Keesokan paginya.
Muve tertidur sangat lelap padahal dia tidur disore hari tapi bangunnya malah dibesok paginya dan juga lebih buruknya lagi dia bangun sedikit kesiangan, sangat tidak cocok untuk ditiru, dibilang kelelahan tidak mungkin karena efek Level up juga menghilangkan rasa lelah.
“Hoamm. Entah kenapa aku merasa tubuhnya sedikit kaku, padahal biasanya saat bangun pagi seseorang pasti merasa segar.”
[Itu karena anda tidur sekitar 16 jam Host padahal kebiasaan seseorang tidur hanya sekitar 8-9 jam]
“Hehe maaf-maaf. Aku sebenarnya hari ini ingin kesekolah tapi sepertinya aku kesiangan... Apa aku bolos lagi ya?”
[System menyarankan Host untuk pergi sekolah karena mungkin saja ada hal yang dapat membantu Host menjadi kuat]
“Apa kau yakin disekolah yang penuh diskriminasi terhadap Jobless bisa memberikan hal bagus buatku??”
[Apakah hanya anda sendiri yang Jobless disekolah itu?]
“Seingatku ada 2 anak lagi yang Jobless!”
[Setidaknya anda memiliki teman untuk berbagi diskriminasi yang didapat]
“Uh... Baiklah-baiklah.”
Muve lalu pergi mandi dan bersiap kesekolah, sesampainya dipintu gerbang dia menemui seorang penjaga yang berdiri didepan gerbang.
“Hei nak! Kau mau kemana?” ucap sang penjaga.
“Paman tidak lihat saya menggunakan seragam sekolah?” jawab Muve.
“Bener juga ya eee... Maksudku kau tau jam berapa ini? Kau telat 1 jam!” ucap sang penjaga.
“Iya saya tau tapi saya bangun kesiangan daripada bolos jadi saya masuk saja walau terlambat.” jawab Muve.
Sang penjaga itu sedikit tersenyum tipis kepada Muve dan berkata “Bagus nak, kau mau mengakui kesalahanmu tetapi besok jangan diulangi lagi! Ya sudah kau boleh masuk.” sang penjaga pun membukakan gerbang untuk Muve.
“Iya paman, terima kasih!” jawab Muve.
Tapi tidak lama Muve kembali lagi kearah sang penjaga dan bertanya “Paman aku sebenarnya tidak masuk dihari pertamaku jadi aku tidak mengetahui kelasku berada dimana, bisa Paman bantu tunjukkan?”
“Apa bolos dihari pertama? Hah... Disini kelasnya tergantung Job yang dimiliki, jadi apa Job mu?” tanya sang penjaga.
Muve terdiam saat sang penjaga menanyakan itu dan ragu-ragu untuk memberitahunya tapi karena memang terpaksa Muve pun memberitahu kalau dia adalah seorang Jobless.
Seketika ekspresi sang penjaga menjadi cemberut dan sikapnya menjadi tidak ramah.
“Hah? Jobless? Kalau aku tau dari awal aku tidak akan membukakan pintu gerbang! Kelasmu berada diujung pojok kiri sana! Lain kali kalau kau terlambat lagi aku tidak akan membukakan pintu!”
“Terimakasih Pama...”
“Tidak perlu berterima kasih! Cepat sana!” bentak sang penjaga.
Muve pun pergi kearah yang ditunjuk oleh sang penjaga tadi dan sesampainya disana dia terkejut kalau kelasnya itu sangat berbeda dengan kelas lainnya, karena terbuat dari kayu yang sudah tua dan didalam kelasnya pun penuh dengan bedu serta jaring laba-laba.
“Aneh? Tidak ada orang sama sekali disini? Seingatku ada dua orang juga yang sama sepertiku?” gumam Muve.
[Mungkin mereka tidak masuk]
Tidak lama kemudian datanglah dua orang yang disebutkan oleh Muve tapi mereka terlihat kacau.
“Hei apa yang terjadi pada kalian?” tanya Muve.
“Seperti biasa! Murid kelas lain selalu membawa kami keluar dari kelas dan mengajak kami berkelahi.” jawab salah seorang dari mereka.
“Oh kau seorang Jobless juga?”
“Iya. Aku sudah bolos 2 hari karena ada urusan.” jawab Muve.
“Pantas saja kau masih terlihat baik-baik saja.”
