Sakit mental?

Perlahan sagara membuka mata dan menoleh ke samping. Ia terkejut tidak mendapati Hana di sampingnya.

"Kemana dia?" Gumam Sagara lalu bangun dan turun dari atas tempat tidur, mencari keberadaan Hana di kamar mandi.

Namun Hana tidak ada di kamar mandi. Sagara berpikir, mungkin Hana ada di ruangan lain. Tidak mungkin juga gadis itu kabur, ada Palu dan Obeng yang berjaga. Akhirnya Sagara memutuskan untuk membersihkan diri.

Tiga puluh menit berlalu, Sagara telah selesai dengan dirinya. Ia bergegas keluar dari kamar. Namun Sagara tidak bertemu Hana, Palu dan Obeng.

"Kemana mereka?" Gumamnya.

Sagara memeriksa semua ruangan, tapi tak satupun dari mereka yang di temukan.

"Jangan jangan...?" Sagara berpikir kalau Hana kabur dari rumah. Ia berjalan cepat keluar dari rumah untuk memeriksa.

Namun langkahnya terhenti di halaman, ia menoleh ke arah taman. Hana, tengah duduk di bangku di temani Palu dan Obeng. Sagara bergegas menghampiri mereka.

"Non, kenapa sedih?" Tanya Obeng.

"Aku mau pulang..." jawab Hana lirih.

"Pulang?" Ucap Obeng mengulang, ia menoleh ke arah Sagara lalu berdiri dan membungkuk hormat, di ikuti Palu.

"Rumahmu di mana?" Tanya Sagara pada Hana.

Hana memalingkan wajahnya menatap ke jalan raya lalu menggelengkan kepalanya.

"Nggak tau..."

Sikap dan ucapan Hana, menguatkan dugaan Sagara kalau Hana hilang ingatan.

"Sebaiknya kau masuk.."

Hana menggelengkan kepala seraya terisak. Sagara semakin bingung dengan sikap Hana yang lebih mirip anak usia 6 tahun yang kebingungan karena mencari keluarganya.

"Ayo masuk, nanti kamu sakit." Kata Sagara lalu mengangkat tubuh Hana dan menggendongnya masuk ke dalam rumah, di ikuti Palu dan Obeng.

"Kalian siapkan sarapan!" Perintah Sagara pada Palu dan Obeng.

"Siap tuan!" Sahut mereka.

Sagara mendudukkan Hana di kursi, lalu ia duduk di sebelahnya.

"Kamu makan ya?"

Hana menggelengkan kepalanya.

"Mau pulang..."

Sagara menarik napas panjang.

"Oke, nanti kita pulang. Sekarang kau harus makan."

Sagara mengambil roti diatas piring yang sudah di sediakan Obeng, lalu menyuapi Hana.

"Buka mulutmu.."

Hana membuka mulut, layaknya anak kecil mengikuti intruksi dari Sagara. Palu dan Obeng hanya memperhatikan di sudut ruangan. Ada rasa penyesalan dalam hati mereka, telah menculik sembarangan anak gadis orang.

Tiba tiba suara bel berbunyi, Palu bergegas menemui tamu yang baru saja datang dan tak lain adalah Dokter yang kemarin. Palu mempersilahkan Dokter masuk ke dalam.

"Tuan, Dokter sudah datang." Kata Palu.

Sagara menoleh lalu menganggukkan kepalanya sembari meletakkan gelas di atas meja.

"Kalian berjaga di luar," perintah Sagara pada Obeng dan Palu. Setelah itu, ia membawa Hana ke kamarnya untuk di periksa kesehatannya oleh Dokter.

Satu jam berlalu, akhirnya Dokter selesai memeriksa dan langsung menemui Sagara.

"Bagaimana Dok?" Tanya Sagara, ia berharap kalau Hana tidak memiliki riwayat penyakit.

"Istri bapak, baik baik saja. Tapi sepertinya istri bapak, dalam keadaan mental yang kurang baik." Jelas Dokter.

"Gila maksud Dokter?" Tanya Sagara.

"Saya belum bisa memastikan, istri bapak harus di bawa ke rumah sakit untuk di periksa lebih spesifik."

Sagara menganggukkan kepalanya.

"Baik Dok!" Sahutnya.

"Kalau begitu, saya permisi." Kata Dokter.

"Silahkan Dok.." Sagara memanggil Obeng dan memintanya untuk mengantarkan Dokter.

"Gila, mungkin saja." Gumam Sagara.

Ia membayangkan kejadian semalam.

"Aku tidak akan menyentuhnya, sebelum mendapatkan informasi selanjutnya. Aku tidak mungkin mendapatkan keturunan dari perempuan gila." Gumamnya lagi. "Kalau cuma sekali, rasanya tidak mungkin hamil."

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***