NSWM Part#3

"Gue bener-bener setress nih Sha, gue gak mau kuliah di Ausie gue pengen disini aja tapi bokap engga ngizinin bahkan nyokap juga mau-mau-an nemenin gue disana?" rengek Yuri masih malas pulang karena masih pusing dengan keinginan ayahnya.

"Kenapa sih Ri.. kan bagus nanti kamu punya pengalaman yang berbeda di negeri orang apalagi mama kamu juga nemenin, aku pengen sahabatku ini bisa sukses nantinya lo, apalagi punya pengalaman belajar dinegeri orang yang kualitasnya terbaik." Ashana berusaha menenangkan sahabatnya itu.

"Lo gak seneng punya temen kayak gue ya ampe rela jauhan?"

"Ih bukan gitu, jaman sekarang jarak itu bukan penghalang kita bisa sharing pengalaman kita selama kita jauhan kok."

"Ah..Gue males adaptasi lagii.." Yuri malah makin frustasi memikirkan kehidupannya nanti di negara orang.

"Kamu pasti bisa kok! Yuri sahabat aku mah orangnya gak cengeng kan. Tuh mobil jemputan kamu udah di depan" Ashana menunjuk mobil yang baru saja menepi didepan gerbang dan ia hafal betul itu mobil yang biasa antar jemput Yuri ke sekolah.

"Yaudah bareng aja yuk!"

"Emm..Makasih Ri, aku mau ke toko buku dulu cari kumpulan soal "

Plak!

Seketika Yuri menepuk dahinya.

"Ujian udah lewat kali Sha, trus nanti kan lo juga dapet beasiswa ya lo gak usah pusing-pusing cari soal lagi" Yuri gak habis pikir dengan Ashana ini, dia terlalu rajin atau terlalu pintar ya?

Ashana hanya tersenyum dan memeluk Yuri.

"Kamu hati-hati dijalan ya.."

"Lo juga, bye Sha" Yuri lalu berlari ke arah mobilnya yang sudah menunggu hampir menimbulkan kemacetan.

Sesampainya di Toko Buku G, Ashana langsung menelpon Adiknya yang kebetulan sekolah SMAnya tak jauh dari Toko Buku G.

Ya mereka walaupun hanya berbeda angkatan tapi mereka bersekolah ditempat yang berbeda. Alasannya karena Ashana mengejar beasiswa penuh yang kebetulan hanya ada di sekolahnya kini.

"Cari buku apaan Kak?" tanya Barra si Adik kesayangan yang baru saja sampai menghampiri Ashana.

"Buku soal-soal aja "

"Oh oke" lalu Barra melenggang ke arah rak komik.

Tak berselang lama Ashana membayar buku yang Ia maksud dan mengajak Adiknya untuk pulang jalan kaki karena hanya berjarak beberapa ratus meter saja sampai ke rumah.

Kebetulan cuaca hari ini sangat panas. Jam pulang sekolah biasanya diwaktu matahari sedang terik belum lagi jalanan yang berdebu diterbangkan oleh kendaraan yang berlalu lalang di jalan.

"Kak, aku haus nih.." keluh Barra mengusap leher jenjangnya tak tahan dengan panasnya cuaca yang seakan menguras cairan dalam tenggorokannya.

"di depan ada tukang es campur ,kamu mau?"

Otomatis Barra mengangguk sumringah

"Asiik"

Mereka pun berjalan ke gerobak tukang es buah.

"Silahkan" Tukang Es buah menyodorkan satu mangkok ke hadapan Barra yang sudah tak sabar menyantap. mereka duduk di bangku yang sudah disediakan.

"Tadi tuh disekolah ada pengumuman program studytour ke Jogja, kalo aku minta sama Abang pasti boleh sih tapi aku gak tega sama Abang" Barra menunduk seolah menunjukkan Ia sedang tak enak hati.

"Terus kamu mau ikut?"

"Ya gimana emmm.. gak usah deh abang juga kayaknya lagi sibuk banget aku bisa kok ngerjain tugas penggantinya "

"Tapi menurut kakak mending kamu bilang aja karena kalau sampai abang tahu bukan dari kamu, abang pasti tersinggung. Kamu tahu kan ada temen kamu yang satu komplek sama kita"

"Memang sih, tapi sebenernya aku agak malas juga perjalanan jauh"

"Ya kakak sih terserah kamu yang penting kamu bilang ya jangan diem-diem"

"Kakak juga diem-diem kan punya usaha sampingan jualan disekolah sampe abang aja gak tahu"

"Duh plis ya Bar kalo yang itu jangan bilang-bilang abang, soalnya kakak gak enak minta terus buat keperluan pribadi kakak"

"Ah curang nih"

"Udah habisin dulu es nya, nanti kesorean "

Ashana faham betul apa yang Bara fikirkan. Seperti dirinya yang enggan memaksakan keinginan karena walaupun abangnya memang sangat bertanggungjawab sepenuhnya atas Ashana dan Barra, tapi ia tak ingin selalu meminta. Hanya ingin meringankan saja setidaknya apa yang menjadi beban dari adik-adik sang abang tidak seberat apa yang oranglain takutkan. Apalagi Abangnya belum menikmati masa-masa rumahtangga, takutnya Ashana dan Barra yang menjadi penghalang kebahagiaan Sang Kakak tertua untuk mencari si belahan hati.

