Bip.. bip.. bipp..
Suara alarm berbunyi tepat jam lima pagi. Seseorang masih bergumul dengan selimutnya yang hangat. Mendengar Alarm yang Ia setel otomatis membangunkan saraf- saraf menemui kesadarannya, lalu melenggang memasuki toilet dibalik walk ini closet di kamarnya.
"Abaaaaangg....!!" pekik seseorang dari balik pintu kamar.
Tak hanya sekali suara cempreng itu kembali memekik sebelum disahuti dari dalam kamar.
"Aba-"
"Apa dee?" pintu kamar tiba-tiba terbuka menyembullah kepala dari balik pintu
"Ih Abang mah kaget tau!"
"Abang udah bangun kok dek, ih suara cemprengnya bisa diilangin gak sih berisik!"
"Aku udah baik tau ih mau bangunin Abang " sahutnya menggerutu sambil berlalu.
Ameena Dalia Alexander, Adik kesayangan dan satu-satunya adik Alva. Gadis kelas 2 SMP yang selalu jadi sasaran kejahilan Alva, anak yang kritis dan lebih memilih hobby membaca buku-buku tebal daripada nonton konser atau drama yang sedang digandrungi anak remaja sekarang.
Selesai melaksanakan kewajiban solat dan bersiap-siap untuk ke kantor, Alva menuruni tangga ke ruang makan, disana Ameena dan Ibu sudah memuLai sarapan.
"Pagi anak ganteng Ibu.." sapa Arinda Ibu dari kedua anak dihadapannya.
"Pagi mah, maaf ya semalem pulangnya larut soalnya lagi banyak kerjaan diawal bulan ini" Alva mengambil sepiring sandwich dari uluran tangan Ibu.
"Gak apa-apa dong sayang ,sarapannya habisinnya banyak kerjaan harus banyak juga asupannya ya" nasihat Arinda juga menuang segelas susu untuk Alva.
"Bang, anterin aku ke sekolah ya Ayah lagi gak ada nih."
"Kan ada mang Adin kalo ayah gak ada, Ayah emang kemana Bu?"
"Kemaren sore Ayah berangkat ke korea mau ada seminar, sekalian ketemu kolega juga."
"Emmm.. mang Adin?"
"Mang Adin lagi nganterin Teh Iin ke supermarket buat belanja mingguan" kali ini Ameena yang menjawab dan menyelesaikan sarapannya.
"Oke kalo begitu kita lets go!" Alva beranjak setelah menghabiskan susu digelasnya.
Tak lupa Alva dan Ameena menyium pipi Ibu yang siap dengan rangkulannya.
Di mobil Ameena fokus dengan handphonenya entah apa yang ia baca sampai-sampai bergumam dengan nada kesal.
"Masih pagi ini de, bacanya yang ringan-ringan aja sih" Alva sudah faham dengan raut adiknya itu.
"Beritanya bikin kesel deh, masa iya alam kita yang kaya ini selalu aja kekurangan dan kekurangan bilangnya pengolahan sudah maksimal sampe ngorbanin alam kita yang harusnya dilindungi" Ameena berbicara dengan menggebu-gebu reaksinya selalu serius kalau ada sesuatu hal yang gak berimbang.
"Selalu ada alasan de, entah itu yang baik atau buruknya" Alva mengendikkan bahunya tak ingin mendalami topik yang dibahas Ameena.
Tak lama kemudian mobil Alva menepi tepat didepan gerbang sekolah tempat Ameena menimba ilmu.
"Bay Abang !" Ameena turun dari mobil dan segera memasuki area sekolah.
Alva kemudian segera melanjutkan perjalanan ke kantor. Banyak berkas yang harus segera ia tanda tangani dan beberapa jadwal juga sudah menunggunya.
"Hallo, iya saya segera sampai" sahutnya menerima panggilan dari sekertaris yang sudah standbay di kantor.
*****
"Lo udah denger belom, si Deva juga daftar di univ yang sama, sama lo"
Ashana baru saja memasuki kelas dan menduduki bangkunya saat Yuri tiba-tiba saja berceloteh tanpa basa-basi.
"Masih pagi ini Ri, kamu udah ngomongin orang aja" Ashana menyubit pipi sahabatnya gemas.
"Sakit oy!"
"Lagian.. "Ashana terkekeh melihat ekspresi Yuri memanyunkan bibirnya yang penuh bak bibir Kayle Janner itu.
"Memangnya kenapa kalau dia juga masuk ke univ yang sama kayak aku?" Ashana masuk ke dalam obrolan yang dibuat Yuri.
"Si Deva kan lo tau selalu berusaha deketin lo, terutama di jam istirahat kan ?"
"Ya mungkin dia emang ramah"
"Ramah kalo sama lo sama gue mah cuek aja tuh, paling ngobrol dia sama temen-temen osisnya atau engga sama guru" sangkal Yuri tak setuju dengan Ashana.
Ashana hanya tersenyum, masih tak faham dengan reaksi Yuri terhadap Deva yang katanya kepincut dengan pesonanya. Ada-ada saja..
