Khitbah

Keesokan harinya, Melur terlambat bangun dan mendapati dirinya halangan. Ia dengan cepat berjalan ke kamar mandi dengan handuk sudah berada di tangannya.

Semalaman ia tidak bisa tidur memikirkan lamaran hari ini, ia belum bisa menerima perjodohan sepenuh hati. Ia terus teringat dengan Arkhan, lelaki yang sudah bersemayam di hatinya tapi kini meninggalkannya dengan seribu janji untuk menikahi dirinya.

Satu jam berada di dalam kamar mandi, Melur keluar dengan memakai handuk. Dia mencari baju pemberian uminya semalam, walaupun dia tidak pernah suka tapi ia tidak ingin membuat Abahnya sakit lagi.

"Dimana aku simpan baju pemberian Umi semalam ya," Gumam Melur sendiri mencari di lemarinya, mengobrak abrik lemari membuat kamarnya berantkan sekali.

Tok....tok....tok...

Suara ketukan pintu terdengar jelas, Melur menoleh ke arah pintu yang belum di buka. Dia terus mencari baju semalam.

"Melur, buka pintu! Umi masuk boleh ya?" Kata Umi Salma di balik pintu yang masih tertutup rapat, ia khawatir terjadi sesuatu pada Melur karena sebentar lagi pihak laki-laki akan datang untuk melamarnya.

"Ah, Umi. Kebetulan umi datang! Sebentar umi," kata Melur memakai pakaiannya lagi lalu membuka kunci pintu, terlihatlah Umi Salma berada di depan pintu kamar Melur.

"Kok kamu belum ganti baju?",

tanya Umi melihat anaknya masih belum menggantikan pakaian dengan baju pemberian dari sang calon suami.

"Aku lupa menaruhnya dimana, Umi!" Seru Melur dengan bibir menggerucut, ia mencari di laci samping tempat tidurnya ternyata baju itu ada disana.

"Sudah ketemu, Um,"

Melur memperlihatkan kantong kresek yang di ambil di dalam kaca pada Umi Salma, beliau hanya tersenyum lalu menyuruh Melur untuk segera berdandan.

"Cepat, kamu siap-siap! Sebentar lagi calon suami kamu akan datang," pinta Umi Salma.

Melur hanya mengangguk, tidak ada kata yang keluar dari bibirnya. Dia membuka kotak ternyata baju berwarna pink kesukaannya dan phasmina dengan warna yang senada.

Ia pun memakai baju tersebut lalu keluar untuk menemui tamu yang sudah datang. Dia kaget saat melihat lelaki yang di jodohkan dengannya adalah lelaki yang tak sengaja ia tabrak tempo hari.

_______________&&&&&&&&&______________

Brukk....

Melur tak sengaja menabrak seseorang lelaki karena ia sibuk berjalan melihat ponsel yang ada di tangan saat keluar dari mesjid.

"Maaf, saya tidak sengaja!"

Kata lelaki tersebut memakai peci dan celana kain berwarna hitam, ia menatap mata indah Melur membuat jantungnya berdegup kencang tak biasanya dia melihat perempuan seperti itu.

"Saya yang harus minta maaf, karena saya yang menabrak anda," kata Melur saat itu merasa tidak enak hati.

Sesaat Firdaus terdiam melihat kecantikan Melur sehingga tak sadar jika Melur sudah pergi meninggalkannya sendirian di halaman mesjid.

"Tidak a..pa..!" Firdaus melihat kedepa ternyata Melur sudah tidak ada.

Saat itu, Firdaus terus membayang wajah Melur tanpa sepengetahuan sang pemilik. Sehingga saat ia tahu kalau Melur di jodohkan dengannya ia merasa senang dan bahagia tanpa menolak.

Biarkan cintanya yang akan membawanya menemukan cinta sejati tanpa harus memaksa untuk saling mencintai.

_______________&&&&&&&________________

Melur, kok bengong! Ayo duduk," Umi Salma memanggil namanya yang sedang mematung menatap ke arah lelaki yang dia tabrak tempo hari. Bukan karena ketampanan Firdaus yang membuat Melur tergoda tapi dia tidak menyangka jika lelaki yang di jodohkan dengannya adalah lelaki yang sudah di tabrak.

"Ah, baik umi?" Kata Melur duduk di antara umi dan Abahnya, semua keluar sudah berkumpul. Acara lamaran pun di mulai, tidak ada tenda yang mewah. Lamaran terjadi dengan sederhana, Melur terlihat cantik dengan balutan renda berwarna pink sampai mata kaki.

Nyonya Fatma, ibunda Firdaus memasangkan cincin bermata kupu-kupu sebagai tanda membuat Melur terpana melihatnya. Dia belum pernah melihat cincin seindah dan selucu itu, matanya tak berkedip menatap ke arah cincin pemberian sang calon suami.

Acara mengkhitbah pun selesai, Firdaus mencuri pandang ke arah Melur tapi tidak bagi wanita cantik berbulu mata lentik itu terus menatap cincin yang begitu cantik di jari manis.

"Cincin ini pasti mahal, kok dia mau memberikan cincin semahal ini," Gumam Melur dalam hati, ia sekilas menoleh ke arah Firdaus membuat Firdaus salah tingkah.

"Melur, Firdaus, kalian akan menikah seminggu lagi," kata Abah.

Semua orang hanya mengangguk dan tersenyum menatap lelaki tampan dengan kulit putih bersih.

"Apa, Seminggu! Apa itu tidak terlalu cepat Abah,"

Kaget iya, ia berpikir jika pernikahannya bisa terulur 2 Minggu lagi. Nyatanya waktu yang Abahnya berikan hanya satu Minggu dan itu membuat Melur kesal karena ia belum mengenal sama sekali calon suaminya.

"Bukannya pernikahan itu lebih cepat lebih baik, kenapa kita harus mengulur-ulur waktu nak," kata nyonya Fatma.

Saat pertama kali melihat Melur, ia sudah yakin untuk memilih Melur untuk menjadi menantunya. Apalagi Umi Salma dan Nyonya Fatma berteman akrab sehingga Umi Salma tidak ragu melepaskan Melur pada lelaki yang tepat.

_____________&&&&&&&________________

Terpopuler

Comments

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

maish nyimak thor

2022-08-16

0

Nazila Nisa

Nazila Nisa

next

2022-07-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!