04 : Nirmala Bukan Setan

...Bahagia itu sederhana. Cukup liat kamu bahagia. Dewa Adrian ~...

...*****...

Awalnya, Dewa merasa sikap Mala terlalu kekanak-kanakan. Bahkan dulu pertama kali Dewa mengenal Mala, gadis itu agak menyusahkan. Selalu datang, menganggu setiap aktifitas Dewa. Sampai suatu hari, Mala sakit, dia tidak lagi menganggu Dewa.

Mala yang ternyata sakit typus itu hanya berdiam diri di sebuah kamar rumah sakit. Saat itu Dewa merasa ada yang kurang dari kesehariannya.

Harinya mungkin damai, tapi ia merasa ada yang berbeda. Kehadiran Mala ternyata berdampak besar buat Dewa. Mala yang sangat riang, lucu, menyenangkan. Meksipun terkadang agak merepotkan, tapi nyatanya Dewa menikmati saat-saat Mala membuatnya repot sekalipun.

..."Kakak nggak akan tinggalin Mala, Kakak mau selalu ada Mala di keseharian Kakak." Dewa ~...

...*****...

Mala dan Dewa sudah diperjalanan menuju bioskop. Beberapa saat yang lalu Dewa ditertawakan oleh temannya, karena mengenakan jaket couple berwarna merah muda. Tentu saja, itu semua ulah Mala yang mempostingnya di sosial medianya. Teman-teman dekat Dewa pun akhirnya heboh melihat postingan tersebut.

"Kak, kenapa sih? Kok murung terus?" tanya Mala sambil mengerucutkan bibir. "Nggak suka ya pake jaket couple dari aku?"

"Enggak kok, Sayang. Kakak suka, cuma warnanya aja yang Kakak nggak suka. Ini kesannya kayak Kakak itu cantik, nggak ganteng." Dewa tersenyum dengan penuh paksaan dalam dirinya. Tidak ingin melihat Mala kecewa, tapi juga dia tidak tahan mengenakannya.

"Hm, yaudah lepas aja. Mala juga lepas deh." Gadis itu cemberut tapi langsung melepas jaketnya.

"Mala marah ya?" tanya Dewa sambil mengusap rambut gadis kecilnya.

"Enggak. Cuma sedih aja, aku kira Kakak suka."

"Kakak suka kok, semua yang dari Mala, pasti Kakak suka." Dewa tersenyum lalu menghentikan mobilnya. "Pakai lagi Sayang, jangan dilepas. Kakak suka kok." Lagi-lagi Dewa merasa tidak kuat melihat kesedihan dari mata Mala-nya.

"Beneran? Kakak nggak terpaksa?"

Tentu saja masih karena terpaksa. Tapi seenggaknya itu bikin Mala bahagia.

"Bahagia itu sederhana, bisa lihat kamu bahagia, dan itu karena aku." Dewa berkomentar.

Mala tersenyum. "Manis banget, makasih ya Kak. Percaya sama Mala, sekarang kegantengan Kakak bertambah dua kali lipat loh."

"Masa sih?" Dewa mengacak rambut Mala setelah itu kembali melajukan mobilnya.

Keduanya pergi ke bioskop untuk menonton film. Di sana semua orang seperti memperhatikan Mala dan Dewa yang amat mencolok. Tapi, itu sudah terbiasa dirasakan Dewa, karena Mala bukan pertama kalinya meminta Dewa mengenakan pakaian pasangan seperti sekarang ini.

Malu? Pasti. Tapi, waktu Dewa lihat senyuman Mala, rasanya malu itu nggak ada artinya buat Dewa.

Setelah menonton film, Dewa mengajak Mala ke tempat tongkrongan teman-temannya. Mala awalnya curiga, kenapa Dewa malah mengajaknya kesana.

"Kak, di sana ada ceweknya ya?"

Dewa menggeleng. "Nggak ada, Sayang. Cuma ada Dika dan Zaki aja."

"Kak Zaki? Ih, Mala nggak mau ketemu Kak Zaki, dia genit." Mala menggelengkan kepala.

"Kalau nanti Zaki genitin Mala, biar Kakak yang hajar dia, oke?"

Mala menyengir. "Oke deh. Tapi nanti malam Mala mau nginep di kamar Kakak ya."

"Mau ngapain?" Dewa kaget dan langsung menggeleng. "Nggak boleh, Mala. Kan udah Kakak jelasin berulang kali," terang Dewa.

