"Bagaimana?", tanya Alvaro sekali lagi.
Bryand hanya menggelengkan kepalanya bingung. Lalu ia menatap sang asisten kedua itu dengan dahi berkerut.
"Apa yang kau lakukan tadi, Al?", sang asisten pertama menodong Alvaro dengan tatapan aneh.
"Saya tidak melakukan apa-apa, Tuan. Ada apa?", Alvaro balik bertanya.
Bryand semakin bingung dengan pengakuan sekaligus pertanyaan lanjutan dari Alvaro.
"Bagaimana caranya Tuan Bos tahu kalau kau melakukan hal mesum di kantor?".
Alvaro melototkan matanya. Ah, aku lupa, bahwa di lantai ini, CCTV hanya terhubung ke layar besar yang ada di ruangan Tuan Bos? gumam Alvaro dalam hati.
Sedangkan sekretaris yang berada di situ hanya tertunduk malu karena sang Bos mengetahui hal yang baru saja terjadi beberapa menit lalu.
Alvaro melirik sang sekretaris kemudian tersenyum.
Tiba-tiba..
Pintu ruangan CEO terbuka lebar.
"Bryand, jangan lupa belikan saya pengaman berduri untuk dipakai saat malam pertama", ucap sang Bos dengan suara yang sedikit kencang.
Bryand yang kaget dengan perintah sang Bos menatap heran. Sejak kapan si minim senyum jadi mesum? Pengaman berduri ada ya? tanya Bryand dalam hati.
"Oh ya, Al ajaklah Verena makan malam baru bungkus. Jangan langsung dibungkus. Pemanasan dulu, ingat gunakan pengaman. Saya tidak mau antara kalian memiliki anak lebih dulu dari saya. Ingat itu. Ve, kalau si kaku itu lupa pengamannya, tendang saja dia ketika lagi enak-enaknya", Jo memperingati asisten beserta sekretarisnya.
Sang asisten pertama Bryand memperhatikan Alvaro dan Verena secara bergantian setelah mendengar perkataan Bosnya. Sedangkan Alvaro hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal atas ucapan langsung sang Bos.
Jo kembali masuk ke ruangannya dan melanjutkan pekerjaannya kembali.
"Jadi kalian?", telisik Bryand.
Alvaro tersenyum, kemudian menatap Verena. yang mukanya sudah seperti tomat merah merekah.
"Sudahlah, kembali bekerja, urusan ranjang kalian bisa dilanjutkan di tempat sepi atau di apartemen kalian. Tetap profesional. Hanya itu yang saya tekankan", lanjut Bryand sang asisten pertama.
"Baik, Tuan", jawab Verena dan Alvaro bersamaan.
"Cieeee, yang kompakkan..... Ingat, bikin dedenya juga kompakkan ya?", canda Bryand kemudian berlalu pergi menuju lift dan kembali ke markas besar bawah tanah mereka.
++++±+
Sedangkan di lain tempat, tepatnya di kamar Claudya.
"Sudah yang saya minta?", tanya Cla pada asistennya Jeny.
"Hanya ini yang saya dapatkan, Nona", sambil menyerahkan sebuah map cokelat berisi data tentang Richard Jo.
"Hanya ini? Data ini semua orang juga tahu, Jen. Tetapi saya mau yang lebih rinci..!", sambil menatap sang asistennya.
"Baik, Nona. Akan saya kerjakan !!".
"Hmmmm. Saya akan berikan libur untukmu jika mendapatkan datanya dengan rinci.
"Benarkah, Nona?", girang Jeny ketika mendengar yang dikatakan majikannya.
"Jelas. Kau tahu kan saya tidak pernah mengingkari apa yang saya katakan?", ucap Claudya dengan senyum penuh maksud. "Waktumu 48 jam dari sekarang. Ingat..!!", seringai Claudya.
"Baik, Nona. Akan segera saya laksanakan..!!", tegas Jeny kemudia pergi dari kamar pribadi Bosnya.
"Jika kau tak mendapatkan datanya dalam waktu itu, jangan harap kau akan berbagi peluh dengan kekasihmu sampai waktu yang tidak ditentukan", senyum jahat Claudya membuat Jeny berbalik lagi menatapnya dengan lesu. "Pergilah. Semangat, Jeny Orlando..!!".
"Richard Jo Fernand", gumam Claudya dalam hati. "Namamu sangat-sangat bagus. Tetapi sayang, tampangmu yang tampan sangat sulit membuatku jatuh cinta padamu. Akan aku manfaatkan dirimu yang menyebalkan itu untuk mendapatkan posisi yang kuat di perusahaan ku, kemudian akan ku depak kau dari hidupku.. Prian menyebalkan. Coba seandainya kau dengan minim senyum itu bersikap sedikit romantis padaku, mungkin aku akan jatuh cinta padamu. Sayang sekali.....".
Tok-tok-tok...
"Masuk", ucap Claudya ketika mendengar pintu kamarnya diketuk.
"Cla.... Ayah ingin bicara sebentar...", kata Albert setelah masuk ke kamar putrinya.
"Ada apa, Yah? Mana ibu?", tanya Claudya.
"Biasalah. Masih berteman dengan selimutnya", nyengir Albert.
"Yah, gak takut encok apa? Udah tua loh...!!", ganggu Claudya.
"Hahahaha. Kau tak tahu saja ibumu. Tak pernah mau sekali saja", dengan tawa Albert berkata.
"Sama-sama doyan...", Claudya memutar bola matanya malas. "Ada apa, Yah? Serius kali ini?".
"Bagaimana persiapan pernikahanmu? Om Don Adriand dan ayah sangat berharap kalian bisa bahagia, Nak", Albert berucap sambil mengelus Surai hitam sang putri.
"Begini, Yah. Kehidupan bahagia itu hanya bisa didapatkan dengan cinta dan karena cinta. Sedangkan aku dan Jo? Kami adalah dua orang baru yang sama sekali tidak saling mengenal sebelumnya. Kami berdua hanya berjalan mengikuti irama takdir. Tetapi itu hanya berlaku sampai ketika kami menikah. Setelah itu, kami sama-sama bebas mengurusi kehidupan kami. Dan itu syarat yang ayah dan Om Don harus terima..!", ucap Claudya menatap ayahnya.
"Kalian bisa saling mengenal setelah menikah. Seperti ayah dan ibumu, Kami....".
"Jangan samakan atau bandingkan kehidupan ayah dan ibu dengan kehidupanku sekarang.. Tetapi aku tahu, ayah sudah memikirkan semuanya sebelum mengambil keputusan perjodohan ini", senyum Claudya pada ayahnya.
"Ayah menyayangimu, Nak. Kau tentu tahu itu", peluk Albert pada putrinya.
"Aku tahu ayahku sayang. Jika menikahi pemuda dengan senyum minim itu membuat ayah dan ibu bahagia, maka aku akan lakukan dengan sebaik mungkin".
"Lihat saja Richard Jo..!!. Kau akan bertemu iblis cantik yang membuatmu kepanasan...hahahhahaah", ucap Claudya dalam hati.
uhukkk-uhukkjk.
"Ah sial... Pasti gadis sengklek itu sedang berbicara tentangku".........!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments