Karima sibuk dengan tumpukan kertas koreksian di mejanya. Jam sudah hampir menunjukkan pukul 15.00. SMA Islam Cahaya Iman tempat Karima mengajar sudah lumayan sepi. Hanya terlihat beberapa siswa yang sedang berkegiatan di lapangan basket. Ruang guru juga sudah tidak seramai 3 jam sebelumnya.
"Rim..ga pulang?"
"Bentar lagi Nand, habis ashar sekalian."
Rima masih fokus pada kertas-kertas koreksiannya.
"Ini sabtu sore loh, ga malming nih?"
Nanda, rekan sesama guru senyum-senyum menatap Rima yang memang masih single.
"Ga ada bedanya Nand, malming atau engga sama aja."
Nanda terkikik.
"Trus kapan meritnya kalo kerja terus Rim?"
"Ya..inshaAllah akan merit pada waktunya."
Mereka berdua terkikik.
"Nah cowok yang biasanya nyariin kamu itu kemana? Lama ga kliatan."
Deg
Karima berusaha menyembunyikan wajahnya, menunduk pura-pura sibuk dengan kertas koreksian. Dia tahu betul siapa yang dimaksud Nanda. Pasti Adhi, karena beberapa kali Adhi menunggunya di depan sekolah. Untuk apa lagi kalo bukan untuk menanyakan tentang Yulia ketika ponsel Yulia sedang ga bisa dihubungi.
"Cowok yang mana Nand?"
"Yang putih, matanya agak sipit, tinggi, dan...hidung mancung. Duhh mirip deskripsi bintang filem deh."
Sekarang Nanda mendekat dan menyenggol Rima penuh arti.
"Mana ada cowok macem gitu nyariin cewek kaya aku?"
"Trus yang nyariin kamu harus yang kaya gimana? Yang kaya ustadz Afif? Cie cie.."
Rima hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
"Serius nih Rim..kamu ga suka sama cowok putih sipit itu? Padahal dia kayanya naksir loh sama kamu."
"Hmm..kaya peramal aja kamu Nand..engga dia ga suka sama aku. Cuma temen aja."
"Hati-hati loh..semuanya bermula dari 'cuma teman' trus jadi 'teman hidup."
Rima ikut tertawa bersama Nanda. Berusaha meredakan detak jantung yang tiba-tiba berdesir ketika bayangan wajah Adhi melintas di benaknya.
Cowok seperti Adhi mana mungkin tertarik sama aku.
Rima membatin, sambil berusaha menghilangkan bayangan wajah Adhi yang tiba-tiba betah menghuni pikirannya.
Nanda sudah menghilang dari ruang guru, meninggalkan Rima yang sudah mulai membereskan kertas-kertas koreksian di atas mejanya. Ponselnya tiba-tiba berdering. Ah mimpi apa dia semalam, nama Adhi muncul di layar ponsel.
"Apa?!"
Suara Rima yang kesal langsung menyambar.
"Duh ganas amat sih jadi cewek, salam dulu donk."
Adhi terkikik di ujung sana.
"Ck..gayamu."
"Hehehe..Rim apa kabar kamu?"
"Serius nanyain kabarku?"
"Hahaha..jangan galak-galak donk ukhty. Serius ini aku nanya."
"Aku baik, Yulia juga baik. Dia lagi keluar kota sama suaminya."
"Hehehe iya aku udah tau. Kamu lagi dimana nih? Ngopi yuk."
"Aku lagi sibuk Dhi."
"Masak sih, kok motormu masih di parkiran sekolahan sih?"
Astaghfirullah, Rima menepuk keningnya pelan. Pasti Adhi sudah ada di sekolahan. Anak tengil itu emang suka bikin shock.
Terdengar suara tawa Adhi.
"Ngopi ya..aku tunggu di kafe Americana. Yaa..plis."
Suara Adhi lagi.
"Aku ga mau berduaan sama non muhrim."
Terdengar Adhi menghela nafas di ujung sana.
"Ya udah deh, habis ini mau kemana Rim?"
"Bukan urusan kamu, udah ah."
Rima menutup telpon tanpa salam. Lelah. Walaupun ada bagian hatinya yang tiba-tiba berwarna merah jambu.
Setelah sholat ashar di mesjid sekolah, Rima berjalan ke parkiran motor. Dipacunya motor metik itu pelan keluar dari area sekolah. Dari kejauhan Rima melihat seorang cowok berdiri sambil bersedekap, berdiri di samping mobilnya dan tersenyum tengil.
Adhi.
Rima menepikan motornya.
"Ada apa lagi?"
"Ya ampun, masak mau nemuin kamu ga boleh juga Rim."
"Bukan gitu, aku kan sudah bilang Yulia ga ada."
"Sudah tau."
"Ya udah kalo gitu."
Suara Rima tajam dan bersiap menarik gas motornya lagi.
"Rim..Rima..tunggulah bentar. Aku cuma pengen ngobrol."
"Kalo berduaan engga usah ngajak-ngajak ngobrol."
"Ketus amat jadi orang. Ga berduaan, ada adekku Nina di kafe. Ayolah Rimaa."
Rima kalah. Akhirnya dia mengikuti kemauan Adhi. Atau sebenarnya Rima ingin menuruti permintaan Adhi, hanya saja ada pergolakan di dalam kepalanya.
Dipacunya motor matik mengikuti mobil Adhi. Dan 10 menit kemudian mereka bertiga sudah duduk di kafe sesuai dengan 'permintaan memaksa' Adhi."
"Kak, Ini dari tadi Mas Adhi maksaa aja ngajak Nina nemenin. Ternyata mau ngajak kak Rima ketemuan toh."
Nina tersenyum-senyum.
"Biasalah Adhi, kalo ada maunya ya gitu Nin."
Mereka berdua terkikik.
"Mas Adhi kangen tuh kak."
Nina menyenggol lengan Rima pelan dan melirik Rima sambil tersenyum.
"Halah..aku juga tau dia kangen sama siapa Nin."
Rima memajukan bibirnya.
"Ya kangen sama kamu lah Rim,"
Jawaban Adhi membuat Rima terdiam beberapa detik. Menetralkan detak jantungnya dan pipinya yang sepertinya terasa hangat.
"Jangan percaya Nin, mas mu tu modus melulu."
Adhi berdecak pura-pura kesal. Sementara Nina terkikik.
"Emang mas Adhi kangen sama siapa lagi selain kak Rima? Yang diceritain ke ibu tu kak Rimaaa melulu."
Rima pura-pura kesal. Walaupun detak jantungnya berlarian. Bayangan wajah Yulia yang cantik melintas dan menghentikan semua kegilaan dalam dadanya.
Sadar diri Rima, ga mungkin Adhi memikirkan kamu.
Rima baru menyadari tangannya yang terasa hangat dan tersentak melihat tangan Adhi yang menggenggamnya.
"Apa-apaan sih Dhi?!!"
Mereka berpandangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Winwinaddict
Ya gak bakal beduan lah, kan di kafe biasanya rame
2020-07-21
1
Winwinaddict
Ardi pasti nelpon buat nanyain Yulia lagi
2020-07-21
1
Winwinaddict
Cuma mau ngasih tau aja nih, elipsis itu titiknya ada tiga
2020-07-21
1