Pagi kembali menyapa. Seperti halnya keluarga pada umumnya, di Jakarta ketika pagi datang. Meskipun memiliki asisten rumah tangga, Danira tidak hanya akan berpangku tangan. Wanita yang masih saja terlihat cantik dan menawan di usianya yang tidak lagi muda itu, akan ikut turun menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga nya.
Begitu pun dengan menantu nya, Trias. Meskipun sedang hamil tua, wanita yang mulai memancarkan aura keibuan itu, akan ikut membantu mami mertua dan asisten rumah tangga. Sesekali perut buncit nya akan mendapat usapan lembut dari sang Mami. Azam adalah hadiah terindah yang di berikan oleh Allah untuk nya. Saat laki-laki itu menawarkan untuk menjadikan dirinya sebagai seorang istri, tidak hanya cinta tulus yang di persembahkan oleh laki-laki itu pada nya, tetapi juga sebuah keluarga yang menerima diri nya dan sang kakak dengan baik.
Hati-hati. Kata ini seakan tidak pernah lelah di ucapkan oleh orang-orang yang ada di rumah mewah itu. Tidak hanya Azam yang begitu memperhatikan perkembangan janin dan juga kesehatannya, tetapi seluruh keluarga. Bahkan Daniza yang sudah tidak lagi tinggal di rumah mewah itu, selalu menanyakan kabar tentangnya, padahal adik ipar nya itu juga sedang hamil.
"Jangan pelukan di sini, nanti Bibi baper loh." Terus Danira pada Azam, saat putra nya itu tiba-tiba datang ke area dapur dan langsung memeluk menantu nya.
"Mami ngga baper?" Goda Azam sambil melepaskan dekapannya setelah mengecup kepala istrinya yang tertutup hijab.
"Nggak tuh, setiap malam Papi kan selalu kasih pelukan hangat. Buat apa." Jawab Danira acuh. Bohong, bukan Arion yang sering memeluknya, tapi dirinya lah yang sering menempel pada suami nya itu seperti perangko.
Azam tertawa geli. Laki-laki yang sebentar lagi akan bergelar sebagai seorang Ayah itu melangkah menuju ruang makan dan duduk di sana.
"Mami, Trias bawa ini ke depan, ya." Ucap Trias setelah beberapa menu yang mereka masak sejak usai subuh tadi sudah tertata rapi dan siap di hidangkan di meja makan.
"Iya, hati-hati." Jawab Danira. Tidak lupa pula wanita oaruh baya itu mengusap lembut perut buncit menantu nya.
"Ndak usah, Neng. Biar nanti Bibi aja yang membawanya ke ruang makan. Neng ke sana aja istirahat, kasian tuh calon baby nya di ajak mondar mandir terus." Cegah wanita yang sering di panggil Bibi oleh seisi rumah.
Trias menatap Mami mertuanya sebentar, setelah mendapat anggukan kepala dari Danira, ia pun mematuhi permintaan asisten rumah tangga tersebut, dan melangkah menuju ruang makan tanpa membawa nampan yang berisi makanan.
"Mas.." Ucap Trias terkejut saat tubuhnya di tarik dan tiba-tiba sudah berada di atas pangkuan suami nya.
Azam tidak peduli dengan ucapan protes dari Trias. Ia hanya terus memeluk perut buncit istrinya itu.
"Bibi akan datang menyajikan sarapan, Mas. Ngga enak kalau dia lihat kita kayak gini." Ucap Trias memelas, berharap Azam akan melepaskan dirinya. Tapi kenyataan nya laki-laki itu malah semakin menjadi. Kecupan-kecupan mesra terus mendarat di bahu nya yang tertutup hijab.
"Tau tempat dong, Bang. Ini tuh ruang makan. Kalau mau mesra-mesraan, ke kamar sana!" Ujar Alfan kesal.
"Makanya nikah, biar tahu bagaimana rasanya bermanja-manja di pelukan istri." Jawab Azam tidak kalah kesal, karena aktivitas kesukaannya di ganggu oleh jones.
"Cih, dasar anak Mami. Sama-sama mesum ga tahu tempat." Gumam Alfan. "Aduh.. Ada apa sih, Mi?" Tanyanya jesal saat kepalan tangan wanita terbaik di rumah, berhasil mendarat di pundak nya.
"Ngapain kamu tadi nyebut-nyebut nama Mami. Pake bilang mesum lagi, mau Mami kutuk jadi tampan?" Danira melotot tajam, sambil meletekkan kedua belah tangannya di pinggang.
