Berbeda dengan suasana di kediaman Arion dan Danira yang terlihat begitu hangat, di rumah megah milik salah satu pejabat tinggi di Indonesia itu terlihat begitu dingin. Tak ada yang canda gurau di dalam nya. Hanya tatapan dingin nyaris membuat tulang membeku, terlihat jelas di sana. Sarapan pagi seperti ini bukan menjadi rangka untuk mengeratkan hubungan keluarga, namun, hanya sebuah keharusan yang berkedok aturan keluarga.
Adzkia duduk dengan diam di samping Aryan. Lelaki yang baru resmi menjadi suami nya beberapa bulan yang lalu itu, terlihat diam saja sejak memasuki ruang makan. Ia tahu semalam tidak berjalan dengan baik, tapi ia pun tidak bisa berbuat apa-apa tentang aturan keluarga yang selalu di agung-agung kan oleh laki-laki yang ada di sampingnya ini.
Makan dalam diam, benar-benar terlihat bukan seperti keluarga. Di panti asuhan tempat ia hidup dulu, jauh lebih baik dari pada di tempat ini, yang notabene di penuhi oleh keluarga besar.
Bahkan lelaki paruh baya yang menjadi kepala keluarga, tak sekali pun terlihat bercengkrama dengan cucu nya. Semua yang terlihat selama beberapa bulan ini, jauh dari apa yang ia angankan jika kelak sudah memiliki keluarga baru.
"Mas, aku pamit kerja ya." Bisik Kia. Sejujurnya ini masih begitu pagi untuk berangkat ke kantor, namun, lebih baik sendirian di gedung berlantai itu dari pada mati membeku karena tatapan dingin dari hampir seluruh penghuni rumah.
"Aku antar." Jawab Aryan.
"Ngga apa-apa, Mas. Sayang kalau mobil yang di beli tidak di gunakan, mubazir." Jawab Kia.
Aryan hanya mengusap puncak kepala istrinya itu dengan sayang. Kia pun mencium punggung tangan suaminya itu sebelum beranjak dari atas kursi yang ia duduki. Tak lupa pula ia berpamitan pada kedua mertua dan juga kakak iparnya, meskipun tak mendapat jawaban seperti yang sudah-sudah.
Kia tidak lagi mempermasalahkan hal itu. Ia tidak mau memperkeruh suasana hanya karena tidak di hargai oleh keluarga suaminya. Ia hanya berharap, jika Aryan akan tetap mencintai nya hingga nanti, walau dirinya tak di anggap ada oleh seluruh keluarga suaminya.
Beberapa saat kemudian, bunyi mesin mobil terdengar hingga ke dalam ruangan di mana keluarga besar Ganedra masih berada. Yakin Kia sudah meninggalkan rumah, Ibu Dian Ganedra segera meletakkan sendok yang ada di tangannya, ke atas meja, lalu menatap putra keduanya dengan tajam.
"Kamu sudah sampaikan kepada Kia kan, soal pernikahan kedua mu?" Tanya wanita paruh baya itu.
"Ma, aku mohon. Aku akan membujuk Kia untuk patuh dengan aturan keluarga, tapi jangan paksa aku untuk menikah lagi dengan wanita lain." Pinta Aryan memohon. Harus seperti apa lagi ia meyakinkan wanita yang ia hormati ini, jika ia bisa mengimbangi tanggung jawab sebagai seorang anak, sekaligus suami yang baik untuk istri nya.
"Papa tidak mau tahu, mau tidak mau, suka tidak suka kamu akan tetap menikah!" Tegas Ganedra. Lelaki paruh baya itu lantas beranjak dari tempat duduknya, lalu meninggalkan ruang makan itu.
"Pa...
"Kenapa sih kamu itu susah banget di atur! Semua ini demi kebaikan kamu, Aryan." Sela Ibu Dian lagi dengan kesal. Wanita itu pun kemudian beranjak, dan ikut keluar dari ruang makan untuk menyusul suaminya.
"Yan...
"Kak, aku sangat mencintai nya." Ucap Aryan memelas.
