dimana warga sekitar saling memperhatikan satu sama lain,mereka sering tolong menolong,tapi bahkan saling iri satu sama lain,
Status Bu Arum yang seorang janda beranak satu tak lepas dari nyinyiran tetangga yang iri dengannya,padahal Bu Arum merasa tidak mempunyai kelebihan untuk dia banggakan sehingga membuat iri yang lain,
Bu Arum hanyalah seorang janda yang berprofesi sebagai penjahit baju demi menyambung hidup dan membiayai anaknya yaitu Malika,
Sejak ditinggal meninggal oleh suaminya (pak Hendra)
Bu Arum semakin mandiri membangun usaha konveksi nya,sehingga bisa maju sampai sekarang,
Bu Arum mempunyai 10 karyawan yang harus dia gajih setiap Minggu nya,
Sebenarnya dari hasil usahanya itu,Bu Arum tidak terlalu banyak mendapat untung,tapi bagi Bu Arum,bisa menghidupi dirinya,anaknya dan seluruh karyawan nya sudah lebih dari cukup,
Bahkan tak jarang demi menutup kekurangan gaji karyawannya,Bu Arum selalu menerima jahit perorangan,dan sudah banyak pelanggan yang memakai jasa jahitnya Bu Arum,sesekali Malika pun membantu ibunya sebisa Malika,
Keinginan Bu Arum yang paling besar adalah melihat Malika berhasil menjadi orang yang sukses,Bu Arum rela bekerja siang malam demi menghidupi dan membiayai sekolah Malika demi tercapainya cita-cita Malika,
Namun seketika harapan itu sedikit memudar karena nyinyiran tetangga tentang hubungan Malika dengan Nico yang memang sudah terlalu dekat,keduanya sudah saling mengenal keluarga masing-masing,ditambah Nico yang selalu sering datang kerumahnya membuat semua tetangga disana semakin menyindir Bu arum,
Namun Bu Arum tidak serta Merta menceritakan semuanya pada Malika,dia percaya Malika tidak akan berbuat apapun dibatas norma yang dia anut nya,
"Bu,kenapa kau diam"
Tanya Malika coba bertanya kembali tentang keadaan ibunya,
"Mm ibu tidak apa-apa nak,kita turun di depan ya"
Jawab Bu Arum masih menyembunyikan kesedihannya akan sindiran tetangganya,
Merekapun tiba di depan pemakaman ayahnya Malika,
Dengan senyum bangga Malika memperlihatkan medali dan toga nya di depan makam ayahnya,
"Ayah coba lihatlah ini,pasti ayah sangat bangga kepadaku,karena aku telah berhasil lulus dengan nilai yang sangat bagus,lihatlah ayah"
Ucap Malika menyimpan medalinya diatas makam ayahnya,
Bu Arum yang melihat tingkah Malika merasa sedih,
"Andai kamu masih ada mas"
Ucap hati Bu Arum lirih,
Bu Arum kemudian menaburkan bunga yang sudah dia siapkan,begitupun dengan Malika,
Setelah selesai berdoa keduanya pamit pulang,
"Kami pamit mas, assalamualaikum"
Salam Bu ayu pada pusara suaminya,
Merekapun kembali ke rumah,sesampainya di rumah bu Arum meminta Malika untuk menemuinya di kamar setelah mandi,
"Nak,mandilah bersihkan dirimu,nanti setelah itu,temui ibu di kamar ya,ada yang ingin ibu bicarakan kepadamu"
Ucap Bu Arum pada Malika,
"Baiklah Bu,"
Malika pun pergi ke kamarnya untuk membersihkan dirinya dari semua kotoran dan keringat yang menempel di tubuh dan bajunya,
"Hah...segar rasanya"
Malika membilas rambutnya dengan handuk kecil pemberian Nico,
Diapun teringat akan kekasihnya itu,Malika pun menelpon Nico,namun panggilannya tidak dia angkat,
Malika bertanya-tanya kenapa Nico tidak mengangkat telponnya,apa dia marah dengan nya karena sikap ibunya tadi yang dingin,
"Biar aku chat saja dulu,sekarang aku akan menemui ibu"
Ucap Malika menyimpan ponselnya,
Malika pun pergi ke kamar ibunya,disana Bu Arum terlihat sedang membereskan tempat tidurnya,
"Apa yang ingin ibu bicarakan "
Tanya Malika kepada ibunya,
"Yang sopan loh kalau masuk kamar orang,baca salam dulu,ketuk pintu dulu,loh kamu kok begitu "
Ucap Bu Arum pada Malika tidak suka dengan sikap nya yang nyelonong,
"Maafkan Malika Bu"