"Memang mesum kok." Batin Alfan berontak. Mata polosnya memang selalu di buat gila oleh kelakuan dua orang berbeda gender di hadapannya ini.
"Ada apa ini?" Tanya Arion sambil mengecup kepala istrinya dengan sayang, kemudian menarik satu buah kursi yang ada di ruangan itu lalu duduk di sana.
"Nih anak kamu, Pi. Di bilang nya aku mesum." Adu Danira. Ia pun ikut menarik kursi di samping Arion, lalu duduk dengan hati-hati di sana.
"Apa yang salah di sana?" Tanya Arion sambil mengerutkan kening. Pasalnya wanita cantik di samping nya ini memang selalu bertingkah seperti yang di sebut kan oleh putranya.
Tawa Alfan seketika pecah, saat mendengar pertanyaan sang Papi. Sedangkan Danjra semakin cemberut kesal, karena Arion sama sekali tidak peka.
"Iya, kamu yang selalu nge bucinin aku kan?" Tanya Arion lagi.
"Ah udah ah, malas ngomong sama kamu. Awas aja nanti, ga boleh peluk-peluk lagi." Ancam Danira.
"Ya, selama ini kan emang kamu yang selalu meluk aku." Arion terkekeh. "Terimakasih ya, Bik. Makan di sini aja, Sama-sama dengan kita." Ucao Arion saat asisten rumah tangga yang sudah ia anggap seperti kekuarga, selesai menyajikan sarapan di untuk mereka.
"Ndak apa-apa, Pak. Saya mau sarapan bareng Mang Ujang di belakang. Kasian Mang Ujang sarapan sendirian." Jawab Asisten rumah tangga tersebut. Ia lalu berpamitan untuk kembali ke belakang, guna menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga penjaga keamanan.
Arion mengangguk mengerti. Lelaki yang paling di hormati di rumah itu, mengajak keluarga nya untuk memulai sarapan.
Seperti hari-hari biasanya, Alfan akan menjadi obat nyamuk untuk dua pasang suami istri di hadapan nya. Meskipun kesal karena selalu menjadi saksi keuwuan mereka, ia tetap melanjutkan sarapan nya hingga tandas, lalu kemudian berpamitan untuk berangkat kerja.
Sebelum berangkat, ia akan selalu mendapat ceramah yang hampir sama di setiap hari nya, mengenai perkembangan perusahaan. Meskipun perusahaan game online yang baru ia didirikan beberapa bulan yang lalu itu memiliki projek sendiri, tetap saja sang Papi masih selalu memantau nya.
"Jangan lupa, cari mantu buat Mami. Mami ngga suka kamu jadi orang yang ga laku-laku."
Kalimat yang di iringi teriakan itu pun hampir terdengar di setiap hari nya.
"Iya, Mi. Nanti.." Balasnya sebelum benar-benar keluar dari rumah mewah milik Papi dan Mami nya itu.
Di dapur setelah kepergian Alfan, Azam pun berpamitan pada kedua orang tuanya. Permintaan agar sang Mami selalu memastikan istrinya baik-baik saja, tidak pernah lupa ia ucapkan sebelum ia meninggalkan ruangan itu.
Pagi yang indah dan hangat. Azam selalu menawarkan untuk menempati rumah lain milik keluarga nya, tapi Trias sellau menolak dan menjawab lebih nyaman dan tenang jika ia berada di tengah-tengah keluarga Azam. Cukup lama menjalani kehidupan tanpa sosok seorang Ibu, membuat Trias ingin terus berada di samping Mami mertuanya. Terlebih wanuta yang paling ia hormati itu, selalu memperlakukan diri nya seperti putri nya sendiri.
"Aku pergi, ingat langsung hubungi aku jika mulai merasa tidak nyaman." Kecupan berulang kali mendarat di wajah cantik Trias.
Wanita cantik itu hanya mengangguk pasrah. hingga Azam masuk ke dalam mobil, Ia masih berdiri di sana. Nanti setelah mobil sudah beranjak pergi melewati gerbang, barulah ia melangkah masuk dan langsung menuju dapur untuk membantu asisten rumah tangga, merapikan bekas sarapan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
Ahh smoga aja kia bisa dpt mrtua yg baik kya gini
2023-03-16
0
Reni giany
wkwk,, jd ingat kocaknya Nira 😁😁
2022-07-21
1
Reni Asmiati
up yg banyak dan tiap hari thor
2022-07-16
2