Tampak sebuah mobil mewah dan motor Abang terparkir di halaman rumah Ashana bersaudara. Rasanya tak pernah sekalipun ada yang bertamu dengan mobil yang seperti itu.

Barra menoleh kepada Ashana dengan mimik wajah yang bingung.

"Ada siapa ya? baru kali ini ada yang bertamu pakai mobil mahal kayak gini"

"Masuk aja yuk !"

merekapun memberanikan diri masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum" salam keduanya kemudian menyalami semuanya.

"Wa'alaikumsalam" sahut semua yang ada di dalam.

Ternyata di dalam sudah ada bang Andre kakak tertuanya, Uwa laki-laki atau kakak kandung Almarhum Ayah beserta istrinya, dan sepasang suami istri kisaran 50 tahunan yang terlihat sangat elegan tampak dari pakaian yang mereka kenakan.

"Masuk dulu ke dalam nak, bersih-bersih ganti pakaian nanti setelah itu kamu kembali kesini yah" bisik istri uwa memberi instruksi.

"Baik Wa" Ashana dan Barra masuk ke kamar masing-masing namun masih dalam keadaan bingung.

Tak lama setalah mematuhi anjuran istri uwa, Ashana kembali ke ruang tamu.

"Perkenalkan saya Harry Benjamin Alexander, dan ini istri saya Arinda" Harry memulai percakapan saat Ashana sudah duduk di antara Uwa dan istrinya.

"Saya Ashana pertiwi Om" sahut Ashana memperkenalkan diri tersenyum dan agak menunduk menyembunyikan rasa gugup yang tiba-tiba menyergap.

'Cantik dan sopan ya Yah' Bisik Arinda pada suaminya.

"Kedatangan kami kemari ingin menyampaikan amanat dari Almarhum Ayah dan Ibu kalian,apakah benar nak kamu sudah mau kelulusan ?"

"Benar Om, minggu depan hasil kelulusannya Om"

"Kebetulan sekali kami datang kesini tidak terlalu cepat dan tak juga terlambat" ujar Arinda yang tampak sumringah menatap anak gadis dihadapannya.

"Almarhum Ayah kamu adalah teman lama kami, suatu saat kami bertemu kembali di sebuah acara. Kemudian kami banyak bernostalgia tentang masa muda kami yang selalu kompak, setelah memiliki kesibukan masing-masing kami hampir hilang kontak..

Tapi saat kami dipertemukan kembali kami tak akan menyia-nyiakan moment itu sampai akhirnya kami berbincang tentang jodoh anak- anak kami"

Ashana sontak menegakkan badannya mendengar cerita Om Harry, apa bener apa yang aku fikirin? gumamnya dalam hati.

"Iya nak, apa yang kamu fikirkan itu benar adanya" Om Harry seakan tau apa yang Ashana fikirkan.

"Kami berencana akan menikahkan anak kami, kamu dan anak saya Alva" sambung Om Harry lagi.

"Apa tidak bisa difikirkan lagi Om, Ashana.. baru mau memulai dunia perkuliahan" kali ini Andre yang berbicara, agak menyayangkan kabar yang sedang ia dengarkan kini.

"Tante malah sudah tidak sabar menyambut menantu Tante di rumah kami.. " Arinda menyahuti dengan semangat lengkap dengan senyuman ramah.

"Tidak apa-apa nak Andre, percayakan kepada kami, Insyaa Alloh kami akan berusaha membuat Ashana bahagia dan terjamin"

Andre tak bisa lagi menyangkal ataupun menolak karena ini berkaitan dengan amanat Almarhum orangtua mereka. Tapi masalahnya ada pada Ashana, bagaimana dengan perasaannya sekarang? kalau saja hal seperti ini bukan wasiat dari mendiang orangtuanya, Andre sudah tentu akan kukuh mempertahankan keberadaan adiknya dirumah ini tanpa ada sangkalan dari siapapun.

"Bolehkan saya diberikan waktu untuk berfikir?" Ashana berusaha menahan rasa kagetnya dengan hati-hati karena tak tega bila harus langsung menolak, terlebih melihat wajah Tante Arinda yang tampak antusias dari raut wajahnya yang awet muda diusianya.

"Tentu nak, nah baiklah kami akan menanyakan lagi nanti untuk keputusan nak Ashana, Om harap bisa menjalankan amanah Ayahmu."

Om Harry mengangkat cangkir teh diatas meja sebagai jamuan dan meminumnya.

"Tante tunggu kabar baiknya ya sayang"

Ashana hanya mengangguk takdzim.

Setelah itu Om Harry dan Tante Arinda pamit pulang, keduanya tetap berharap apa yang sudah direncanakan bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Tak lama berselang uwa dan istrinya pun ikut pamit, tak berani menginstruksi apapun pada keponakan mereka. Uwa percaya mereka jauh lebih bisa mempertimbangkan dengan baik hal itu.

~tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!