Selasa siang itu mendung mulai muncul di atas kota. Karima sudah duduk di warung bakso Solo langganan sejak 15 menit yang lalu. Dua mangkuk bakso sudah terhidang cantik lengkap dengan dua botol air mineral. Karima melihat arlojinya,kemudian celingukan melihat ke arah luar. Karima mengeluarkan ponselnya, mencari sebuah nama dan memencet icon telpon.
"Aku sudah di sini, ngapain sih telpon-telpon."
Suara renyah seorang perempuan menyapa Karima dari belakang. Diiringi tepukan ringan di bahunya.
"Duhhh ga nyadar banget sih ditungguin juga."
Karima manyun.
"Baru juga 15 menit, tumben amat ga sabaran."
Yuliana duduk di kursi plastik. Masih senyum-senyum melihat sahabatnya yang sepertinya agak kesal.
"Kalo Amat sih sabar..yang ga sabaran itu Adhi."
Karima merengut. Yuliana terbahak.
"Lucu banget ya?!"
Karima masih sewot.
"Halahh gitu aja marah, udah yuk makan dulu. Kasian itu bakso di anggurin."
Akhirnya mereka berdua pun mulai makan, sepi tanpa percakapan.
"Rim..kamu marah sama aku?"
"Engga..biasa aja."
"Yee kalo ga marah napa sewot terus dari tadi."
"Yul..kamu ga capek begini terus?!"
Karima menatap Yuliana tajam.
"Engga."
Yuliana menjawab santai sambil meneguk air mineralnya.
"Aku yang capek Yul. Bentar-bentar Adhi nanya, nanti kapan Mas Dani nanya. Duhh bisa bad mood teruss aku Yul."
Yulia malah tertawa tanpa dosa.
"Yul..putusin aja hubunganmu sama Adhi. Ga baik Yul. Kamu ga kasian sama Mas Dani. Suamimu tu baik banget loh."
"Aku ga bisa Rim."
"Ga bisa gimana?"
"Ya aku belum bisa jauh dari Adhi Rim, aku..ah ya gitulah."
Karima menghembuskan nafasnya pelan. Pandangannya kosong.
"Kamu ga tau Yul gimana terdesaknya aku."
"Rim, aku minta maaf jadi melibatkan kamu. Tapi aku belum bisa pisah dari Adhi."
"Trus pernikahan kamu gimana???"
"Ya ga gimana gimana."
Yuliana angkat bahu dengan cuek nya.
Yuliana dan Karima ga sadar, seorang lelaki sudah berdiri ga jauh dari tempat mereka duduk.
"Lagi ngomongin siapa nih?"
"Mas Dani?!!"
Karima langsung tersentak, nafasnya tertahan. Dia melirik Yulia yang masih bisa tersenyum.
"Adhi tu siapa sih? Kok kayanya seru banget ngobrolnya."
"Eh mas, kok tau-tau udah disini?"
Yulia berdiri dan merangkul lengan suaminya. Sementara Karima masih duduk dengan lutut gemetar.
"Iya sayang, Hendra yang ngajak aku kesini. Katanya ini bakso Solo paling enak."
"Ooo..lah Hendra nya mana?"
"Masih ke toilet. Kamu udah lama disini?"
"Engga juga mas, ini tadi janjian sama Rima disini."
Dani mengangguk paham, memang Yulia dan Rima rutin ketemuan paling engga seminggu sekali.
"Trus Adhi tadi siapa?"
Suara Dani yang sebenarnya bernada biasa terdengar menyeramkan di telinga Rima.
"Eh..Adhi itu temen SMP kita mas, sekarang lagi pedekate sama Rima tuh."
Yulia memandang Rima sambil senyum-senyum. Dan Rima ingin sekali melempar tempat tisu ke arah Yulia. Sandiwara apalagi ini?? Bisa-bisa dia terjebak semakin dalam.
"Rim, biasa aja kali ga usah sampe melotot gitu."
Sekarang Yulia dan Dani senyum-senyum usil. Sementara Rima..jangan ditanya. Tangannya mendadak dingin dan ga tau mau menjawab apa.
"Mas, duduk yuk. Mau aku pesenin bakso sekalian."
"Iya boleh, sama Hendra juga ya."
Yulia berlalu ke arah tempat memesan, sementara Dani duduk di hadapan Rima yang masih membisu.
"Rim, gimana kabarmu?"
"Baik Mas, alhamdulillah."
"Ini tadi darimana Rim?"
"Eh saya dari sekolahan mas, Yulia tadi dari kantor. Kita sengaja janjian di sini."
Dani mengangguk.
"Yulia..mm baik-baik aja kan?"
Dani bertanya setengah berbisik. Seakan takut orang lain mendengar pertanyaannya. Dan Rima yang sudah merasa lelah hanya mengangguk kecil.
"Nih mas baksonya, dimakan dulu deh."
Yulia tiba-tiba sudah duduk di samping suaminya.
"Rim, kapan-kapan ajak Adhi makan bareng kita. Double date gitu."
Suara Dani terdengar jelas di telinga Rima. Dan Rima hanya melongo memandang Dani, ga percaya dengan apa yang di dengarnya. Dilihatnya Yulia yang tersenyum menatapnya.
"iya Rim, biar kenal juga sama mas Dani..."
"Hmm.."
"Kok Hmm aja sih."
Yulia menatap Rima.
"Aku ga mau pergi-pergi berdua Yul, bukan mahram."
Rima menatap Yulia tajam.
"Belum jadi mahram, tinggal tunggu tanggal maen aja kan Rim."
Sekarang Dani yang menjawab dan menatap Rima yang semakin terpojok.
Rima diam saja, memalingkan wajah dari Yulia dan suaminya yang sedang senyum-senyum menatapnya. Istighfar dibisikkannya lirih untuk meredakan gejolak di dalam hatinya. Inginnya menyelesaikan kemelut yang membuat dirinya terjebak, apa daya malah semakin terperosok.
Hufffffff
**Dear readers mohon dukungannya lewat vote yaa..makasihh :-***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Putri Charolina Barus
good
2020-06-12
0
Putri Charolina Barus
lanjutt kk
2020-06-12
0
Putri Charolina Barus
lanjutt
2020-06-12
2