“Ngomong-ngomong dimana gurunya?” tanya Muve.
“Kelas Jobless tidak memiliki Guru, mereka hanya datang membawakan setumpuk buku lalu pergi.”
“Oh ya aku Ace dan orang yang tidak mau berbicara itu Lily.” ucapnya mengajak Muve berjabat tangan
“Aku Muve.” jawab Muve membalas jabatan tanganya.
“Muve? Oh kau cukup terkenal dikelas sebelah! Mereka selalu bercerita tentang kau dan juga ibumu dan kalau tidak salah ingat mereka juga pernah bilang kalau sebenarnya ibumu tidak ingin bunuh diri tapi dipaksa untuk bunuh diri.” ucap Ace.
Seketika Muve langsung berdiri dengan tatapan kesal kearah Ace dan menarik kerah baju Ace dengan kuat “Apa benar yang kau katakan itu!” bentak Muve.
“Iya! Mereka berbicara itu saat hari pertama sekolah.” jawab Ace.
“Kelas mana itu dan siapa yang bercerita tentang itu!?”
“Lepaskan dulu tanganmu i...”
“Katakan saja!!” potong Muve dengan keras.
“Iya-iya! Dia Jeremy dikelas Mage.” jawab Ace.
“Dimana kelasnya!”
“Kelas pertama dari sini. Hei kau yakin ingin mendatangi kelas itu sendirian? Kau mungkin akan membuat dirimu sendiri malu!” jawab Ace.
“Itu bukan urusannmu!”
Muve lalu melepaskan Ace dan berjalan dengan penuh amarah ke kelas yang diberitahu ole Ace.
“Aneh sekali, padahal dia seorang Jobless tapi kenapa cengkeramannya sedikit kuat? Kau lihat itukan Lily?” ucap Ace sedikit heran.
“Hmmmm.” jawab Lily.
Sesampainya dikelas yang diberitahu Ace, Muve lalu berteriak “Siapa yang namanya Jeremy!!!”
Seluruh orang dikelas seketika terdiam terkejut melihat Muve yang datang dengan kasar seperti itu.
“Hei! Di kelas mana kau? Berani-beraninya mengacau dikelas!” bentak seorang guru yang tengah mengajar Kelas Mage.
“Aku Muve dan aku sedang mencari Jeremy!!”
“Aku Jeremy, memangnya kenapa? Tunggu dulu... Kau Muve? Hahaha sepertinya aku tau alasanmu kesini, itu pasti karena cerita itukan!” jawab seorang anak laki-laki yang berada dipojok belakang kelas.
Muve lalu berjalan perlahan mendekatinya tapi ditahan oleh Guru kelas tersebut.
“Biarkan saja Guru! Aku ingin lihat apa yang ingin dilakukannya.” tegur Jeremy.
Guru pun melepas tangannya yang memegang bahu Muve.
“Apakah cerita itu sungguhan!?”
“Cerita apa? Cerita tentang ibumu yang bunuh diri?” jawab Jeremy.
“Bukankah kau bilang kalau ibuku mati karena dipaksa bunuh diri!!” bentak Muve.
“Hoi jaga nada bicaram... Ugh.”
Muve memukul wajah kanan Jeremy dengan kuat membuatnya jatuh dari kursinya.
Melihat itu seluruh murid langsung berdiri dan menatap Muve dengan tajamnya.
“Hei pengacau! Berani-beraninya kau memukul salah seorang muridku saat aku masih berada dikelas!” Bentak Guru.
“Bi-biarkan saja Guru!” tegur Jeremy kembali saat mencoba bangun.
“Okay-okay aku akan memberitahumu ceritanya.”
***
Saat itu aku baru saja pulang dari sekolah hari pertama dan aku melihat ibuku terlihat tertawa terbahak-bahak dikamarnya entah karena alasan apa.
Karena penasaran aku lalu mendekatinya dan bertanya “Ibu kenapa tertawa seperti itu?”
Ibuku pun menjawab “Aku tertawa karena betapa bodohnya wanita rendahan yang pagi tadi ketemui, padahal aku hanya bercanda saat mengatakan kalau aku akan membunuh anaknya kalau dia masih hidup, padahal membunuh seseorang yang masih memiliki darah seorang raja adalah hal terlarang tapi dia dengan bodohnya percaya itu dan melakukan gantung diri tepat dihadapanku! Hahahahah.”