"Barusan Om Max dan Tante Nayra kirim chat ke HP Mala. Katanya mereka ada urusan dan harus nginep gitu. Mereka hubungin Kakak tapi nggak ada jawaban, nih baca aja chat nya." Mala memberikan ponselnya pada Dewa. Benar saja, orang tuanya berkata demikian.

Jika kita takut mengambil peluang, kesempatan akan terbuang. Jika kita berani mengambil kesempatan, peluang akan terwujudkan.

Kata-kata itu pas sekali dengan keadaan sekarang.

Dewa merasa ini adalah kesempatan yang luar biasa. Kapan lagi bisa leluasa berduaan dengan gadisnya. Tapi, setan pasti akan terus menggodanya, dia sendiri sangat sayang dengan Mala, tidak ingin hawa nafsunya merusak gadis yang tidak berdosa itu.

"Kakak, kok malah bengong?" tegur Mala mengagetkan lamunan Dewa.

"Ah, maafin Kakak, ya udah kalau gitu Mala boleh nginep." Senyuman Dewa dibalas senyuman serupa oleh Mala.

"Seneng banget, akhirnya bisa berduaan dengan Kakak."

"Kakak juga seneng. Kita jalan sekarang ya. Jadi kan main ke tongkrongan Kakak?"

Mala malah menguap berulangkali. "Tapi Mala ngantuk, Kak."

"Mala mau pulang aja?"

Mala mengangguk. "Boleh nggak?"

Akhirnya Dewa mengikuti keinginan Mala, meskipun dia sudah janji dengan temannya tadi. "Ya udah, nanti Kakak bilang temen-temen dulu, deh."

Mala dan Dewa akhirnya pulang ke rumah Dewa. Saat itu Dewa langsung mengajak Mala masuk ke kamarnya. "Kalau ngantuk, Mala bobo ya. Kakak mau mandi dulu nih, gerah."

"Mala juga mau mandi," kata Mala sambil senyum tipis. "Gantian maksudnya," tambahnya cemas kalau Dewa salah paham.

"Kirain," sahut Dewa sambil mengusap puncak kepala Mala.

"Kirain apa? Kakak mesum nih." Mala memajukan bibirnya.

"Lagian Mala yang bikin Kakak jadi mesum," komen Dewa.

"Ih mana ada. Ya udah sana mandi, bau ih." Mala menutup hidungnya. Dewa hanya terkekeh saja. "Iya, Kakak mandi dulu."

Mala membuka ponselnya. Sebuah pesan baru saja masuk ke aplikasi chat miliknya. Rupanya Ayah dan bundanya lagi-lagi tidak pulang. Entahlah, semenjak kepergian Jesslyn, kakak kandung Mala, kedua orang tua Mala jadi sering sekali bekerja keluar kota meninggalkan Mala sendirian.

Jesslyn Lesmana adalah gadis yang berprestasi. Berbeda dengan Mala yang tidak suka pelajaran matematika, Jesslyn justru sangat pandai dalam mata pelajaran apapun. Kedua orang tuanya selalu membanggakan Jesslyn, termasuk Mala yang sangat sayang pada kakaknya itu.

Namun, akhir-akhir ini Mala merasa kesepian jika sendirian di rumah. Karena itulah, Mala lebih memilih berada di dekat Dewa, hanya saat bersama Dewa lah Mala merasa terhibur.

"Mala, kamu mau mandi? Kakak udah selesai." Dewa keluar dengan keadaan bertelanjang dada. Sontak Mala langsung menutupi wajahnya. "Ih Kakak porno nih. Pake baju ih." Mala menggelengkan kepalanya, baru kali ini Dewa bertelanjang dada di depannya.

"Dih kan cuma nggak pake baju, kalau Kakak nggak pake celana juga baru itu namanya porno Sayang."

"Tetep aja malu ih. Ya udah, Mala mau mandi aja," jawab Mala yang langsung berlarian masuk ke dalam kamar mandi Dewa.

Dewa hanya terkekeh sambil mengenakan kaos santainya. Lalu ia mengambil sebuah kemeja miliknya yang berbahan tipis dan dingin saat dikenakan. Tentu saja itu untuk Mala, karena Mala tidak membawa pakaian ganti.

"Mala, ini bajunya Kakak taruh di depan pintu ya, di atas meja."

"Iya, Kak."

Dewa keluar kamar untuk mengambil beberapa cemilan dan juga minuman dingin. Kalau dipikir-pikir, Mala seringkali ditinggal oleh orang tuanya, seperti sekarang ini. Alasan Dewa memperbolehkan Mala tidur di rumahnya, juga karena orang tua Mala yang sering dinas ke luar kota.

