Part 4
Beberapa hari berlalu, Irwan berkunjung ke rumah orang tuanya ingin meminta saran dari orang tuanya tentang Novia yang akan melanjutkan pendidikannya, tentumya butuh biaya.
"Assalamu'alaikum" ucap Irwan lalu masuk.
"Wa'alaikumussalam" jawab bu Mini.
"Papa kemana mah ?" tanya Irwan.
"Ada di kamar, paah ada Irwan" bu Mini langsung memanggil suaminya.
Pak Ahmad keluar dari kamar lalu duduk disamping istrinya.
"Hmm, bagaimana kabarmu wan ?" pak Ahmad menanyakan kabar anaknya.
"Alhamdulillah baik pah".
" Bagaimana sikap mertuamu ? "
"Baik pah, mereka perlakukan menantunya seperti anak sendiri."
"Syukurlah kalau seperti it."
"Pah, Novia akan kuliah dan butuh biaya, papa tahu kan aku belum punya penghasilan."
Pak Irwan terdiam sejenak, lalu melanjutkan pembicaraan.
"Wan, kalau kamu sudah memutuskan untuk menikah artinya kamu sudah siap menafkahi perempuan yang kamu nikahi".
"Sebaiknya kamu yang gantikan sopir kita, selama ini kan orang lain yang jadi sopirnya, gimana menurutmu ?"
"Hmm...iya pah aku mau" jawab Irwan.
"Berapa setorannya ke papa kalau aku yang jadi sopirnya ?" tanya Irwan.
"Samalah seperti sopir papa sebelumnya, setorannya Rp.100.000 perhari"
"Oke pah, mulai besok aku yang jadi sopir angkot papa". Irwan tersenyum sumringah.
Setelah beberapa saat bercengkrama dengan orang tuanya...tak terasa waktu sudah menunjukkan jam empat sore, Irwan berpamitan kepada kedua orang tuanya.
Bu Mini mengantar anaknya sampai ke halaman depan.
"Wan, jangan sampai telat bangun pagi yaa, apalagi kalau di rumah mertua" bu Mini memberi wejangan kepada anaknya.
"Iya mah" jawab Irwan lalu menghidupkan mesin motornya dan perlahan meninggalkan rumah orang tuanya.
Novia duduk sendiri diteras rumahnya menunggu suaminya pulang.
Tak lama berselang motor Irwan masuk, lalu Novia langsung memyambut suaminya.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam" jawab Novia.
"Ada kabar baik yang di bawa pulang ?" ucap Novia sambil menggandeng tangan suaminya lalu masuk ke dalam rumah.
"Ada, tapi kita bahasnya dikamar".
Novia menarik tangan suaminya dan mengajak masuk ke kamar.
"Cepat jangan bikin penasaran" ucap Novia.
"Eeh sabaarr, semalam kan sudah berapa kali" Irwan menggoda istrinya.
Buuughh...
Novia memukul bahu suaminya, wajahnya merah merona karena malu.
"Bukan itu maksudku, penasaran mau dengar kabar iiihh malah fiktor" jawab Novia
"Hahaha..." Irwan tertawa terbahak bahak rasanya puas bisa menggoda istrinya dan geli melihat ekspresi Novia yang melotot.
"Sttttt...nanti mama papa dengar suaramu terbahak bahak" ucap Novia.
Mereka pun masuk ke kamar lalu duduk
di ranjang
Irwan terdiam sejenak sengaja membuat Novia penasaran.
"Katanya mau bahas dikamar ayo buruan" Novia tak sabar mendengar cerita suaminya.
"Hmm baiklah, mulai besok pagi aku akan bekerja jadi sopir angkot punya papa".
Irwan melanjutkan ceritanya," karena kamu sebentar lagi mau masuk kuliah, pasti butuh biaya yang banyak makanya aku sengaja ke rumah papa minta solusi, dan solusinya jadi sopir."
"Alhamdulillah Ya Allah" Novia langsung berucap syukur dan memeluk suaminya.
"Sekarang penasarannya hilang kan, gimana kalau kita ulang yang semalam ?" Irwan tersenyum penuh arti.
"Hmmm..." dengan malu malu Novia mengangguk.
** silahkan berhalu ria readerku **🤪😁
Beberapa menit kemudian, mereka membersihkan diri dan mandi karena waktu maghrib hampir tiba.