Aku awalnya tidak mengetahui siapa wanita rendahan yang disebut ibuku tapi setelah mendengar berita kalau ada seorang wanita tua yang bunuh diri dirumahnya dengan gantung diri, aku pun akhirnya tau kalau itu adalah ibu.
***
Seluruh ruangan langsung seketika sepi setelah Jeremy selesai bercerita.
“Jadi tolong jawab apakah aku atau ibuku yang salah? Atau ibumu yang terlalu bodoh?” tanya Jeremy.
“Ten-tentu saja salah ibumu!! Kalau saja ibumu tidak bercanda seperti itu pasti ibuku masih hidup!!”
“Sudahlah bocah! Cepat keluar dari kelasku!!” bentak Guru.
“Iya keluar! Dasar pengacau!” teriak para mrid lainnya.
Muve cukup terpokok karena tidak bisa berbuat apa-apa terlebih lagi kalaupun di lanjutkan berkelahi yang disalahkan adalah dirinya.
“Fire Ball.”
Sebuah bola api kecil muncul ditangan kanan Jeremy dan dia melemparkannya kearah punggung Muve sampai membuatnya terpental sampai kepintu.
“Itu balasakan untuk pukulanmu.” ucap Jeremy.
Seluruh murid tertawa melihat Muve yang terlempar, Muve lalu berusaha bangkit dan berlari ke arah kelasnya.
“Ada yang tau dia dari kelas mana?” tanya Guru.
“Jobless.” jawab Jeremy.
“Apa? Jobless? Aku akan melaporkan ini kepada kepala sekolah! Sekarang kita istirahat dulu, kalian boleh keluar.” Guru pun keluar dari kelas sambil membawa beberapa buku ditangannya.
Muve yang kembali ke kelas dengan raut wajah kesal membuat Ace bingung apa yang terjadi padanya.
“Jadi bagaimana?” tanya Ace.
“Dia tidak bersalah.” jawab Muve datar.
“Lalu apa yang terjadi pada punggungmu? Itu terluka sedikit parah, apa kau yakin tidak ingi mengobatinya?” tanya Jeremy.
Muve menggelengkan kepalanya dan pergi kebangku untuk mengambil barang-barang sekolah yang dibawanya tadi.
“Kau mau kemana? Bukankah belum waktunya pulang?” tanya Ace.
“Aku keluar saja dari sekolah ini! Aku ingin berpetualang menjadi kuat dan membalaskan dendam ibuku pada Jeremy dan ... Tidak cukup hanya mereka, aku akan balaskan dendamku kepada Kerajaan ini!” jawab Muve dengan mata penuh amarah.
“Hoi kau yakin? Membuat satu Kerajaan menjadi musuh bukanlah hal menyenangkan apalagi Kerajaan ini termasuk Kerajaan kuat.” tanya Ace.
“Tentu saja!” jawab Muve.
Setelah mengambil barangnya Muve lalu pergi dari sekolah tersebut melewati dinding karena kalau misalkan dia lewat gerbang pasti sudah ditahan oleh penjaga gerbang.
Sesampainya dirumah Muve memperban luka bakar dipunggungnya dan membawa beberapa pakaian untuk berpetualang.
“Aku akan mengelilingi dunia ini dan menjadi orang kuat! Lihat saja kalian.” ucap Muve menggenggam tanganya dan mengarahkannya kearah Kastil Kerajaan.
Muve pun berjalan kearah Gerbang sambil membawa tas kecilnya.
“Hei nak kau mau kemana??” tanya prajurit yang menjaga gerbang.
“Tumben sekali kau bertanya? Biasanya kau langsung membiarkanku pergi?” jawab Muve.
“Sudah biarkan saja dia pergi!” ucap prajurit lain yang menjaga gerbang bersamanya.
Muve pun akhirnya diperbolehkan untuk keluar dari kota tapi tidak jauh setelah keluar, prajurit tadi memanggilnya dari kejauhan.
“Kenapa Paman?”
Prajurit itu tidak menjawab dan hanya memberikan sebuah belati kecil kepadanya dan kembali lagi ke pos jaganya.
Melihat itu Muve tersenyum tipis dan kembali berjalan memasuki hutan untuk memulai perjalanannya untuk menjadi kuat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Harman LokeST
sssssssssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiippppppppppp
2022-07-17
0
Ftm
buat kehancuran aja Thor buat dunia itu hancur
2022-07-07
0