"Kasian Mala, dia pasti kesepian. Kamu cepetan gede ya Mala, biar Kakak bisa jagain kamu setiap waktu, halal pula. Kalau gini, mana enak ya kan, mau ini itu takut dosa. Tapi kalau di anggurin sayang juga," gumamnya sambil mengambil beberapa makanan ringan dari dalam kulkas.

Mala mengambil kemeja yang disediakan Dewa, lalu ia mengenakan kemeja tersebut. Agak kebesaran, tapi nyaman saat dikenakan. Yang terpenting lagi kemeja itu milik Dewa, sudah pasti Mala merasa senang.

Saat itu Mala duduk di tepi ranjang milik Dewa. Semenit kemudian pintu kamar terbuka.

"Kakak," panggil Mala sambil tersenyum dengan manisnya. Seketika makanan yang ada ditangan Dewa pun jatuh berserakan, itu semua karena Dewa kaget melihat penampilan Mala sekarang.

Kemeja kebesaran, short pants dan juga tatanan rambut yang dibiarkan tergerai membuat Mala terlihat sangat seksi dan juga mempesona, untuk ukuran anak seusia Mala itu terbilang sangat menggoda iman lelaki yang menatapnya. Dewa merinding, ia tidak tahu setelah ini akan dapat menahan dirinya atau tidak.

"Ya ampun, Kak. Kok pada jatuh semua, sini biar Mala bantuin." Mala mengambil makanan ringan yang berserakan di lantai, saat itu Dewa kembali meneguk saliva, pakaian dalam Mala agak terlihat karena kemeja yang dikenakan Mala sedikit tipis.

"Udah biar Kakak aja Sayang." Dewa mengambil cepat makanan-makanan tersebut.

"Mala duduk aja ya, apa udah mau bobo? Atau mau ngobrol dulu?"

Mala menimbang sebentar, lalu mengangkat jari telunjuknya. "Mala mau ngobrol dulu deh, terus mau berduaan dengan Kakak."

Dewa meneguk ludah lagi. Berduaan katanya? Mampus lo Dewa!

"Ini kita kan memang udah berduaan Sayang, nggak ada siapa-siapa juga." Dewa duduk di sisi Mala, gadis itu langsung menyenderkan kepalanya ke bahu Dewa.

"Mala kangen ayah bunda, Kak."

Rupanya Mala sedang bersedih, pantas saja sejak tadi Mala terlihat sering murung. "Mala lagi sedih ya? Sabar ya, ayah dan bunda kan lagi kerja."

Mala mengangguk. "Apa karena Mala nggak berguna ya, Mala ini bukan anak yang membanggakan."

"Kok Mala ngomongnya gitu? Kata siapa nggak membanggakan, Mala jago bahasa inggris, Mala juga jago ngedance dan nyanyi, itu membanggakan loh."

Mala tersenyum pahit. "Tapi Mala nggak bisa matematika, bunda selalu bilang kalau kak Jesslyn anak yang paling membanggakan Mama. Mala juga pengen jadi kayak kak Jesslyn, pinter dalam pelajaran apapun."

Dewa mengerti keresahan Mala, intinya gadis itu hanya sedang rindu dengan ayah dan bundanya saja.

"Mala nggak boleh gitu ya. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Yang terpenting Mala harus bersyukur, karena apapun yang diberikan Tuhan pasti sudah sesuai porsi kesanggupannya. Mala paham kan?"

Senyuman terlukis manis di bibir Mala, lalu gadis itu pun mengangguk. "Kakak bener. Karena itu Mala seneng deket Kakak. Janji ya, jangan tinggalin Mala."

"Iya, buat apa juga Kakak tinggalin Mala sih."

Mendengar hal itu Mala langsung memeluk Dewa. "Love you, Kak."

Dewa tersenyum lalu mengecup pipi Mala. "Love you too Sayang."

Keduanya saling menatap, tapi Dewa segera mengalihkan pandangannya. Bisa bahaya kalau terus saling menatap seperti itu, batinnya.

"Hm, gimana kalau kita main PS aja, mau nggak?"

Mala mengangguk cepat. "Mau! Pasti Kakak bakalan kalah deh sama Mala."

"Oh ya? Kalau Kakak menang, Mala harus kasih hadiah Kakak ya?"

"Oke. Siapa takut!"