Irwan harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan segala sesuatu yang menjadi rutinitas keluarga istrinya. Dan ini merupakan hal baru bagi dia yang sangat bertolak belakang dengan kebiasaan di rumah orang tuanya tentu membawa pengaruh besar dalam pembentukan karakter. Tidak mudah memang bagi seorang Irwan.
Novia yang notabene terlahir dari keluarga religius, sementara Irwan dari keluarga yang tidak begitu paham agama pastinya Irwan harus beradaptasi.
Untungnya Novia paham keadaan suaminya dan perlahan membimbingnya.
Adzan maghrib sudah berkumandang, bu Ratih mengetuk pintu kamar Novia.
Tok...tok "Vi, sudah ditunggu papa diruang shalat"
"Iya mah kami segera kesana" jawab Novia.
Seperti biasa, selesai shalat maghrib Novia membantu bu Ratih menyiapkan makan malam sembari menunggu waktu isya, sementara Irwan kembali ke kamar.
Setelah selesai shalat isya merekapun makan malam bersama.
Disela sela makan malam, Novia memulai pembicaraan.
"Mah..pah besok pagi Irwan mulai kerja jadi sopir angkot milik papanya" ucap Novia
Pak wahyu mengangkat kepalanya dan menatap anak dan menantunya lalu tersenyum.
"Alhamdulillah semoga rizki kalian lancar barokah dan diberi kemudahan" ucap pak Wahyu.
Serentak bu Ratih, Novia dan Irwan mengucapkan kata "Aamiin😇🤲".
Dua bulan kemudian...
Hari ini tidak seperti biasanya, Novia selalu merasa lapar, jadi mudah tersinggung dan sangat sensitif bahkan untuk hal sepele pun Novia akan emosi, Irwan jadi bingung dengan perubahan yang terjadi pada istrinya dan membuat dia kehilangan konsentrasi bekerja dan memilih pulang lebih cepat.
Lain halnya dengan bu Ratih, beliau sepertinya sudah curiga dan menebak apa yang terjadi dengan putrinya.
"Wan, sebentar sore antar istrimu ke dokter "titah bu Ratih.
Irwan tersentak "Novia kenapa mah ?" tanya Irwan, Perasaannya jadi tidak enak.
"Tidak apa apa,mama cuma ingin memastikan sesuatu" jawab bu Ratih sambil tersenyum.
Irwan makin bingung dan bertanya tanya.
"Sudah, kamu tak usah bingung nanti akan ketahuan kalau sudah dicek ke dokter" jawab bu Ratih lagi lalu masuk ke kamar.
"Pah, mama curiga sepertinya Novia hamil tapi harus dicek dulu untuk memastikan" Bu Ratih menyampaikan kecurigaannya pada suaminya.
"Ya sudah, suruh ke dokter" jawab pak Wahyu.
"Ini kan sudah jam tiga sore mah, suruh anakmu siap siap lalu shalat ashar dan langsung ke dokter" titah pak wahyu pada istrinya.
"Iya pah" jawab bu Ratih sembari keluar dan melangkah menuju ke kamar Novia.
Tok..tok
Novia membuka pintu "Vi, kamu siap siap shalat
ashar trus diantar suamimu ke dokter" ucap bu Ratih.
"Memangnya aku kenapa mah" tanya Novia
"Sudah jangan banyak tanya, turuti saja perintah mama nanti juga kamu akan tahu sendiri" jawab bu Ratih.
Setelah shalat ashar merekapun berangkat ke klinik. Setibanya disana Irwan langsung mendaftarkan istrinya dan mengambil nomor antrian.
"Nomor antrian 59 atas nama Ny. Novia Andini" perawat memanggil Novia.
Irwan bergegas berdiri dan menggandeng tangan istrinya masuk.
"Silahkan duduk" ucap dokter yang bernama Ruth
"Iya makasih dok" jawab Novia dan Irwan bersamaan.
"Apa keluhannya bu" tanya dokter.
"Akhir akhir ini saya sering merasa lapar, kadang tiba tiba pusing dan tak suka wewangian dok" jawab Novia.
"Oh coba saya periksa dulu ya, kapan ibu terakhir menstruasi ?" tanya dokter.
"Tanggal 6 bulan kemarin dok, bulan ini belum" jawab Novia.
Dokter tersenyum "ini baru dugaan saya ya, untuk memastikan kita cek lewat USG".
Dokter pun mempersiapkan alat pemeriksaan.
"Silahkan berbaring dulu bu dan bajunya diangkat ya" titah dokter.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments