Pernikahan telah selesai dua jam yang lalu. Madam Yuri dan asistennya sudah pulang ke tempatnya, begitu juga Pengacara dan Penghulu.
Sagara sibuk dengan ponselnya dan mrngirimkan foto pernikahannya pada keluarganya yang berada di negara lain.
Obeng dan Palu seperti biasa berjaga di rumah yang baru saja Sagara sewa dua minggu yang lalu. Sementara Hana duduk termenung di kamarnya sendirian.
Waktu terus berjalan, hari berganti senja. Sagara beranjak dari ruangannya dan menemui Hana di kamarnya. Pintu terbuka lebar, ia melihat Hana duduk menghadap jendela dengan tatapan kosong.
"Hana." Panggil Sagara.
Namun Hana tetap diam tak bergeming, menoleh pun tidak.
"Hana!" Panggilnya lagi dengan nada tinggi.
Namun Hana tetap dalam posisi yang sama. Sagara menghampirinya dengan raut wajah kesal. Menarik bahu Hana supaya menghadapnya.
Tetapi apa yang terjadi selanjutnya. Tiba tiba Hana memeluknya dan menangis.
Sagara diam tak bicara membiarkan Hana menangis tanpa sedikitpun ada niat untuk membalas pelukannya.
"Kau lapar, atau ingin pulang?" Tanya Sagara.
Hana berhenti menangis seketika, melepas pelukannya lalu berdiri. Sagara hanya diam memperhatikan sikap Hana yang berjalan mondar mandir seperti orang kebingungan.
"Ada apa dengan gadis ini, cantik tapi sepertinya..?" Batin Sagara.
Sagara bergegas keluar dari kamar menemui Palu dan Obeng dan bertanya mengenai Hana.
"Maafkan kami tuan, sepertinya non Hana hilang ingatan atau...?" Palu berhenti bicara lalu menundukkan kepalanya.
"Maksudmu, gila," tanya Sagara.
Obeng dan Palu saling menatap sesaat lalu menggelengkan kepalanya.
"Mungkin tuan, tapi kami belum tahu pasti. Kalau memang non Hana gila, pasti tidak mengingat namanya." Jelas Obeng.
"Maafkan kami tuan, kami tidak tahu harus mencari gadis kemana lagi. Tidak ada yang mau memberikan anak gadisnya meski kami hendak membayarnya dengan mahal." Ujar Palu.
Sagara terdiam, apa yang di katakan dua anak buahnya memang benar.
"Sudahlah aku tidak perduli, yang penting aku harus mendapatkan anak." Kata Sagara.
"Panggil Dokter!" Perintah Sagara.
"Baik tuan!" Sahut mereka serempak.
Setelah bicara seperti itu, Sagara kembali ke kamarnya menemui Hana. Sementara Obeng dan Palu akhirnya bisa bernapas lega. Sagara tidak memarahi mereka berdua.
Di kamar.
Sagara mendekati Hana dengan hati hati, lalu mengangkat tubuhnya dan membaringkannya di atas tempat tidur.
"Gadis yang cantik, masih sangat muda. Aku harap, tidak ada masalah dengan kesehatannya." Gumam Sagara.
Hana yang di perhatikan oleh Sagara tiba tiba tersenyum lalu menarik tangan Sagara.
"Takut...temani tidur.." rengeknya seperti anak kecil.
Sagara menepis tangan Hana, namun Hana menarik tangan Sagara lagi sambil menangis.
"Takut..."
Melihat Hana menangis, Sagara merasa kasihan.
"Baiklah, jangan menangis."
Sagara menutup pintu kamar lalu naik ke atas tempat tidur. Berbaring di samping Hana.
"Peluk..."
Hana menarik tangan Sagara supaya memeluknya. Sagara pun tidak menolak, mengikuti apa mau Hana.
Sebagai seorang pria normal. Sagara tergoda oleh kecantikan Hana dan harum tubuh Hana menggugah hasratnya. Perlahan tapi pasti, Sagara melakukan apapun yang ia mau terhadap Hana.
Sementara di luar kamar, seorang Dr yang di panggil Obeng dan Palu sudah datang. Lalu mereka bertiga bergegas menuju kamar Hana. Namun langkah mereka terhenti tepat di depan pintu saat mendengar suara jeritan dan tangisan Hana di dalam kamar.
Obeng dan Palu tertunduk malu seraya menyembunyikan senyumnya, lalu mengajak Dokter untuk kembali ke ruang tamu. Setelah memberikan penjelasan, Dr di minta kembali besok pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Farhan Setiawan
Mungkin gangguan mental
2022-07-20
0
Neni Ardiansah
lanjut
2022-07-17
0
bininya mochi
lanjut thor
2022-07-17
0