Mereka pun akhirnya main PlayStation yang ada di kamar Dewa. Daripada dia berpikir mesum terhadap gadisnya terus, Dewa memilih mengalihkan pikiran kotornya.

Cukup lama keduanya bermain PlayStation. Mala sudah dua kali kalah dari Dewa.

"Ih Kakak kok menang terus sih!"

"Yeyeye! Hadiah Kakak mana?"

Mala mencebikkan bibir. "Nggak mau, Kakak pasti curang nih!"

"Curang gimana ih? Tadi kan Mala liat sendiri kalau Kakak menang telak!"

"Nggak! Kakak pasti curang, coba lihat deh stick PS punya Kakak, pasti beda."

Mala hendak merebut stick PS milik Dewa, tapi Dewa mencegahnya, keduanya pun saling kejar-kejaran, sampai Mala tersandung dan jatuh tepat di atas tubuh Dewa.

Degh.

Suara jantung keduanya saling bersahut. Suasana hening saat mereka melempar tatapan. Mala enggan beranjak dari posisinya, tapi Dewa berinisiatif untuk bangun duluan.

"Mala nggak apa-apa kan?" tanya Dewa sambil menyentuh kedua pipi Mala.

Gadis itu hanya menggeleng dengan pipi yang merona.

Saat itu Dewa kembali terpaku dengan Mala di depannya. Rambut Mala yang agak acak-acakan, juga bibir tipis Mala yang sedang di gigit oleh Mala membuat pikirannya kembali liar, hal normal yang dirasakan pria.

Tangan Dewa reflek menjatuhkan tubuh Mala hingga saat ini Mala tepat berada di bawahnya. Mereka masih saling menatap, pipi Mala terasa panas dan dia hanya diam saja tak bergerak sedikitpun. Perlahan Dewa mendekati wajah Mala. Bibirnya pun menyentuh bibir Mala yang terasa lembut bagaikan candu. Mala melingkarkan tangannya ke leher Dewa dan menariknya sehingga ciuman itu semakin mendalam.

Tangan Dewa bergerak, dan mulai melepas satu persatu kancing baju Mala. Gadis itu tersentak, tapi tidak melepaskan pagutan keduanya. Tak terduga, Dewa menurunkan ciumannya ke leher Mala, memberikan gigitan kecil dan beberapa kiss mark di sana. Mala kaget, tapi juga menikmati itu.

"Kakak." Saat itu entah kenapa Mala ketakutan. Wajah Dewa yang menggelap diselimuti gairah membuat Mala bergidik.

"Sayang, kenapa?"

Mala menggeleng. "Mala sayang Kakak."

Dewa mengecup lagi bibir Mala, kali ini dengan lebih menggebu dari sebelumnya. Mala melenguh saat Dewa mulai memainkan lidahnya, itu adalah ciuman yang diselimuti nafsu, sehingga Mala agak tersentak juga.

"Kakak." Kali ini Mala menangis. Air matanya jatuh membasahi pipinya yang memanas dan merah karena malu.

Dewa yang melihat hal itu segera menegakkan tubuhnya dan menjauhi Mala. "Maafin Kakak ya," ucapnya menyesal. Lagi-lagi kejadian bulan lalu pun terulang. Mala menangis karena takut dengan sisi buas Dewa yang tampak jelas sangat dominan.

"Bukan salah Kakak. Jangan minta maaf," ucap Mala sambil menghapus air matanya. "Mala cuman..."

Dewa mengancingkan lagi kemeja Mala dan segera menyelimuti tubuh Mala. "Kamu bobo ya, Kakak harus ke kamar mandi dulu."

Mala hanya mengangguk. "Kakak..."

Dewa segera pergi menjauh sebelum semuanya terlanjur. "Brengsek lo Dewa!"

"Kak Dewa? Siapa yang brengsek, Kak?" kata Mala yang ternyata menguping di depan pintu kamar mandi.

"Enggak. Mala jangan nguping nggak boleh!"

"Kak Dewa jangan marah-marah di kamar mandi, Kak. Kata Bunda nanti ada setan loh!"

"Mala... Kamu itu setan yang luar biasa bagi Kakak tau! Tahan, Dewa... Tahan... Nirmala bukan setan, dia malaikat!"

...❤️❤️❤️❤️❤️❤️...

...Jangan berduaan apalagi di kamar. Bahaya. Ingat itu Dewa :'(...

...Ditunggu vote dan komentarnya....

Terpopuler

Comments

NR

NR

malaikat gak tuh 🤣🤣🤣🤣ngakak

2022-07-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!