"Aku tahu, Yan. Tapi tidak masalah kan jika kamu coba berbicara dengan Kia soal ini. Bicara dengan jujur padanya. Lagi pula, Rika tidak keberatan kok jika harus menjadi istri kedua. Dan satu yang menguntungkan Kia adalah, dia bisa keluar dan terbebas dari aturan keluarga. Kalian bisa tetap menjadi sepasang suami istri di luar sana. Suami istri yang saling mencintai, tanpa harus peduli dengan berbagai aturan." Jelas Aryo.
Aryan menggeleng tegas. Apapun alasannya, tetap saja ia akan menyakiti Kia.
"Usul Mas Aryo ada benarnya, Yan. Kamu tahu bagaimana watak Papa dan Mama. Jika ada titah yang keluar dari mulut mereka, itu harus di laksanakan." Bujuk Anggi.
"Mbak kan seorang wanita, dan juga seorang istri. Bagaimana jika Mas Aryo menikah lagi dengan wanita lain?" Tanya Aryan.
Sepasang suami istri yang sudah di karuniai satu orang anak itu saling berpandangan, lalu terdiam. Seperti ada sesuatu yang sedang mereka sembunyikan.
"Mbak ga akan terima, kan?" Tanya Aryan lagi.
"Pernikahan kami hanya lah pernikahan politik, Aryan. Tidak ada cinta di dalam nya. Dan aku tidak akan peduli dengan wanita mana pun di luar sana, selagi aku yang menjadi wanita terbaik di rumah ini." Jelas Anggi.
Aryan mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Aku punya seorang wanita di luar sana, dan Ayah tahu akan hal itu. Aku mencintai kekasih ku, tapi tidak bisa memaksa nya masuk ke dalam keluarga. Dia gadis yang punya banyak impian, dan tentu saja bukan lah gadis yang bisa di tekan dengan aturan keluarga." Ujar Aryo.
Aryan tercengang. Tatapannya tertuju pada wanita yang selalu terlihat anggun dan rapi di hadapannya, namun, wanita itu sama sekali tidak terganggu dengan kalimat yang baru saja di ucapkan oleh sang Kakak.
"Kamu hanya akan menyakiti Kia jika terus memaksanya beradaptasi dengan lingkungan kita." Ujar Aryo lagi.
"Dia pasti bisa, Mas. Aku yakin Kia gadis yang baik, dan pasti akan bisa memaklumi aturan keluarga kita." Ujar Aryan. Sumpah demi apapun, ia tidak akan mau mengikuti jejak sang kakak.
Aryo tersenyum kecut. Ia tahu bagaimana berada di posisi Aryan saat ini. Akan tetapi, ia tetap membutuhkan sokongan keluarga untuk kelangsungan karirnya di pemerintahan.
"Justru karena Kia gadis yang baik, jangan siksa dia terlalu lama, Aryan. Jangan terus membuat Kia memendam segala luka nya. Kamu pikir dia tidak terluka mendapat kan tatapan dingin dari Papa dan Mama, ha? Sepertinya kamu tidak benar-benar mencintai nya, karena sama sekali tidak bisa merasakan apa yang dia rasakan saat ini!" Ujar Aryo tegas. Setelah mengucapkan kalimat panjang lebar itu, ia lantas beranjak dari tempat duduknya. Begitu pun dengan Anggi, sama seperti yang di lakukan oleh Mama mertuanya tadi, ia pun ikut beranjak dari tempat duduk nya, laku mengikuti sang suami keluar dari ruang makan.
Kini Aryan terdiam seorang diri di depan meja yang masih di penuhi hidangan. Bahkan ada beberapa menu yang tertata rapi di sana, sama sekalu belum tersentuh. Aryan berusaha mencerna kalimat yang baru saja di ucapkan oleh sang Kakak, namun kepala nya terasa mau pecah. Wanita seperti apa yang mau di duakan? Itu tidak mungkin, Aryo dan Anggi pasti membohongi dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Reni giany
wew,, mertua durjana beraksi🙄
2022-07-21
2
Reni Asmiati
aryan jadi cowok lemah, kalo cinta kia tinggalkan keluarga mu
2022-07-16
2
Kim
Aryan aryan😤😤😤
2022-07-16
1