Pagi yang cerah seperti sebuah ironi yang bertolak belakang dengan hati Vara, begitu kelam dan penuh kesedihan. Dipandanginya photo-photo Arya yang terpajang dikamarnya. Gadis itu berpikir tidak akan pernah ada keceriaan itu lagi, hanya ada kenangan-kenangan indah bercampur kenangan tragis yang akan selalu menjadi trauma di hidupnya.
Masih teringat kata-kata terakhir yang Arya ucapkan padanya.
“Vi, ini akan lebih romantis dari sekedar makan malam”.
Vara merasa sangat marah jika mengingat perkataan Arya itu.
"Apa yang ingin dia tunjukan? Balapan itu sama sekali tak romantis, karena balapan itu Arya pergi dariku." Vara merutuki keadaan yang disesalinya.
Meskipun hati Vara masih diliputi emosi, tapi air mata kesedihan tidak pernah dapat dia bendung. Terlebih saat mengingat kenangan terakhir yang ditinggalkan oleh Arya. Vara meyakini bahwa Arya mencintainya, karena masih jelas dalam ingatan Vara, Arya mengatakan “I love you” disaat terakhir memandang dirinya.
Seminggu sejak kematian Arya, Vara masih selalu mengurung diri di kamar, meratapi nasibnya karena kehilangan kekasih yang dicintainya. Mama Irena, Papa Devan dan Reyvan juga memberikan Vara waktu untuk menyendiri. Mereka hanya mengingatkan Vara saat waktu makan, shalat atau mandi.
Vara juga sama sekali tidak ingin menemui sahabat-sahabat terdekatnya yaitu Danila, Vanny, Samuel dan Brandon. Walaupun begitu mereka selalu berusaha memberi Vara semangat melalui chat group karena Vara selalu menolak menemui mereka secara langsung.
Vanny
"Vara, jangan lupa makan ya."
Brandon
"Aku kerumah kamu ya. Kita main game bareng."
Danila
"Ayooo, boleh kan Var?"
Samuel
"Ayooo ...."
Sebenarnya Vara begitu terharu dengan sikap sahabat-sahabatnya yang sangat peduli padanya itu. Tapi Vara merasa belum siap dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Terlebih jika Vara tidak bisa menahan air matanya didepan mereka.
"Maaf ya. tapi aku benar-benar masih ingin sendiri."
Beruntungnya sahabat-sahabat Vara mengerti dengan keinginannya. Mereka memberi Vara waktu namun tetap mendukung Vara dari jauh.
*********************
Setelah berhari-hari hanya menghabiskan waktu dengan berdiam diri di kamar, Vara mulai merasa bosan. Sabtu malam ini cukup membuatnya tertarik untuk mencari udara segar. Mungkin dengan keluar rumah, rasa sesak didadanya bisa sedikit berkurang.
"Ma ... Pa ... Vara mau jalan-jalan keluar ya."
Mama Irena dan Papa Devan yang sedang menonton TV sesaat menatap Vara dengan tatapan menyelidik.
"Vara, kamu sebaiknya menunggu Kak Rey pulang dulu ya. Biar bisa ditemani Kak Rey."
Mama Irena menjawab permintaan Vara dengan ekspresi cemas.
"Kak Rey lagi malam mingguan sama pacarnya. Pasti pulangnya malam Ma."
Mama Irena melirik Papa Devan seolah meminta pendapat. Papa Devan tampak berpikir sejenak.
"Ya sudah, hati-hati ya perginya. Jangan pulang terlalu malam. Kalau ada apa-apa telpon Papa ya."
Akhirnya Papa Devan mengizinkan meskipun diikuti dengan tatapan Mama Irena yang penuh kekhawatiran. Vara bergegas untuk bersiap-siap dan langsung mengendarai mobil kesayangannya, sebelum Mama Irena dan Papa Devan berubah pikiran.
****************************
Vara menatap tempat yang mengambil Arya darinya. Gadis berwajah sendu itu sengaja datang kesini, hanya untuk belajar menghadapi traumanya. Diedarkan pandangannya ke segala arah, entah apa yang sedang dia cari.
Sentuhan lembut dipundak Vara cukup membuatnya terkejut. Seorang laki-laki yang mungkin umurnya lebih tua 4-5 tahun dari Vara yang berumur 20 tahun, menatap Vara tanpa ekspresi.
Laki-laki itu memakai topi yang menyamarkan wajahnya, berjaket tebal dengan wangi parfum yang cukup menyengat tapi menenangkan. Dalam keremangan, Vara masih bisa melihat matanya yang tajam dan agak sedikit menakutkan.
“Kamu pacarnya Arya kan?”
Tanyanya sambil menyalakan rokok, yang kemudian dihisapnya dalam-dalam. Vara hanya mengangguk, sekilas melihat wajahnya yang tidak terlalu jelas karena cahaya minim disekitar mereka.
"Kenapa kamu kesini?” Pertanyaan laki-laki itu masih terasa datar bagi Vara, dan Vara masih belum menangkap maksud dari pertanyaan-pertanyaannya itu.
"Memangnya ada larangan untuk aku datang kesini?” jawab Vara, sama datar dengan pertanyaan laki-laki itu. Tapi laki-laki itu tidak menjawab, hanya menghisap rokoknya lebih dalam lagi.
Tiba-tiba matanya bergerak cepat memandang Vara, membuat Vara terkejut dan salah tingkah seketika. Beberapa lama laki-laki itu masih memandangi Vara, yang akhirnya berani menatap langsung manik mata yang tajam di hadapannya. Mata dari seorang laki-laki berwajah tampan dengan rahang yang tegas dan alis yang tebal.
******************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Mia Bie
Hai kak.. aku mampir bwa boomlike🙋🏻♀
Semangat berkarya🤗🤗
Salam manis dari "Love at the first sight"😘
2021-04-12
1
Sekapuk Berduri
jejak like 💕
2021-01-12
1
Pooh
pasti setya
2020-12-14
2