Sesampainya di parkiran sekolah Ferro turun dari motor dan seperti biasa manja meminta Revan membukakan pengait helm nya.
"Udah berumur masih aja susah bukain barang beginian." Revan mengejek.
"Bodo...!" Ferro memonyongkan bibirnya.
"Hu...!" Revan menutup kembali kaca helm Ferro dengan sengaja setelah melepaskan pengait nya.
"Ih jail banget sih ni anak." Ferro sebel melepaskan helm nya.
"Udah lama banget sih buruan ke kelas bentar lagi upacara bendera." Ferro menarik tangan Revan yang masih aja duduk di atas motor.
Mereka berjalan di koridor sekolah bersebelahan dan sekali kali Revan sengaja menjegal kaki Ferro yang hampir membuat nya terjatuh serta tak segan Ferro mengejar Revan untuk mencubit nya kalau bisa hingga kulit nya robek saking geramnya Ferro.
Ferro dan Revan tumbuh bersama, menghabiskan waktu bersama, sampai sekolah pun dari SD, SMP hingga sekarang duduk di bangku SMA mereka selalu satu kelas.
Hari ini merupakan hari pertama mereka menjadi siswa siswi kelas sebelas mereka telah bekerja keras belajar demi bisa naik kelas dan terbukti mereka bisa naik kelas Tampa ada yang mengulang.
Sekitar satu jam lebih berlalu upacara bendera pun berakhir para murid berhamburan meninggalkan lapangan upacara menuju kelas masing-masing.
Di kelas 11 MIPA 2 suasana gaduh dari beberapa siswa yang bergurau, Revan duduk di barisan ke dua paling belakang barisan meja guru, ia duduk semeja dengan Vian sedang kan di seberang sebelah kanannya ada Ferro duduk semeja dengan Ara.
"Eh pas gua ke kantor gua gak sengaja loh dengar wali kelas kita Bu yuni ngobrol sama siswa baru, pas gua liat oh my God ganteng banget....!" Ara senyum gemes menyipitkan matanya.
"Seriusan ..!" tanya Ferro yang biasa aja.
"Sumpah." Ara mengangkat dua jarinya.
Ferro hampir melanjutkan obrolan nya tiba tiba wali kelas mereka masuk dan di ikuti murid pindahan di belakang nya.
"Selamat pagi murid murid." Bu Yuni tersenyum semangat.
"Pagi Bu." saut murid bersamaan.
"Ok hari ini kita kedatangan murid baru, ayo silahkan
perkenalkan nama nya." Bu Yuni mempersilahkan.
"Nama saya Aslan Nelson saya murid pindahan dari SMA xxxx." Aslan memperkenalkan diri.
Para siswi memasang muka imutnya serta histeris melihat Ketampanan nya.
"Ganteng kan si Aslan." Ara berbisik.
"Iya ganteng." Ferro mengangguk tetapi gak begitu lebay seperti siswi yang lain.
Dari arah sebrang Revan sengaja melontarkan karet gelang yang entah dari mana ia mendapat nya ke arah lengan Ferro, walaupun gak terlalu sakit tetapi berhasil membuat Ferro geram menyipitkan matanya.
"Ganteng ganteng pala lu, lebay oi." Revan sewot.
"Apaan sih lu, iri yah bilang bos." Ferro menjulurkan lidahnya.
"Makanya waktu dalam kandungan jangan banyak gerak Napa, jadi gitu deh muka Lo gak jelas mirip masa depan." ejek Ara kepada Revan.
Merasa gak adil melihat Ferro mendapat bantuan mengejeknya, Revan kembali menarik gelang karet nya yang di arahkan ke kening Ara.
Hal tersebut di lihat Bu Yuni.
"Revan junior berhenti bermain, atau mau ibu suruh belajar di luar." Bu Yuni melototi Revan.
"Beneran Bu." Revan melihat setitik cahaya harapan bolos hari ini.
"Saya ikut!" Gilang dan Edo yang duduk dibelakang bangkunya Revan angkat tangan penuh semangat.
"Saya juga ikut Bu, saya akan menemani para sahabat saya mengikuti eksekusi ini walaupun waktu belajar di kelas saya pertaruhan." Vian mengangkat kan tangan nya dengan memasang wajah meyakinkan dan pura pura sedih.
"Bilang aja kalian berempat mau bolos." ceplos Ara.
"Eh gigi tupai, jangan menuduh dan berfikir negatif yah ini baru yang namanya teman yang setia." Vian dengan rasa bangga.
"Udah udah berhenti berdebat, Revan rapikan baju mu duduk dengan benar." Bu Yuni menengahi kebiasaan anak didiknya yang selalu aja berdebat.
"Aslan silahkan duduk bangku kosong di sebelah sana yah," Bu Yuni menunjuk bangku kosong tempat di depan meja Ferro.
"Baik Bu!" Aslan mengangguk dan langsung menuju kursi nya.
"Ibu ke kantor dulu kalian jangan ada yang keluar kelas apa lagi sampai ribut." kata Bu Yuni yang berlalu keluar meninggalkan kelas.
Setelah berkenalan dengan orang yang di sebelah nya Aslan menoleh ke arah Ferro dan menjulurkan tangannya.
"Aslan..!"
Saat Ferro hendak menyalami Aslan tiba tiba tangan Revan terlebih dahulu menggenggam tangan Aslan.
"Ini Ferro dan gua Revan." Revan tersenyum dengan dengan mata melotot.
"Ih kebiasaan." Ferro mencubit pinggang nya Revan.
"Anjir sakit oi, lama bisa bocor ni pinggang di cubit terus." Revan meringis kesakitan.
Aslan menarik kembali tangannya dan tersenyum kaku, ia memandang ke arah Revan dan heran dengan kelakuannya.
Bel istirahat berbunyi seperti biasa para siswa siswi berhamburan lari keluar kelas seperti ketakutan gempa, keluar dari kelas berbondong bondong tergesa-gesa menuju kantin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Vivie_3ky
kalo suka ama fero bilang van
2023-08-13
0