Malika meminta maaf dengan tersenyum pada ibunya,
Bu Arum pun mengusap kepala Malika,
"Kamu ini,duduklah disini,ada hadiah untukmu dari ibu"
Bu Arum meminta Malika untuk duduk dekat dirinya,
Dan meminta Malika untuk menutup matanya,
Bu Arum pun mengeluarkan sebuah kalung emas putih berinisial M dan memakaikan nya di leher Malika,
Kalung yang sangat indah apalagi Malika yang pakai,sesuai selera yang dia inginkan,
Malika pun membuka mata dan merasa bahagia dengan hadiah yang ibunya berikan,
"Kalungnya sangat bagus Bu,Malika sangat suka"
Ucap Malika bahagia,
"Ibu ingin kamu selalu memakainya nak,kalung itu sangat pas untuk kamu,kamu semakin terlihat sangat cantik"
Bu Arum memuji kecantikan Malika,
Malika pun bertanya kepada ibunya,darimana ibunya bisa membeli kalung yang selama ini dia inginkan,harga nya lumayan agak mahal bagi dirinya,
Bu Arum pun menyuruh Malika untuk tidak memikirkan semua itu,yang terpenting sekarang ibu sudah membelikannya untuk Malika,
merekapun saling tersenyum,Malika pun bertanya pada ibunya hal apa yang ingin dia bicarakan tadi,
Bu Arum pun menghela nafasnya dalam-dalam,
"Nak,mungkin ini permintaan ibu yang serius,tapi entahlah kamu bisa mengabulkan permintaan ibu atau tidak"
Ucap Bu Arum membuat Malika penasaran,apa sebenarnya permintaan Bu Arum,
"Semua keinginan ibu pasti akan Malika kabulkan"
Jawab Malika dengan sangat enteng,
"Seberapa besar cintamu kepada ibu"
Tanya Bu Arum,
Malika heran mengapa ibunya bertanya seperti itu,
"Cinta Malika kepada ibu tidak bisa terukur besarnya seperti apa,cinta Malika kepada ibu sama besarnya dengan cinta ibu kepada Malika,tiada akhir,tiada batas"
Jawab Malika,
"Ibu jangan bertanya seperti itu,Malika jadi sedih,ibu seakan ingin meninggalkan Malika saja,jangan bertanya lagi seperti itu ya Bu?"
Lanjut Malika,
"jika kau lebih cinta dengan ibumu,ibu ingin kamu meninggalkan Nico"
Malika sangat terkejut dengan semua yang ibunya ucapkan,kenapa ibunya ingin dia meninggalkan Nico,apa salah Nico kepadanya,Malika bingung harus berbuat dan menjawab apa pada ibunya,
Malika juga sangat mencintai Nico,
"Kenapa ibu ingin aku meninggalkan Nico,apa yang dia lakukan kepada ibu?"
Tanya Malika serius,
"Ibu hanya ingin yang terbaik untuk masa depanmu nak,jika kau tidak menuruti permintaan ibu,tidak apa-apa,ibumu memang tidak berarti bagi dirimu,kembalilah ke kamarmu,istirahatlah,kau sudah lelah seharian ini"
Jawab Bu Arum menyuruh Malika untuk kembali ke kamarnya dan istirahat,
Tanpa sepatah katapun Malika akhirnya kembali ke kamarnya dengan penuh kesedihan,langkahnya terasa berat menuju peristirahatan,
"Mengapa ibu ingin aku meninggalkan Nico,apa salahnya,apa yang harus aku lakukan?"
Semua pertanyaan itu mengelilingi pikiran Malika,
Saat Malika membuka ponsel,terlihat ada 2 panggilan tak terjawab dari Nico dan chat darinya,
Isi chat nya Nico mengajak Malika untuk dinner bareng disebuah cafe dekat bengkel tempat kerja Nico,
Malika bingung harus menjawab apa,haruskan dia temui Nico,haruskan dia memutuskan hubungannya dengan Nico?
"Apa yang harus aku lakukan,aku sangat menyayangi keduanya"
Malika menangis dengan memeluk boneka pemberiannya Nico,
Malika sangat bingung sekali harus berbuat apa dan memilih siapa,
Sebuah cermin yang mengarah kepadanya memantulkan sinar cahaya dari kalung yang ibunya berikan,
Malika pun berdiri di depan cermin,
Dia melihat dirinya sangat cantik dengan kalung yang ibunya berikan,
"Apa mungkin ini pertanda bahwa aku memang harus meninggalkan Nico,tapi alasan apa yang harus aku katakan padanya"
Air matanya kembali menetes
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Lina aja
lanjut n semangat thor
2023-06-26
2
azzura zahira
semangat bu arum
2022-10-11
0