Pada kenyataannya Deva si anak basket dan OSIS itu selalu berwajah datar saat berhadapan dengan yang lain kecuali Ashana . Ashana murid teladan di sekolah yang selalu seperti siswa biasa dan agak menghindari keriweuhan disekolah karena ia tak ingin mengecewakan abang yang sudah susah payah menyekolahkannya.
Setelah empat jam pelajaran berlalu..
Yuri mengapit tangan kiri Ashana berjalan ke arah kantin, sejak tadi perutnya tak ingin berdamai sampai tak terlalu fokus dengan mata pelajaran tadi. sampai di kantin Yuri langsung memesan makanan di deretan stand kantin sedangkan Ashana mencari tempat duduk untuk mereka berdua.
"Hai Sha," sapa seseorang dan duduk dihadapan Ashana yang juga duduk di bangku agak pojok kantin
"Eh Dev" sahut Ashana tersenyum menanggapi Deva
"Gue ikut disini ya, lo lagi nungguin siapa ?"
"Oh silahkan ini kan bukan milik aku juga, aku nunggu Yuri lagi pesan makanan"
"Ooh, gue juga nunggu Iqbal pesankan makanan" Deva seakan salah tingkah mengahadapi Ashana yang selama tiga tahun ini menjadi gebetannya itu.
Disudut lain Yuri melihat Ashana tengah mengobrol dengan orang yang jadi topik obrolannya tadi pagi.
'Nah kan si bocah kulkas itu muncul dijam-jam gini, apalagi liat si Sha lagi sendiri'
Bugh!
"Aw! sakit ontaa!" bahu Yuri terbentur dengan tangan orang yang baru saja melewat mepet dengan badannya.
"Sorry Yur, gak sengaja gue hehe" ternyata Iqbal teman yang Deva maksud, cowok keturunan ras arabian yang kelakuannya selalu petakilan buktinya dia malah cengengesan sambil bilang maaf karena tak sengaja menabrak bahu Yuri.
"Si Deva dimana ya ?"
"Noh! lagi ngobrol ma Ashana dipojokan" Yuri yang mendengar gumaman Iqbal langsung menyahuti dan berjalan mendului Iqbal sambil membawa makanan ditangan.
"Kok elo sewot sih Yur?" tanya Iqbal masih iseng bertanya karena dia lihat raut wajah Yuri yang seperti tak suka pada sahabatnya.
"Ya suka-suka gue lah" ketus Yuri masih tak menghiraukan tatapan orang disampingya, lalu berjalan cepat kebangku tadi.
"Eh Yur, barengan napa " Iqbal menyusul masih sambil cengengesan.
"Ehem! Eh ada bang Deva" sapa Yuri sekaligus menyindir Deva.
"Gue ikut sini boleh kan Ri" Deva agak kaget seperti yang tertangkap basah.
"Ashana gimana ?"
"Boleh kok"
Yuri hanya menghelas nafas setelah mendengar jawaban Ashana yang tak keberatan, padahal kan Yuri cuma tak nyaman sama tatapan anak-anak cewek disekeliling mereka seakan-akan Deva ada ditempat yang berbahaya. Ya siapa lagi kalau bukan fansnya Deva si bintang basket sekolah dan ketua osis pujaan.
"Ok"tentu Deva akan senang dengan jawaban Ashana.
"Ya salam Yur, cepet amat jalannya dah" Iqbal pun bergabung.
Yuri hanya meledek Iqbal dengan mencembikkan bibirnya.
"Lo mau masuk Univ Indo juga Sha?" Deva memulai obrolan untuk mencairkan suasana. Padahal suasana kantin kurang cair gimana bang?
"Yaelah" Iqbal menggaruk tengkuknya yang sebenarnya samasekali tak gatal
"Jorok lu Bal!" Yuri protes
"Kagak lah" Iqbal malah ikutan salting
"Iya, emang kenapa Dev?" sahut Ashana tetap tak berani menatap Deva.
"Jurusan apa?"
"Jurusan Harmoni hehe" lagi-lagi Iqbal nyeletuk
"Maunya sih Fak Matematika, kalo engga ya fak teknik industri"
"Beda ya yang murid teladan mah, minder gue nih"
"Engga sih cuma aku ditawari sama pihak BK buat nanti, kamu Dev?"
"Gue pengennya Fak Teknik juga " .
Benar apa yang Iqbal bilang, mendadak Deva merasa minder dengan Ashana sang gebetan, ternyata cewek dihadapannya ini bukan cewek biasa.
"Yur lo mau lanjut kemana , bareng Ashana juga ?" tanya Iqbal yang mulai penasaran dengan cewek yang sibuk menikmati siomay pedas dipiringnya.
Uhuk!
Yuri tersedak gegara pertanyaan si Iqbal yang tiba-tiba
"Minum nih" Ashana menyodorkan minuman pada Yuri.
"Engga gue disuruh bokap kuliah di Ausie, kalo mau nanya liat sikon dulu lah ontaa!" keluh Yuri mengelus lehernya yang agak berdenyut akibat tersedak.
"Sorry Yur, ngegas mulu lo serem dah "
Yuri hanya memutar bola matanya malas.
Waktu istirahat pun usai, mereka langsung bergegas ke kembali ke kelas dan melanjutkan mata pelajaran untuk hari ini.
~tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments